•••
Enam bulan yang lalu. Di universitas swasta—lebih tepatnya. Terlihat Sejeong sedang membenarkan kuncir rambutnya yang terlihat berantakan.
"Ra, ada karet jepang lagi nggak? Mau dong," ucapnya ketika ia tiba di kelas matematika.
Rania yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi, langsung mendesah pelan setelah mendengar permintaan temannya. "Kebiasaan banget sih lo. Nih... jangan diabisin," jawabnya.
"Ya kali Ra, emangnya gue makan tuh karet jepang!" protes Sejeong. Ia mulai menguncir kembali rambutnya yang sudah panjang itu.
"Eh Se, udah ngajuin ke sekolah mana? Gue bingung nih," tanya Raina.
Sejeong menggedikkan bahunya. "Gue juga bingung. Tapi, mama nyuruh di sekolah tante gue Ra. Mungkin di sana," jawabnya.
"Sekolah mana? Gue masuk kelompok lo bisa nggak?"
"Yaaah, udah nggak bisa Ra. Maaf ya..."
Sejeong dan Raina sedang membahas masalah sekolah mana yang akan mereka ajar, tiba-tiba ada suara keributan di luar kelasnya itu.
"Sejeong!" teriak seseorang —laki-laki sambil mengedarkan pandangannya dari tengah lapangan utama.
Sejeong, yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh. "Gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
Terlihat laki-laki itu menghampiri Sejeong dan mengatakan hal yang membuat siapa pun tak mampu menutupi keterkejutannya.
Pasalnya, laki-laki itu menyatakan cintanya pada Sejeong tanpa permisi. Bahkan dengan bangganya dia berdiri di hadapan Sejeong saat ini.
"Hai Sejeong. Kamu namanya Sejeong?"
Sang punya nama mengangguk pelan sebagai jawabannya. "Iya, kenapa?"
Tanpa Sejeong sadari, Rania di sampingnya itu sedang memekik kegirangan karena laki-laki yang menjadi pusat perhatian di universitas itu ada di hadapannya.
"Kenalin, aku Daniel... Daniel Dirgantara, yang mulai hari ini resmi jadi pacar kamu!" ucapnya lantang.
Siapa yang tidak tahu Daniel Dirgantara? Most wanted kampus. Incaran mahasiswi di sana. Bahkan tak jarang banyak mahasiswa yang ingin bergabung dalam organisasi Daniel dan kedua sahabatnya; Vernon dan Kino.
Namun, siapa sangka? Daniel di kampus dan kesehariannya berbanding terbalik. Laki-laki itu penuh dengan tingkah absurd dan kekonyolan lainnya.
"HAH?" Sejeong terperangah mendengar penuturan laki-laki yang mengaku namanya Daniel Dirgantara itu. Ia juga mengerjap-ngerjapkan matanya.
Belum lagi ulah Rania yang malah memperburuk keadaan. "Sejeee! Iya Seje mau Niel!" sahutnya tanpa permisi.
Sejeong yang tersadar dari alam bawah sadarnya, langsung menepuk kepala Rania. "Apa-apaan sih! Siapa juga yang mau! Kenal juga nggak!"
"Lah? Seriusan nggak kenal? Dia Daniel Dirgantara, Sejeong Permatasariiiii," jawab Rania gemas.
Astaga, Sejeong itu terlalu kuper sepertinya. Masa mahasiswa tampan dan berprestasi seperti Daniel, ia tidak mengenalnya? Kira-kira seperti itulah spekulasi yang ada dibenak Rania.
Sejeong mengangguk pelan, lalu kembali menatap Daniel. Saat itu juga iris mereka bertemu. Membuat Sejeong mengerutkan dahinya.
"Lo siapa sih? Ngapain tiba-tiba ngomong begitu?" tanya Sejeong.
Daniel sempat mengatupkan bibirnya, sambil melirik ke arah ambang pintu yang terdapat —Vernon dan Kino. Mereka berdua sedang menyemangati Daniel dari sana.
"Intinya, kamu jadi pacar aku! Pulang kuliah bareng aku. Oke, dah..." ucap laki-laki itu berlalu pergi.
Membuat Sejeong semakin bingung. "Apa-apaan sih itu cowok?" Tiba-tiba saja suasana menjadi riuh, banyak yang mensoraki dirinya dan laki-laki tadi.
"Heh! Lo bersyukur harusnya Se. Kapan lagi ditembak sama mahasiswa sekeren Daniel?
Mencebik pelan, Sejeong benar-benar tak habis pikir dengan Raina. Bisa-bisanya dia malah menjerumuskan temannya sendiri. "Yaudah gantiin gue aja sana. Gue nggak mau!" Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Raina.
Namun, takdir tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Begitu juga dengan perasaan seseorang. Bisa saja awalnya tak suka tapi lama-kelamaan akan menjadi cinta. Sama halnya dengan Sejeong yang selalu menolak Daniel tapi karena kesungguhan laki-laki itu akhirnya Sejeong menerima cintanya.
Hingga tiba saatnya Sejeong mengetahui semua alasan dibalik pernyataan cinta Daniel waktu itu hanyalah karena tantangan dari teman-temannya. Tapi bagi Sejeong itu sama saja dengan taruhan.
"Gimana hubungan lo sama Seje?" tanya Vernon.
Daniel terkekeh pelan. "Makin nempel kayak perangko. Gue beneran jatuh cinta sama dia, Vern."
"Benar kan apa kata gue! Daniel pasti jatuh ke pesona Sejeong. Cewek itu juga mulai cinta sama lo, bro kayaknya." Itu kata Kino.
Tersenyum bangga Kino melanjutkan ucapannya dan bersamaan dengan Sejeong yang hendak memberi kejutan pada Daniel. Tapi, malah gadis itu yang terkejut bukan main.
"Berterima kasihlah sama gue dan Vernon. Kalau bukan karna tantangan dari kita waktu itu, mana bisa lo deketin Sejeong."
Vernon mengangguk menyetujui ucapan Kino. "Eh iya, kita kalah nih Kin. Jadi lo mau minta apa dari kita?"
"Parah emang lo semua, untung Sejeong nggak tau. Bisa runyam nanti," kata Daniel.
Tapi, semua sudah terlambar. Sejeong telah mendengarnya dan muncul di hadapan mereka bertiga. "Jadi gini kelakuan kamu, Daniel Dirgantara?!"
Daniel, Kino maupun Vernon terkejut mendapati Sejeong. Bahkan ekspresi wajah Daniel sangat panik. "Nggak gitu Se, dengerin aku dulu ya..."
"Nggak ada yang perlu dijelasin, Niel. Kita putus! Makasih!" sahut Sejeong lalu berlari dan tak menoleh ketika Daniel menyerukan namanya.
Mengacak surainya kasar, Daniel bingung harus berbuat apa. Mungkin ini sudah menjadi takdir cintanya dengan Sejeong. Walau mereka saling mencintai, tapi kalau awal mereka berdua mulai sudah tidak baik maka akan percuma. Seharusnya Daniel jujur lebih awal.
Vernon mengejar Sejeong, sedangkan Kino menenangkan Daniel. "Dari awal ini cuma main-main. Jadi seharusnya nggak akan sesakit itu, Niel."
"Tapi gue udah pakai hati dari awal, Kin. Perasaan gue nggak main-main sama Sejeong." Daniel menyesal. Ia benar-benar menyesali perbuatannya.
•••
Di sebuah taman tak jauh dari sekolah ENCITI, Daniel dan Sejeong tengah duduk berdua di kursi kayu panjang yang ada di sana. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka memikirkan bagaimana awal pertemuan waktu itu.
"Aku nggak nyangka, kamu bisa jadi pacar aku lagi..." Daniel memulai percakapan. Ia menatap lurus ke depan.
Sedangkan Sejeong menoleh ke samping kanannya di mana ada Daniel di sana. "Aku juga nggak pernah kepikiran akan balik lagi sama kamu."
"Padahal aku sayang banget sama Vernon dan berharap dia yang jadi pacar aku," lanjut Sejeong.
Daniel menghadap ke arah Sejeong sepenuhnya. Menatap wanita di depannya lamat-lamat. "Coba ngomong lagi."
"Aku berharap Vernon yang jadi pacar aku," ucapnya sambil menghadap ke arah Daniel, juga.
Menahan kesal, Daniel memalingkan wajah. "Oh jadi kamu nyesel balikan sama aku? Ya udah sana pacaran aja sama Vernon!" Laki-laki itu merajuk.
Terkekeh, Sejeong menangkup telapak tangan Daniel. "Tapi, itu dulu... saat aku belum tau perasaanku yang sebenarnya."
"Emang perasaan kamu yang sebenarnya gimana?" Daniel penasaran.
Lagi, Sejeong tersenyum. "Perasaan aku sekarang, nyata buat kamu. Kalau kamu ambekan dan nanya begitu lagi, jangan salahin aku bakal lari kepelukan Vernon!" sahutnya dan mengancam diakhir kalimat.
"Siap, sayang..." ucap Daniel lantang.
Pada akhirnya, cinta membuat keduanya bisa menurunkan ego masing-masing --mempersatukan kembali kisah yang sempat hilang. Daniel dan Sejeong menjalin hubungan yang benar-benar serius kali ini. Mereka berdua saling memahami, menjaga dan memberikan kenyaman satu sama lain.
•••
Yeaaay, epilognya selesai juga ehehe tolong jangan dikeluarin dari library kalian ya :) akan ada pengumuman spinoff ehehe main castnya Renjun dan teman-temannya...
What do you think about this? Jangan lupa komentarnya dan vote, gomawo~