MANSION REX DAIVA JORELL.
Sudah 1 bulan berlalu sejak kejadian malam itu, Shin Rawnie yang masih belum bisa melupakan kejadian yang menimpahnya masih betah mengurung dirinya di kamar dan enggan melakukan aktivitas apa-apa. Rex Daiva yang sudah tidak pernah lagi melihat senyum di wajah adiknya sejak saat itu cukup membuatnya prustrasi, bahkan ia sudah tidak tau lagi harus berbuat apa untuk mengembalikan adiknya seperti dulu. Apalagi saat mendengar kabar jika Ayahnya akan mengunjungi mereka di akhir minggu ini. Perasaan Rex Daiva semakin hari semakin gelisah, ia mulai merasa takut sebab ia tidak tau harus berkata apa kepada Ayahnya jika mengetahui masalah yang sudah menimpa adiknya.
Sebab meskipun ia yang sepenuhnya bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi, namun Chenoa Rajendra yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan pasti akan terkena imbasnya juga, sebab Rex Daiva sudah sangat paham dengan tabiat sang Ayah yang memiliki tempramen yang sangat menakutkan.
Sedang Chenoa Rajendra sendiri sudah tidak pernah terlihat lagi sejak terakhir kali ia ke Mansion, tepatnya satu bulan yang lalu saat ia datang untuk meminta maaf kepada Shin Rawnie dan ingin mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang sebenarnya bukan salahnya. Bahkan Chenoa Rajendra harus menerima sikap buruk dan penolakan dari Shin Rawnie.
"Rex.. "
"Yo, kau datang?" Tanya Rex Daiva saat melihat Yukio Clovis yang tengah melangkah kearahnya.
"Hm, Ada yang ingin aku bicarakan padamu." Ucap Yukio Clovis yang sudah terlebih dahulu duduk di sebuah sofa tampa menunggu sang empuh rumah untuk mempersilahkannya duduk.
"Ada apa?"
"Soal pernikahan." Jawab Yukio Clovis tanpa basa-basi.
"Kau masih memikirkan hal itu? Aku tidak akan pernah menyetujuinya Yo, kau tau itu." Balas Rex Daiva dengan terang-terangan menolak.
"Aku jelas memikirkan hal itu, apa kau pikir aku sedang bermain-main sekarang? Dan adapun kau menyetujuinya atau tidak, aku tidak perduli. Mungkin aku bisa meminta izin kepada Paman Rainer."
"Apa kau gila? Kau tidak amnesia kan dan lupa dengan tabiat Ayah? Apa kau sudah bosan hidup?"
"AKU TIDAK PEDULI REX," Balas Yukio Clovis dengan nada yang mulai meninggi.
"SEBENARNYA APA YANG SUDAH KAU PIKIRKAN?" Tanya Rex Daiva dengan nada yang tidak kalah tinggi. "Kenapa kau sangat berkeras ingin menikahi Shisi? Dan satu hal lagi, sejak kapan kau berhubungan dengan Shisi?" Tanya Rex Daiva.
"KARENA SHISI KEKASIHKU, dan aku tidak ingin Shisi di miliki oleh orang lain, sudah cukup. Apa kau tau Rex, jika mengingat kejadian saat itu, aku tiba-tiba saja sangat ingin membunuhmu?" Sambung Yukio Clovis yang membuat Rex Daiva terbungkam untuk sesaat.
"Aku minta maaf Yo," Ucap Rex Daiva setelah beberapa saat.
"Aku tidak tau harus memaafkanmu atau tidak Rex. jujur, aku sangat kecewa padamu, kau bahkan tidak memikirkan hal paling terburuk yang bisa saja terjadi kepada Shisi."
"Hal terburuk? Apa maksud kamu?" Tanya Rex Daiva mengernyit.
"Apa kau bodoh? Bagaimana jika Shisi sampai hamil Rex?" Geram Yukio Clovis yang sudah mengepalkan tangannya sejak tadi, berusaha menekan emosinya yang bisa meledak kapan saja.
"Apa kau berharap Shisi hamil? Kau gila?" Balas Rex Daiva yang tidak kalah emosinya.
"Aku tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi brengsek, aku hanya takut jika memang itu terjadi, dan sebelum hal itu benar-benar terjadi, aku akan menikahi Shisi secepatnya."
"Apa karena itu? Dan bagaimana jika Shisi tidak hamil?" Tanya Rex Daiva lagi.
"Aku akan tetap menikahinya. karena aku sangat mencintainya, dengan atau tampa persetujuanmu, aku akan tetap menikahinya Rex." Balas Yukio Clovis, langsung beranjak dari duduknya dan bersiap untuk pergi.
"Bukankah Seharusnya Noah yang bertanggung jawab jika memang Shisi sampai hamil?" Ucap Rex Daiva yang membuat Yukio Clovis semakin geram.
"Apa? Kau.. "
BUUGGHH..
Pukulan keras kembali mendarat di wajah Rex Daiva yang membuat tubuh jangkungnya tersungkur kebelakang dengan luka sobek di sudut bibirnya.
"Shisi adalah milikku, dan tidak ada yang bisa mengambilnya dariku." Teriak Yukio Clovis kehilangan kendali. Tampa ia sadari jika Shin Rawnie sudah berdiri di bawah anak tangga dengan wajah yang dipenuhi dengan kekhawatiran.
"Yo.. "
Panggil Shin Rawnie yang sudah sejak tadi keluar dari kamar saat mendengar keributan di lantai dasar, perlahan ia menghampirinya Yukio Clovis, Bahkan dengan sangat jelas Shin Rawnie bisa melihat kemarahan yang menyelimuti wajah gelap Yukio Clovis.
"Yo, kak Rex, apa yang terjadi?" Tanya Shin Rawnie saat melihat Rex Daiva yang masih terduduk di sudut ruangan sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Shisi, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membuat keributan, aku datang kesini untuk membicarakan pernikahan kita." Jawab Yukio Clovis yang untuk sesaat membuat mulut Shin Rawnie bungkam. Ia mengalihkan pandangannya kepada Rex Daiva yang sedang berusaha untuk berdiri sambil memegangi kepalanya.
"Sudah aku bilang, aku tidak akan menyetujuinya, apa kau tidak paham juga?" Kelakar Rex Daiva yang langsung melayangkan pukulan ke arah Yukio Clovis, namun belum sempat kepalan tangannya mengenai wajah Yukio Clovis.
"HENTIKAN KAK REX." Suara terikan Shin Rawnie tiba-tiba terdengar dan membuat Rex Daiva menghentikan pergerakannya.
"Shisi.. "
"Sudahlah.. Bukankah aku yang seharusnya memberi keputusan, bukan kakak?" Ucap Shin Rawnie yang membuat Rex Daiva terlihat kaget.
"Shisi, aku ini kakakmu, aku yang berhak memutuskan semua yang bersangkutan dengan dirimu."
"Aku tau kak, tapi untuk kali ini biarkan aku mengambil keputusan atas hidupku sendiri."
"Shisi.. "
"Aku akan menikah." Ucap Shin Rawnie.
"Apa? Tapi Shisi.. "
"Cukup kak, hargai keputusanku." Tegas Shin Rawnie, sedang Yukio Clovis yang masih berdiri di samping Shin Rawnie langsung meraih tangan Shin Rawnie untuk di genggamnya. Hingga membuat Rex Daiva hanya bisa terdiam tampa berkata-kata lagi.
Dengan langkah lebarnya Rex Daiva berjalan meninggalkan Yukio Clovis dan Shin Rawnie yang masih di sana. Bahkan Shin Rawnie dapat melihat dengan sangat jelas kekecewaan yang tergambar di wajah kakaknya Rex Daiva. Ia sangat paham jika saat ini kakaknya sedang merasa marah, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain tetap diam, bahkan saat Yukio Clovis mengusap surai panjangnya, ia masih tetap diam, hanya senyum tipis yang terulas dari bibir Shin Rawnie saat Yukio Clovis mengusap wajahnya lembut.
"Terimakasih sayang, kita akan menikah secepatnya." Bisik Yukio Clovis seraya memeluk tubuh Shin Rawnie yang hanya mengangguk pelan, menenggelamkan wajahnya di dada bidan Yukio Clovis yang masih mengusap lembut kepalanya, dan kembali mempererat pelukannya seolah tidak ingin melepaskan gadis yang saat ini tengah menghirup aroma tubuhnya, seolah aroma itu bisa menenangkan hatinya.
"Apa kau sangat menyukai aromaku?" Bisik Yukio Clovis lembut saat ia merasakan Shin Rawnie yang sejak tadi terus mengendus dan menghirup aroma tubuhnya.
"Hm, aromamu membuatku sangat nyaman." Jawab Shin Rawnie yang masih dalam posisinya.
"Baiklah, jika kau menyukainya, aku akan terus berada di sampingmu, agar kau bisa leluasa menikmati aroma tubuhku, kapanpun jika kau menginginkannya."
"Benarkah?"
"Tentu saja, sebab sebentar lagi kita akan menikah." Balas Yukio Clovis melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajah oval itu. Dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Shin Rawnie yang seolah sudah faham dengan maksud Yukio Clovis, Shin Rawnie yang refleks langsung menutup matanya bersamaan dengan bibir lembut Yukio Clovis yang menempe di bibirnya dan langsung melumat bibir itu lembut.
Ciuman hangat yang cukup yang membuat Yukio Clovis dan Shin Rawnie sempat terbuai, bahkan bisa membuat Yukio Clovis sangat bahagia saat Shin Rawnie mengalungkan kedua pergelangan tangannya ke bahu Yukio Clovis, dan tanpa aba-aba langsung membuka mulutnya, membiarkan lidah Yukio Clovis menjelajahi rongga mulutnya, bermain dengan lidahnya y ang sempat membuatnya mengerang saat dengan refleks Yukio Clovis menggigit bibir Shin Rawnie yang sudah 1 tahun terakhir ini menjadi kekasihnya, mereka menjalin hubungan tampa di ketahui siapapun.
Lama mereka saling berpangut, saling melumat hingga membuat Shin Rawnie sedikit sesak, sebab Yukio Clovis sepertinya tidak memiliki niat sedikitpun untuk melepaskan lumatan bibirnya, seolah saat ini bibir manis Shin Rawnie sudah menjadi candunya.
"Aku menyayangimu..." Bisik Yukio Clovis ke telinga Shin Rawnie dengan nafas tersengal saat ia melepaskan ciumannya, hingga membuat Shin Rawnie bisa merasakan nafas yang memburu dari Yukio Clovis yang tanpa Yukio Clovis sadari jika suara desahannya membuat Shin Rawnie tiba-tiba merasakan gelisah, ia terdiam saat ingatannya kembali tertuju pada kejadian satu bulan yang lalu, di mana ia juga bisa merasakan deru nafas memburu dari Chenoa Rajendra saat tengah menjamah tubuhnya dan menciuminya dengan sangat liar, bahkan suara desahan Chenoa Rajendra kembali memenuhi pikirannya saat ini.
"Aarrgghh.... "
Teriak Shin Rawnie yang sontak membuat Yukio Clovis terkejut saat ia sedang mengecup leher jenjang Shin Rawnie yang saat ini sudah menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Sayang ada apa? Apa aku menyakitimu?" Tanya Yukio Clovis panik, saat melihat reaksi Shin Rawnie yang masih enggan membuka matanya yang sudah berair.
"Sayang... Ada apa? Aku mohon, jangan membuatku takut." Tanya Yukio Clovis seraya meraih tubuh Shin Rawnie yang sudah bergetar karena menahan tangis untuk di peluknya dengan sangat erat.
"Maafkan aku Yo.. "
"Tidak sayang.. Tidak, seharusnya aku yang minta maaf." Balas Yukio Clovis yang semakin erat memeluk tubuh Shin Rawnie yang kini semakin terisak di dalam dekapannya.
Shin Rawnie tidak menyangka, meskipun sudah satu bulan berlalu, namun ia masih saja merasa takut jika tubuhnya di sentuh oleh orang lain, meskipun itu adalah Yukio Clovis, pria yang di cintainya. Sedang Yukio Clovis yang sudah paham dengan rasa takut yang di alami Shin Rawnie hanya bisa terdiam sambil terus menepuk-nepuk lembut punggung kekasihnya untuk menenangkannya.
"Aku akan membuatmu melupakan semuanya sayang, aku berjanji." Bisik Yukio Clovis.
* * * * *
"Kakak"
Suara lembut Shin Rawnie seketika membuyarkan lamunan Rex Daiva yang tengah duduk di sebuah sofa singel sambil menatap keluar jendela, mata tajam itu masih fokus pada jejeran bintang yang menghiasi langit malam itu.
"Maafkan aku, jika sudah mengambil keputusan yang membuat kakak kecewa." Ucap Shin Rawnie yang langsung mendudukkan dirinya di hadapan Rex Daiva yang masih enggan berbicara, ataupun sekedar menatap wajah Shin Rawnie. Jika mengingat perdebatan mereka siang tadi, Shin Rawnie sangat paham atas kekecewaan Rex Daiva saat ini.
"Kakak.. Aku sangat mencintai Yukio, itulah alasannya kenapa aku setuju untuk menikah dengannya."
"Kakak tau Shisi, tapi apa kau tidak memikirkan kakak, bagaimana reaksi Ayah nanti saat ia mengetahui jika kau telah mengambil keputusan tanpa memberitahunya terlebih dahulu, dan kakak yakin ia tidak akan setuju jika kau menikah secepat ini."
"Aku tau, biar aku yang akan berbicara dengan Ayah nanti, kakak tidak perlu khawatir." Ucap Shin Rawnie.
"Bagaimana dengan mudahnya kau menyuruh kakak untuk tidak mengkhawatirkanmu, Kau seperti tidak mengenal Ayahmu sendiri Shisi, bahkan kau lupa jika kau adalah nyawa yang paling berharga buat Ayah." Balas Rex Daiva seraya menatap wajah sang adik lekat.
"Kakak, aku mohon, bantu aku sekali lagi."
"Apa yang bisa kakak lakukan jika Ayah sudah murka Shisi, mencabut nyawa kakak adalah hal termudah yang bisa Ayah lakukan, bahkan kecepatan Ayah bisa mengalahkan kecepatan malaikat maut. Ayah sudah pasti akan membunuhku jika ia tau alasan kau menerima lamaran Yukio karena... "
"Ayah tidak akan membunuh kakak, sebab Ayah tau hanya kakak yang bisa melindungiku." Sela Shin Rawnie dengan senyum tipisnya.
"Tsk, kau tidak tau saja, sudah berapa kali Ayah hampir membunuhku." Lirih Rex Daiva. "Shisi.. Bisakah kau jujur kepada kakak, apa kau setuju untuk menikah dengan Yo karena masalah itu?" Tanya Rex Daiva sembari menatap lekat wajah adiknya.
"Itu bukan alasan yang utama kak." Jawab Shin Rawnie.
"Lalu?"
"Karena aku mencintainya."
"Tapi mencintainya bukan berarti kau harus menikah secepat itu. Bukankah kau masih memiliki impian yang belum kau wujudkan?" Tanya Rex Daiva yang kembali menciptakan senyum di wajah Shin Rawnie, namun kali ini senyum Shin Rawnie nampak jauh berbeda.
"Impian? Aku rasa aku sudah tidak menginginkan impian itu lagi sejak satu bulan yang lalu." Ucap Shin Rawnie yang sontak membuat Rex Daiva terdiam dengan nafas yang tercekik. Ia bahkan sampai lupa dengan kesalahan yang sudah ia lakukan hingga membuat adiknya harus melupakan impiannya.
"Maafkan kakak Shisi." Lirih Rex Daiva tertunduk. Sedang Shin Rawnie hanya bisa tersenyum tipis sambil menarik nafas dalam.
"Menikah sekarang pun atau nanti tidak ada bedanya buatku, sudah tidak ada lagi yang aku inginkan di dunia ini kak."
"Tapi Shisi, pernikahan adalah suatu ikatan yang sakral, suatu ikatan seumur hidup, apa kau yakin akan melakukannya?"
"Aku sangat yakin, setidaknya aku akan hidup bersama dengan Yukio, pria yang sangat aku cintai juga mencintaiku."
"Shisi.. Apa kau tidak akan memikirkannya lagi? Ayah bahkan tidak menyukai Yukio, kau tau sendiri, Ayah tidak pernah menyukai semua yang bersangkutan dengan kakak. Bahkan sekarang pun jika Ayah tau kakak masih bernafas dan hidup dengan tenang mungkin ia akan merasa kecewa." Balas Rex Daiva dengan asal yang membuat Shin Rawnie akhirnya tersenyum.
Namun senyum itu seketika hilang saat ia kembali memikirkan perkataan Rex Daiva, ia bahkan sampai melupakan jika Tuan Rainer Diedrich sangat membenci kedua sahabat Rex Daiva. Sebab, selama yang Shin Rawnie ketahui, jika Tuan Rainer Diedrich sedang berada di Mansion untuk mengunjungi mereka, Chenoa Rajendra dan Yukio Clovis pasti akan tiba-tiba menghilang tampa kabar, bahkan mereka bisa bersembunyi di planet Mars agar Tuan Rainer Diedrich tidak melihat mereka.
"Baiklah.. Jika itu sudah menjadi keputusanmu, kakak akan membantu untuk menjelaskan kepada Ayah."
"Terimakasih kak."
"Hm. Tapi Shisi.. "
"Ada apa kak?"
"Sejak kapan kau menjalin hubungan dengan si anak manja itu?"
"Sejak 1 tahun yang lalu." Jawab Shin Rawnie tersenyum.
"Apa? Sudah selama itu, dan kakak tidak mengetahuinya? Bukankah kau sangat keterlaluan?"
"Itu karena selama ini kakak selalu sibuk dengan wanita-wanita kakak, jadi kakak tidak mengetahuinya."
"Tsk, itu karena kau dan Yukio yang pandai menutupinya, bahkan selama ini kakak pikir Yo pria jomlo yang menyedihkan, ternyata aku salah, dia malah memiliki seorang kekasih yang sempurna dan cantik seperti dirimu, kau bahkan terlalu berharga buat pria seperti Yukio." Puji Rex Daiva yang membuat Shin Rawnie tersipu sekaligus bahagia, meskipun tiap saat Rex Daiva selalu memujinya, namun tetap saja, pujian-pujian dari Rex Daiva masih selalu membuat Shin Rawnie tersipu.
* * * * *
Bersambung...