webnovel

Kesalahan fatal.

Dengan tubuh yang di penuhi oleh keringat, Chenoa Rajendra berusaha memperbaiki posisi duduknya, entah sejak kapan ia mulai merasa kegerahan, bahkan terus memegangi lehernya yang terasa tegang.

"Ahhkk.. ada apa denganku, kenapa aku sangat ingin melakukannya." Gumam Chenoa Rajendra yang semakin bergerak gelisah sambil merasakan hasrat yang begitu besar.

Dengan langkah yang sedikit di seret, Chenoa Rajendra terus melangkah memasuki sebuah kamar buang terlihat remang di sana. Melepas paksa baju kemeja yang di kenakannya bahkan nyaris sobek, hingga dalam waktu beberapa detik saja, ia sudah nampak bertelanjang dada. Bahkan tidak sampai di situ saja, Chenoa Rajendra juga melepaskan celana jeansnya dan langsung melangkah ke arah tempat tidur.

"Sa-sayang, apa ini kau?" Bisik Chenoa Rajendra perlahan saat netranya tertuju pada sosok gadis yang tengah terlelap di atas tempat tidur dengan piyama tipis yang nampak transparan.

Dengan hasrat yang semakin tinggi, Chenoa Rajendra mendekatkan tubuhnya pada sosok yang mulai bergerak tidak nyaman. Bahkan dengan tubuh yang sedikit menggeliat, gadis tersebut mulai meraba tubuh Chenoa Rajendra yang bahkan sudah mengungkum tubuhnya, membelai surainya, menghirup dan bahkan langsung melumat bibirnya dengan sangat kasar.

"Yo... apa ini kau? Lepaskan aku," Ucap Gadis itu yang tidak lain adalah Shin Rawnie adik perempuan dari Rex Daiva, sahabatnya sendiri. "Yo... jangan lakukan ini, Kak Rex akan memukulmu jika mengetahui ini, lepaskan... " Sambung Shin Rawnie mulai panik saat sosok yang ia duga adalah kekasihnya mulai membuka paksa piyamanya, bahkan merobeknya dengan paksa.

Pencahayaan di kamar Shin Rawnie membuat gadis itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah sosok yang tengah mencumbunya dengan paksa saat ini. Bahkan air mata Shin Rawnie mulai menitik saat ia merasa jika sosok yang saat ini sudah menindihnya mulai membuatnya sesak dan kehabisan tenaga.

"Yo... kau gila... lepas... " Pinta Shin Rawnie dengan tangisnya.

"Sayang, maafkan aku, maaf jika aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk tidak menyentuhmu sampai kita menikah, tapi sungguh, aku sangat menginginkanmu Chayra." Bisik Chenoa Rajendra yang kembali mencumbu Shin Rawnie dengan sangat liar dan sedikit bringas.

"Ka-kak Noah... tidak... kak Noah, apa yang kakak lakukan, lepaskan aku... lepas... hiikss... tolong... jangan lakukan ini padaku... " Tangis Shin semakin pecah saat menyadari jika sosok yang tengah bermain dengan tubuhnya sekarang adalah Chenoa Rajendra.

Sedang Chenoa Rajendra yang mengira jika sosok yang tengah di cumbuinya saat ini adalah tunangannya Chayra semakin menguasai tubuh Shin Rawnie yang sudah tidak berdaya. Seolah tuli dengan isakan Shin Rawnie, ia terus menekan tubuhnya, mendorongnya masuk, sampai mencapai klimaksnya. Bahkan permainan panas tersebut terjadi hingga sampai beberapa jam.

Saat usai melakukan aktifitas panas mereka, Chenoa Rajendra membanting tubuh lelahnya tepat di samping Shin yang tengah meringkuk menahan nyeri dan sakit di sekitar area kewanitaannya. Bahkan isaknya semakin keras terdengar hingga membuat Chenoa Rajendra terkejut. Ia yang mulai mendapatkan kesadarannya kembali langsung beranjak dari posisinya.

"Aku benci kak Noah... " Lirih Shin Rawnie di sela tangisnya. Bahkan Chenoa Rajendra yang saat ini mulai merasa ada yang salah langsung beranjak untuk menyalakan lampu kamar.

"Sh-Shin... ka-kau?" Mata Chenoa Rajendra melebar sempurna saat melihat sosok yang tengah meringkuk di hadapannya. Hingga tanpa sadar Chenoa Rajendra langsung menjambak rambutnya sendiri dengan sangat keras.

"Shisi... maafkan kakak, kakak tidak... "

"Pergi dari sini... Aku membenci kakak." Sela Shin Rawnie yang terus terisak sambil memeluk kedua lututnya dan membenamkan kepalanya di atas lututnya dengan rambut panjang yang masih terlihat berantakan menutupi wajahnya.

"Shisi... "

"PERGI.... PERGIIII.... " Teriak Shin Rawnie sambil melemparkan semua benda yang bisa di gapai oleh tangannya ke arah Chenoa Rajendra yang masih berdiri di depannya. Bahkan Chenoa Rajendra tidak menghindar ataupun menahan saat Shin Rawnie melemparkan sebuah jam duduk ke arah kepala Chenoa Rajendra yang seketika itu juga langsung mengeluarkan darah saat benda keras tersebut mengenai sudut alisnya. Sebab tatapan Chenoa Rajendra saat ini hanya terfokus pada bercak darah di atas seprei berwarna putih, juga di selangkangan Shin Rawnie.

"Maafkan kakak... " Ucap Chenoa Rajendra yang sudah tidak bisa berkata apapun lagi selain menyesali semua perbuatannya. Bahkan tanpa sadar ia kembali menjambak rambutnya sendiri, saat bayangan wajah tunangannya Chayra Fayolla kembali melintas di pikirannya.

"Shisi.. berhentilah menagis, kakak mohon." Ucap Chenoa Rajendra lagi yang perlahan melangkah mendekati Shin Rawnie, dan meraih selimut yang masih tergeletak di atas tempat tidur untuk menutupi tubuh polos Shin Rawnie.

"Shisi... Kakak benar-benar tidak sengaja melakukannya, kakak juga tidak tahu, kenapa kakak bisa merasa fly seperti tadi, tapi..."

PALAAK..

Satu tamparan keras tiba-tiba mendarat di wajah Chenoa Rajendra yang seketika terdiam, bahkan dengan membabi buta Shin Rawnie terus menghujamkan pukulan dan tamparan di wajah juga tubuh Chenoa Rajendra yang hanya pasrah sejak tadi.

"PERGIIIII..... " Teriakan Shin Rawnie yang dengan keras mendorong tubuh Chenoa Rajendra yang langsung terjatuh ke lantai.

Bahkan belum sempat Chenoa Rajendra beranjak, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka. Dan menampakkan sosok Rex Daiva yang terlihat begitu syok saat melihat keadaan adiknya yang masih terisak di sudut tempat tidurnya, dan juga Chenoa Rajendra yang juga terlihat berantakan dengan darah yang masih menghiasi sudut keningnya juga sudut bibirnya.

"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADANYA BRENGSEK." Teriak Yukio Clovis selang beberapa setelah Rex Daiva, bahkan wajahnya terlihat memerah saat mendapati Shin Rawnie yang tengah terisak sambil memeluk kedua lututnya yang bergetar. Dan tanpa menunggu jawaban dari Chenoa Rajendra, Yukio Clovis langsung melangkah mendekati sahabatnya tersebut, mencengkram keras baju kaos itu dan langsung melayangkan satu pukulan keras tepat ke wajah Chenoa Rajendra yang kembali terhuyung kebelakang.

"Maafkan aku Yo.. aku.. tidak sengaja melakukannya. Aku.. benar-benar tidak sengaja... " Jawab Chenoa Rajendra.

Sedang Rex Daiva yang sudah paham dengan situasi sekarang hanya bisa terdiam sambil menatap adiknya dan Chenoa Rajendra secara bergantian dengan perasaan bersalahnya. Hatinya tiba-tiba hancur saat menyadari jika ia sudah menghancurkan hidup seseorang yang sangat di sayangi juga di lindunginya seperti harta yang paling berharga selama ini.

"Yo.. apa Shisi adalah kekasihmu?" Tanya Chenoa Rajendra perlahan saat memalingkan pandangannya ke arah Yukio Clovis yang tengah memeluk tubuh Shin Rawnie yang masih terbungkus dengan kain selimut. Bahkan masih terus terisak sejak tadi.

"Yah benar. Dia adalah kekasihku, dan lihat apa yang sudah kau lakukan kepada kekasihku, KENAPA KAU MELAKUKANNYA BRENGSEK, KENAPA KAU TIDAK MENCARI JALANG SAJA DI LUAR SANA JIKA KAU INGIN MELAKUKANNYA NOAH." Teriak Yukio Clovis dengan amarahnya. Satu kalimat yang jelas membuat Rex Daiva dan Chenoa Rajendra terkejut.

"Maafkan aku Yo... " Satu kalimat yang kembali keluar dari mulut Chenoa Rajendra.

"Maaf.. Ini semua salahku." Ucap Rex Daiva perlahan yang membuat mereka menatapnya secara bersamaan. Dan yang paling terlihat syok saat ini adalah Yukio Clovis. Dengan tajam ia menatap wajah Rex Daiva yang terlihat sudah di penuhi oleh rasa penyesalan.

"Apa maksudmu?" Tanya Chenoa Rajendra yang langsung beranjak dari duduknya.

Untuk sesaat Rex Daiva terdiam, dengan kuat ia mengepalkan kedua tangannya. Sebelum akhirnya ia mengangkat kepalanya dan menatap adiknya yang masih terseduh di dalam pelukan Yukio Clovis.

"Aku yang telah memasukkan obat perangsang di dalam air mineral yang di minum oleh Noah." Ucap Rex Daiva.

"Apa/apa?" Tanya Chenoa Rajendra dan Yukio Clovis secara bersamaan, hingga sedetik kemudian tubuh jangkung Rex Daiva tersungkur ke belakang sebab dengan gerakan cepat Chenoa Rajendra langsung melepaskan satu pukulan yang cukup keras ke wajah Rex Daiva, hingga membuat sudut bibir tersebut mengeluarkan darah.

"APA KAU GILA? LIHATLAH APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN BRENGSEK," Teriak Chenoa Rajendra prustasi, "Bukan hanya aku yang hancur atas kegilaanmu ini, tapi kita semua, apa sebernarnya yang ada di dalam kepalamu?" Geram Chenoa Rajendra.

Sambil mencengkram kera baju Rex Daiva yang hanya bisa terdiam dengan sejuta penyesalan di hatinya, bahkan ia tidak peduli sesakit apa pukulan Chenoa Rajendra yang membuat wajahnya memar, tatapannya terus tertuju kepada adiknya yang saat ini bahkan enggan menatapnya.

"Maaf.. " Ucap Rex Daiva yang masih terus menatap adiknya.

"Apa kata maafmu bisa mengembalikan keadaan seperti semula brengsek, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bahkan menyakiti dua wanita sekaligus Rex, dua wanita." Sentak Chenoa Rajendra yang dengan keras langsung mendorong tubuh Rex Daiva hingga kembali terhuyung kebelakang.

Sedang Yukio Clovis hanya bisa terdiam dengan amarah yang sudah memenuhi hatinya. Perlahan di gendongnya tubuh Shin Rawnie yang masih terbungkus selimut dan langsung melangkah pergi meninggalkan mereka tanpa ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Bahkan Rex Daiva yang biasanya sangat overprotective kepada adiknya dan tidak suka jika ada yang menyentuh adiknya hanya bisa terdiam saat ia melihat Yukio Clovis menggendong tubuh polos adiknya yang hanya terbungkus selimut. Begitu pula dengan Chenoa Rajendra yang juga ikut pergi meninggalkan Rex Daiva yang masih terdiam di dalam kamar Shin Rawnie dengan hati yang sudah di penuhi oleh rasa penyesalan. Semua meninggalkannya sekarang, Rex Daiva berdiri mematung dengan air mata yang menitik dari sudut matanya.

Sementara di luar Mansion, terlihat Chenoa Rajendra yang tengah berusaha mengejar langkah Yukio Clovis yang masih menggendong tubuh Shin Rawnie sambil menuju mobilnya.

"Yo.. " Panggil Chenoa Rajendra yang langsung menghentikan langkah Yukio Clovis.

"Yo.. Bawah aku pergi, aku mohon.. Aku tidak ingin melihatnya." Pinta Shin Rawnie yang langsung mendekap erat tubuh Yukio Clovis, seraya menyembunyikan wajahnya di dada kekasihnya.

Mendengar permintaan dan ketakutan Shin Rawnie membuat Chenoa Rajendra seketika menghentikan langkahnya dan lebih memilih mundur dengan perlahan untuk menjauhi Yukio Clovis dan Shin Rawnie.

"Kau akan membawa Shin ke mana?" Tanya Chenoa Rajendra perlahan.

"Panthouse." Jawab Yukio Clovis sambil membuka pintu mobil, memasukkan dan langsung menyandarkan tubuh Shin Rawnie di jok penumpang samping kemudi dan dengan perlahan mengusap wajah sembab Shin Rawnie yang masih terdiam sejak tadi. "Untuk sementara aku akan membawanya ke panthouse." Sambung Yukio Clovis.

"Tapi.. "

"Apa ada yang ingin kau sampaikan lagi?" Tanya Yukio Clovis sambil terus menatap wajah Chenoa Rajendra tajam.

"Yo.. Sekali lagi maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya." Ucap Chenoa Rajendra.

"Ini bukan salahmu." Ucap Yukio Clovis dengan wajah datarnya dan langsung berjalan menuju mobilnya, melajukan mobilnya meninggalkan Chenoa Rajendra yang masih berdiri sambil menatap punggung mobil Yukio Clovis yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"AARRGGGHHH.. "

Teriak Chenoa Rajendra keras sambil menjambak rambutnya. Tubuhnya mendadak lemas seolah tidak mempunyai tenaga lagi, ia terduduk di lantai depan Mansion Rex Daiva.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Sayang.. Maafkan aku.. Maafkan aku.. Maaf aku telah melakukannya dengan gadis lain." Gumam Chenoa Rajendra sambil menengadah ke atas, menatap langit malam yang terlihat mendung. Hingga akhirnya ia pun beranjak dari duduknya dengan pikiran kalut dan langsung menuju mobil, melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Sedang Rex Daiva yang melihat mobil Chenoa Rajendra dan Yukio Clovis meninggalkan Mansion membuat hatinya semakin gelisah. Hanya dengan satu kali pergerakan saja meja yang berada di hadapannya terpental hingga menimbulkan suara keras bersamaan dengan barang-barang yang ikut hancur terkena meja yang di lempar Rex Daiva dengan sangat keras. Kemarahan Ayahnya jika mengetahui masalah yang baru saja terjadi pada adiknya karena ulahnya sendiri sudah terbayang dengan jelas di dalam pikirannya, bahkan tubuhnya sudah merasakan nyeri saat membayangkan cambukan sang Ayah yang akan kembali melukai tubuhnya seperti dulu.

Rex Daiva yang selalu mendapatkan hukuman jika gagal menjaga adiknya adalah hal yang membuatnya menjadi sangat overprotective pada adiknya, ia yang selalu menjaga adiknya dengan sangat ketat dan penuh peraturan membuat sang Ayah mempercayainya. Bahkan ia sudah sering mendengar kata-kata sang Ayah yang selalu mengatakan jika ia harus menjaga adiknya seperti ia menjaga nyawanya sendiri. Namun apa yang telah ia lakukan kepada adik yang sangat ia sayangi itu, bukan hanya gagal menjaganya, ia bahkan telah merusak masa depan adiknya, bahkan ia juga harus siap kehilangan orang-orang terdekatnya jika kesalahan yang ia lakukan tidak di maafkan oleh kedua sahabatnya, begitupun juga dengan adiknya.

Dalam diam Rex Daiva menangis, air matanya menitik tampa di sadarinya, kenangan saat Ayahnya mengikat tubuhnya dan mengurungnya di dalam gudang selama 24 jam karena kelalaiannya hingga mengakibatkan adiknya Shin Rawnie tersambar mobil saat mereka masih berseragam SMA kembali terngiang di ingatannya. Mereka yang sudah kehilangan sang Ibu sejak Shin Rawnie masih sangat kecil terpaksa harus menerima didikan sang Ayah yang sangat keras dan menakutkan. Bahkan semua tanggung jawab di berikan kepada Rex Daiva yang harus selalu menerima konsekuensi jika ia lalai ataupun melakukan kesalahan dalam menjaga adiknya.

* * * * *

Bersambung...

Next chapter