webnovel
#ACTION
#MYSTERY
#REVENGE
#DETEKTIF

Before The Dawn

Apa jadinya jika seorang penyidik kepolisian, mendapat telepon dari pria misterius yang memberitahukan tentang kasus pembunuhan yang sedang berlangsung? Hal seperti itulah yang menimpa Arvin Theodore. Seorang penyidik kepolisian nomor satu di unitnya. Entah membawa tujuan apa, seorang pria misterius memberitahukan secara langsung mengenai kasus pembunuhan yang sedang atau akan terjadi. Di satu sisi memang terlihat menguntungkan, tapi di sisi lainnya justru mengundang banyak tanda tanya. Hingga pada akhirnya, melibatkan Arvin dengan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki julukan The Dawn. Pemburuan sebulan tiga mayat pada tanggal-tanggal tertentu, sudah menjadi ciri khas pembunuh yang satu ini. Dia mengeksekusi korban secara brutal. Pun meninggalkan tanda seolah memberi pesan peringatan. Dalam proses penyelidikan yang Arvin dan rekan-rekannya lakukan, justru menggiring mereka pada kelompok bernama Black Alpha. Sebuah kelompok kejahatan bawah tanah yang ternyata memiliki benang merah dengan apa yang terjadi enam belas tahun silam. Tragedi yang coba Arvin lupakan selama ini, justru kembali menghantuinya. --- Author Note: Cerita ini hanya fiksi. Jika terdapat kesamaan nama tokoh, pangkat, latar tempat dan kejadian/kasus. Itu murni atas ketidaksengajaan penulis. Pun penulis tidak memiliki tujuan tertentu atau hubungannya dengan pekerjaan dari instansi terkait.

Rryuna · Terror
Sin suficientes valoraciones
248 Chs
#ACTION
#MYSTERY
#REVENGE
#DETEKTIF

Bab 100: Memperingatkan

Selepas membahas cukup banyak hal. Juro dan Mattheo keluar dari ruangan itu. Berjalan cukup santai ke arah meja judi di pojok ruangan. Sudah lama sejak terakhir kali mereka melakukan ini. Berjudi dan mempertaruhkan barang berharga.

Biasnya, hal ini dilakukan berempat. Dengan taruhan yang luar biasa pula. Indra Wijaya selalu menjadi pihak yang kalah, dan dibuat frustrasi. Begitu juga dengan Guntur Adithama. Sama bodohnya dalam berjudi.

Mattheo duduk di salah satu kursi. Ekspresi wajahnya tampak seperti dia tengah menerawang jauh. Melamun atau mungkin mengenang masa yang telah lalu.

Di tempat ini, Indra Wijaya selalu menghabiskan waktunya. Sampai lupa diri, dan berujung bangkrut. Ah, masa itu. Dia rindu.

Sama halnya dengan Juro. Dia juga tengah mengenang masa lalu. Masa ketika semua hal terasa berjalan sesuai keinginannya. Tanpa harus merasa takut. Khawatir atau tak tenang.

Dulu, semua terasa teramat sangat menyenangkan. Bebas dan tidak perlu memikirkan seorang pembunuh berantai.