webnovel

Because love you.

Ketika persahabatan ketiganya di uji oleh satu masalah yang membuat mereka terpaksa harus mengorbankan segalanya, termasuk cinta dan perasaan mereka. Rex Daiva Jorell, Chenoa Rajendra Arsenio, Yukio Clovis Millard. Adalah ke tiga pria mapan yang memiliki segalanya. Selain kehidupan yang mewah, mereka juga termasuk pria yang memiliki visual menarik. Pesona mereka sangat dikagumi oleh banyak wanita. Ke tiga pria beda karakter dan tabiat yang terlihat sempurna, namun siapa menyangka jika kesempurnaan yang mereka miliki tersimpan sebuah kenangan masa lalu dan masing-masing memiliki sisi kelam yang menyakitkan. Dan semua berawal dari Rex Daiva Jorell yang hanya karena keisengannya, ia tidak sengaja membuat Shin Rawnie Jorell adik yang sangat di sayanginya terpaksa merelakan masa mudanya. Begitu juga dengan Chenoa Rajendra Arsenio dan Yukio Clovis Millard yang juga harus mengikhlaskan cinta mereka. Bagaimana ketiganya melewati hari-hari sulit yang penuh dengan konflik dan dilema? Bagaimana pula Shin Rawnie Jorell yang harus rela menjalani hari-hari yang tidak biasa juga tidak di inginkannya.

Audrey_16 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
383 Chs

Permintaan maaf.

MANSION CHENOA RAJENDRA.

Perlahan Chenoa Rajendra memarkirkan mobilnya di depan Mansion dengan perasaan yang masih sangat gelisah. Di tambah lagi saat ia melihat mobil yang bukan miliknya terparkir rapi di dalam garasi mobilnya.

"Sayang.."

Gumam Chenoa Rajendra dengan kalut. Bahkan ia enggan untuk keluar dari dalam mobilnya, kakinya serasa lumpuh, perasaan sedih dan bersalah benar-benar menghantui pikirannya saat ini, bahkan ia sempat berfikir untuk berlari meski akan terlihat seperti seorang pengecut. Sebab untuk saat ini ia benar-benar belum siap untuk melihat wajah tunangan yang sangat ia sayangi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, tidak... Aku harus menyelesaikan masalah ini." Gumam Chenoa Rajendra.

Dan akhirnya Chenoa Rajendra keluar dari mobilnya setelah ia menghabiskan waktu 20 menit bergelut dengan pikirannya sendiri. Dan saat melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Mansion, kakinya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok yang sangat di sayanginya sedang terlelap di atas sofa. Bahkan ia juga melihat beberapa menu makan malam yang sudah tertata rapi di atas meja makan.

'Kau pasti sudah sangat lama menungguku.'

Perasaan Chenoa Rajendra seketika hancur, ia ingin berlari, menagis dan berlutut untuk meminta maaf di hadapan tunangannya, namun entah mengapa, tiba-tiba saja ia kehilangan keberanian untuk melakukan hal itu, ia terlalu takut jika mengakui kesalahannya, hal itu akan membuatnya kehilangan sosok yang sangat ia sayangi itu.

Air mata menitik dari pelupuk mata Chenoa Rajendra saat ia melangkah perlahan mendekati kekasihnya, menatap wajah cantik yang sedang terlelap itu. Dengan sangat hati-hati Chenoa Rajendra meraih telapak tangan itu untuk di genggamnya, di kecupnya dan di tempelkannya ke wajahnya yang sudah sembab oleh air matanya sendiri.

"Sayang.. Kau sudah datang?" Tanya Chayra Fayolla perlahan.

Chayra Fayolla bahkan langsung beranjak dari tidurnya saat melihat air mata menitik dari pelupuk mata Chenoa Rajendra, hingga membasahi telapak tangannya yang saat ini masih menempel di wajah Chenoa Rajendra yang bahkan enggan untuk melepaskan tangannya.

"Hei.. Ada apa?" Tanya Chayra Fayolla khawatir sambil mengusap wajah Chenoa Rajendra lembut. "Honey, what's up? Stop crying." Ucap Chayra Fayolla semakin merasa bingung karena ia tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Chenoa Rajendra atas pertanyaannya, dengan perlahan Chayra Fayolla mendekatkan tubuhnya dan langsung meraih tubuh Chenoa Rajendra untuk di dekapnya erat.

"Sayang, apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Chayra Fayolla lagi sambil terus mengusap punggung Chenoa Rajendra, ia dengan sabar menunggu jawaban dari tunangannya itu hingga akhirnya ia melepaskan pelukannya saat mendengar Chenoa Rajendra mengucapkan sesuatu.

"Sayang.. Maafkan aku.. "

"Maaf? Kau sama sekali tidak berbuat salah, apa yang harus aku maafkan?" Tanya Chayra Fayolla lembut yang masih menatap wajah Chenoa Rajendra lekat.

"Aku hanya ingin meminta maaf padamu."

"Sayang.. Apapun kesalahanmu, aku akan selalu memaafkan mu, kau tau kan, aku sangat menyanyangimu." Ucap Chayra Fayolla lembut sambil menangkup wajah Chenoa Rajendra dengan senyuman yang selalu terlihat manis baginya.

"Jika suatu hari aku membuat kesalahan besar apakah kau masih mau memaafkan aku?" Tanya Chenoa Rajendra perlahan.

"Sayang.. Apa maksudmu? Apa kau akan melakukan kesalahan dengan sengaja?" Tanya Chayra Fayolla dengan senyumnya yang sengaja menggoda tunangannya.

"Aku hanya takut, jika suatu hari nanti kau akan pergi meninggalkanku jika aku membuatmu marah ataupun kecewa." Jawab Chenoa Rajendra.

"Sayang.. Apapun itu, kesalahan apapun yang kau lakukan, aku akan selalu memaafkanmu. Selama itu tidak menghianatiku dan menyia-yiakan kepercayaanku." Ucap Chayra Fayolla yang sontak membuat Chenoa Rajendra terdiam, perasaannya semakin kalut, sebab yang baru saja ia lakukan adalah hal yang tidak mungkin Chayra Fayolla maafkan, meskipun semua itu bukan keinginannya.

"Sayang, kau nampak aneh hari ini, sebenarnya ada apa? Apa pertemuan kalian tidak berjalan dengan lancar?" Tanya Chayra Fayolla sedikit khawatir.

"Aku tidak apa-apa sayang, aku hanya sangat merindukanmu." Jawab Chenoa Rajendra seraya meraih tubuh Chayra Fayolla untuk di peluknya.

'Apakah kau masih mau memelukku jika kau mengetahui kesalahan yang sudah aku perbuat, apakah kau masih akan sehangat ini, apa kau masih akan mencintaiku jika kau mengetahui segalanya.'

Batin Chenoa Rajendra menjerit perih saat tangan Chayra Fayolla dengan pelan menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan perasaannya.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Bisik Chenoa Rajendra sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Chayra Fayolla yang hanya tersenyum bahagia sambil mengangguk pelan.

"Aku tau, karena aku juga sangat mencintaimu." Balas Chayra Fayolla yang semakin erat memeluk Chenoa Rajendra, meski ia tidak menyadari jika saat ini pria yang tengah berada di dalam pelukannya tengah menangis dalam diam dengan penuh rasa penyesalan.

• * * * *

PANTHOUSE YUKIO CLOVIS MILLARD.

Yukio Clovis melangkah perlahan menuju kamarnya untuk merebahkan tubuh Shin Rawnie yang sudah terlelap di dalam dekapannya. Dengan sangat hati-hati di baringkannya tubuh kekasihnya itu agar tidak terbangun dari tidurnya. Dengan hati yang terluka, Yukio Clovis menatap tubuh Shin Rawnie yang masih di tutupi dengan selimut. Netranya bisa melihat dengan jelas beberapa tanda merah yang ditinggalkan Chenoa Rajendra di pangkal leher juga di bahu Shin Rawnie, rasa marah dan sakit kembali menyelimuti hatinya saat mendengar Shin Rawnie yang masih sesegukan, bahkan ada air mata yang menetes dari sudut matanya yang bahkan masih memejam.

Dengan langkah lebar Yukio Clovis meninggalkan kamar tersebut dan langsung berjalan menuju kamar utama, bahkan ia langsung menerobos masuk kedalam kamar mandi, berdiri di bawah shower dan langsung menyalakannya, hingga air dingin yang keluar dari shower tersebut membasahi tubuhnya yang masih menggunakan pakaian lengkap.

Air mata Yukio Clovis menitik saat itu juga bersamaan dengan suara dinding kamar mandi yang beradu dengan punggung tangannya, hingga sampai berulang-ulang kali ia memukul tembok tersebut, dan membuat punggung tangannya sampai berlumuran darah.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan anda tuan muda?" Tanya seorang pria paru baya yang memiliki jabatan sebagai pelayan pribadinya, sekaligus orang kepercayaan Tuan Vincens Aloys, Ayahnya. Dengan perlahan ia melilitkan perban di tangan Tuan mudanya yang terluka, sedang Yukio Clovis hanya terus terdiam sambil menatap keluar jendela kamarnya.

"Tuan muda, jika ada yang mengganggu pikiran anda, saya bisa menjadi pendengar terbaik yang akan mendengarkan seluruh keluh kesah anda." Ucap Agam, pelayan pribadinya tersebut.

"Aku ingin menikah." Jawab Yukio Clovis tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa?"

"Apa kurang jelas? Hubungi Ayah secepatnya dan katakan padanya jika aku ingin menikahi kekasihku." Balas Yukio Clovis tegas.

"Maksud Tuan muda, gadis yang sekarang sedang berada di kamar Tuan muda?" Tanya Agam lagi.

"Iya, dia kekasihku yang akan aku nikahi secepatnya." Jawab Yukio Clovis yang langsung beranjak menuju kamar tamu dan menutup pintu kamar tersebut dengan sangat keras hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

"Anda ingin menikah, seharusnya hal itu bisa membuat anda bahagia, tapi kenapa saya justru melihat kesedihan dan kemarahan di wajah anda Tuan muda." Gumam pria paru baya itu dengan perasaan khawatir sambil terus menarik nafas dalam saat melihat pintu kamar tamu yang sudah tertutup rapat.

• * * * *

Sinar matahari pagi yang hangat menerobos masuk lewat sela jendela sebuah ruangan di panthouse nyaman tersebut. Semilir angin pagi menyapa lembut wajah Shin Rawnie yang masih terbaring di pembaringannya dengan tatapan kosongnya.

Air matanya menitik kala rasa ngilu kembali di rasakan di area bawah selangkangannya, bahkan bayangan wajah Chenoa Rajendra saat dengan liarnya menjamah tubuhnya masih melekat di ingatannya. Suara desahan Chenoa Rajendra dengan deru nafasnya yang memburu masih tergiang sangat jelas di telinganya, hingga membuat air matanya kembali menitik. Shin Rawnie memejamkan matanya kala mendengar suara langkah kaki tengah menghampiri pintu kamar tersebut, hingga ia bisa merasakan langkah itu semakin mendekat, dan suara knop pintu pun terdengar berbunyi perlahan.

"Sayang.. "

Suara lembut Yukio Clovis terdengar jelas di telinganya, setidaknya suara itu bisa membuatnya sedikit jauh lebih tenang. Meskipun ia masih enggan untuk membuka mata, hingga ia dapat merasakan satu sentuhan lembut dari Yukio Clovis saat mengusap surai panjangnya, hingga membuat matanya terbuka perlahan.

"Kau sudah bangun?" Tanya Yukio Clovis perlahan sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Yo.. "

"Hmm.. Aku di sini." Jawab Yukio Clovis sembari tersenyum, seolah paham dengan kegelisahan dan ketakutan Shin Rawnie yang sepertinya masih merasa trauma dengan kejadian semalam yang sudah menimpanya.

"Kau akan baik-baik saja, aku akan melindungi dan menjagamu." Ucap Yukio Clovis perlahan.

"Tapi.. Yo.. "

Shin Rawnie terdiam dengan wajah yang terlihat gelisah, dengan keras ia meremas selimut yang menutupi tubuhnya. Hingga tangan Yukio Clovis meraih telapak tangannya yang sedikit bergetar itu untuk di genggamnya erat.

"Apapun yang sudah terjadi padamu, aku tidak akan pernah berubah, kau tetap gadis yang sama seperti dulu, gadis yang aku sayangi dan akan selalu aku lindungi." Ucap Yukio Clovis.

"Meskipun aku sudah tidak... "

"Aku tidak peduli, selama aku masih bisa bersamamu Shisi, aku mencintaimu." Potong Yukio Clovis dengan tegas, seraya mengusap air mata Shin Rawnie yang lagi-lagi menetes dari pelupuk matanya, hingga membuat mata hazel itu semakin sembab.

"Berhentilah menangis." Pinta Yukio Clovis seraya menangkup wajah Shin Rawnie yang hanya bisa mengangguk pelan.

Lama mereka terdiam dengan saling mendekap satu sama lain, merasakan kenyamanan dan kehangatan, hingga suara ketukan pintu yang sedikit agak keras mengejutkan mereka. Bahkan tampa menunggu Yukio Clovis langsung beranjak dari duduknya, pintu itu sudah terbuka lebar dan menampakkan sosok Rex Daiva yang sudah berdiri di sana dengan keadaan yang sangat berantakan.

Rambutnya yang selalu rapi dengan pamode kini terlihat sedikit acak-acakan, lingkaran hitam yang menghiasi mata tajamnya menandakan jika semalam ia tidak memejamkan mata sedikitpun, dan juga bau alkohol yang menyeruak dan sangat menyengat tercium dari nafas Rex Daiva.

"Shisi.. Maafkan kakak." Lirih Rex Daiva sambil melangkah pelan menghampiri Shin Rawnie yang masih menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Shin Rawnie saat Rex Daiva meraih tubuhnya dan memeluknya erat, hingga ia dapat merasakan tubuh bergetar kakaknya yang ia tau jika saat ini seorang Rex Daiva yang tidak pernah sekalipun mengeluarkan air mata kini sedang menangis. Dan hal itu membuat Shin Rawnie yang memang sangat menyayangi kakaknya menjadi luluh dan membalas pelukan sang kakak.

"Ayo kita pulang." Ajak Rex Daiva yang di balas anggukkan pelan oleh Shin Rawnie.

"Rex.. Ada yang ingin aku sampaikan padamu."

Suara Yukio Clovis yang terdengar datar membuat Rex Daiva melepaskan dekapannya dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Yukio Clovis yang masih berdiri di belakangnya sambil melipat kedua lengannya di atas dada.

"Ada apa?" Tanya Rex Daiva perlahan.

"Aku ingin menikahi Shisi." Jawab Yukio Clovis yang tidak hanya mengejutkan Rex Daiva, bahkan Shin Rawnie juga ikut terkejut saat mendengar pernyataan dari Yukio Clovis barusan. Dengan kening yang menyatu, Rex Daiva beranjak dari duduknya dan langsung menatap Yukio Clovis yang bahkan sudah sejak tadi menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa?"

"Aku rasa pendengaranmu masih berfungsi dengan benar." Balas Yukio Clovis.

"Kau..."

"Ada apa Rex?" Tanya Yukio Clovis mengernyit.

"Kau pikir akan semudah itu menikah dengan Shisi? Bahkan dia masih kuliah, tidak. Aku tidak setuju." Tegas Rex Daiva.

"Tidak setuju? Apa kau bisa memberikan alasan yang tepat padaku?" Tanya Yukio Clovis dengan tatapan tajamnya.

"Dia masih terlalu mudah untuk menikah Yo, kau lupa, aku yang bertanggung jawab penuh untuk menjaganya?"

"Apa kau yakin sudah melakukannya dengan benar?" Tanya Yukio Clovis sinis.

"Apa maksudmu?"

"Kau jangan pura-pura lupa dengan apa yang sudah kau lakukan pada kami semua Rex." Ucap Yukio Clovis yang langsung membuat Rex Daiva bungkam untuk beberapa saat, bahkan Shin Rawnie yang sedari tadi terdiam kini kembali terisak.

"Hentikan." Lirih Shin Rawnie saat melihat Rex Daiva yang tertunduk dengan rasa penyesalan yang mendalam. "Yo.. Terimakasih, karena kau sudah merawatku, maaf. Mungkin aku harus pulang." Ucap Shin Rawnie seraya beranjak dari pembaringannya dan langsung meraih tangan Rex Daiva yang masih terdiam di sana.

"Sayang... Aku serius dengan perkataanku, aku akan menikahimu." Balas Yukio Clovis seraya menatap Shin Rawnie dalam.

"Yo.. Kita masih punya banyak waktu untuk memikirkan hal ini."

"Aku akan memberikanmu waktu satu bulan."

"Yo.. "

"Aku mohon Shisi, biarkan aku yang menjagamu, aku ingin menikahimu sebab aku ingin melindungimu." Terang Yukio Clovis seraya meraih jemari Shin Rawnie dan di genggamnya erat.

"Aku mengerti." Balas Shin Rawnie mengangguk pelan dengan sebuah senyum yang cukup membuat Yukio Clovis tenang dan melepaskan genggaman tangannya saat Rex Daiva melangkah keluar kamar sambil menarik tangan Shin Rawnie yang hanya bisa mengikuti langkah lebar kakaknya menuju keluar dari panthouse Yukio Clovis dan langsung menuju mobil, meninggalkan Yukio Clovis yang masih terpaku sendirian dengan perasaan kalutnya.

* * * * *

Bersambung...