"Jadi bukan Nita? " tanya Reyhan entah sudah yang ke berapa kalinya, membuat Vion dan Bian malas menjawabnya.
Sepulang sekolah, kedua sahabatnya itu langsung pergi menemui Reyhan di apartemennya. Setelah dari rumah Vion, laki - laki itu malas pulang ke rumah. Lagi pula di rumahnya sepi, mamanya pergi ke luar negeri menemani papanya yang mengurus perusahaan disana. Jika ia tidak pulang pun, pasti tidak ada yang peduli padanya. Kecuali mamanya.
"Rey, beberapa hari ke depan lo jangan deketin dia dulu," usul Vion. Reyhan membelalakan matanya, ia tidak terima. Melihat raut Reyhan yang kesal, membuat kedua sahabatnya curiga.
"Jangan bilang lo suka sama cewek barbar itu?" tanya Bian dengan seringaian di bibirnya. Reyhan dengan cepat membantah kecurigaan kedua sahabatnya.
"Nggak lah. Lo berdua kan tau sendiri tipe cewek gue itu kayak gimana," sanggah Reyhan.
"Ya udah kalau gitu jauhin dia dulu sementara," ujar Vion, Reyhan hanya mengangguk.
***
Setelah skors kemarin, Kelli merasa malas untuk masuk sekolah. Ia sedang malas bertemu dengan kakak kelas tengilnya itu. Selama masa skors, ia tidak menyangka jika Reyhan tidak merecokinya. Biasanya laki - laki itu akan merecokinya, entah itu datang ke rumahnya atau lewat pesan chat. Ia beranjak dari tempat tidurnya dengan ogah - ogahan. Selesai mandi dan berganti baju, ia keluar dengan menenteng tas ranselnya.
Di ruang makan sudah ada Kakaknya yang sedang asik dengan laptop dan sarapannya. Kelli menghampiri laki - laki itu, lalu duduk dan mulai mengoles roti tawar dengan selai cokelat favoritnya.
"Semangat sekolahnya Adek Abang," ucap Deren seraya menatap Kelli. Sedangkan perempuan itu hanya menatap laki - laki itu datar. Ia memang sedang dalam mood yang buruk. Menyadari mood Kelli yang buruk, Deren memilih bungkam. Selesai sarapan Kelli berlalu tanpa pamit, membuat Deren mendumel.
"Kalo bukan Adek gue, pasti udah gue tendang," dumel Deren. Kelli pun meninggalkan pekarangan rumahnya dengan motor maticnya.
Sesampai di sekolah, Kelli memakirkan motornya lalu masuk ke dalam kelasnya. Selama pelajaran berlangsung, perempuan itu seperti biasa hanya bermain ponsel. Kecuali jika pelajaran sosiologi, ia bisa fokus karena memang ia menyukainya.
Bel istirahat berbunyi, dengan semangat Kelli beranjak dari tempat duduknya dan mengajak Nita pergi ke kantin. Keduanya pun berjalan menuju kantin, seperti biasa lapangan ramai. Kelli bisa menebak jika Reyhan ada disana, dari sini ia bisa melihat Reyhan tebar pesona dengan perempuan - perempuan disana. Melihat sikapnya saja membuat ia ingin mual. Nita mengajak dirinya kesana, tapi Kelli menolak.
"Gue nggak bisa kesana Nit, gue laper..., " keluh Kelli, Nita pun mengangguk. Mereka pun berpisah, Kelli pergi ke kantin sedangkan Nita berjalan ke arah lapangan.
Kantin sepi, mungkin karena banyak anak - anak yang pergi ke lapangan untuk melihat Reyhan yang tebar pesona. Kelli memesan dua porsi bakso, tiba - tiba ada laki - laki yang duduk di depannya.
"Makan lo banyak juga ya," ucap laki - laki yang Kelli tidak tahu namanya. Perempuan itu memilih fokus dengan makanannya. Laki - laki di depannya sedari tadi menatapnya dengan tersenyum geli, Kelli mengkat salah satu alisnya. Setelah selesai makan, ia merogoh saku rok abu - abunya.
'Great, dompet gue ketinggalan. Mampus,' batin Kelli. Perempuan itu menatap laki - laki di depannya yang sedari tadi masih menatapnya.
"Gue nggak bawa dompet, bayarin ya. Thank's," ucap Kelli dan berlalu meninggalkan laki - laki yang memandangnya dengan senyuman lebar.
'Menarik,' batin laki - laki itu.
***
Sepulang sekolah, Reyhan tidak langsung pulang. Kedua sahabatnya memilih duluan, ia duduk di taman dengan gitarnya. Hari ini, ia tidak melihat Kelli sama sekali.
"Kemana ya dia, tumben." Laki - laki itu memetik senar gitarnya dan mulai bernyanyi. Sudah lama ia tidak bernyanyi seperti ini, papanya melarang dirinya. Ia selalu menyimpan gitar kesayangannya itu di apartemennya, ia tidak ingin laki - laki paruh baya itu tahu. Reyhan iri dengan teman - temannya yang bebas melakukan apa pun. Mungkin semua orang mengira hidupnya sempurna. Tapi di balik itu semua, ia tidak bahagia.
***
"Gue pulang duluan ya, Kell." Kelli hanya mengangkat ibu jarinya. Dia tidak ingin pulang lebih dulu, dia duduk di bawah pohon rindang di pojok taman sekolah. Dia memejamkan matanya, mencari ketenangan. Samar - samar dia mendengar orang yang sedang bernyanyi dan suara petikan gitar, Kelli membuka matanya. Dia beranjak mencari seseorang itu.
Di kursi taman, ia melihat laki - laki menyebalkan itu bernyanyi sambil memetik gitar. Hanya satu kata yang muncul dipikiran Kelli saat itu, 'keren'. Tapi Kelli berusaha menghilangkan dari pikirannya, ia menggelengkan kepalanya. Reyhan menyadari jika ia di perhatikan seseorang, ia menoleh.
"Heh, lo ngapain disitu!! Liatin gue nyanyi ya? Gue tau kalau suara gue itu bagus," ucap Reyhan dengan arogannya. Terkejut karena ketahuan sedang mengintip, Kelli hampir saja jatuh terjembab.
"Jadi orang jangan terlalu percaya diri, ntar gila baru tau rasa. Nggak mungkinlah gue liatin lo, amit - amit ya." Reyhan menyeringai.
"Terus lo ngapain disitu?" tanya Reyhan. Skak mat. Kelli berusaha mencari alasan. Reyhan yang menyadari Kelli sedang bingung mencari alasan, ia mempunyai ide. Ini akan menjadi kesempatan untuknya, agar membuat Kelli jatuh ke dalam pesonanya.
"Oh ya, gimana kalau kita taruhan. Besok pulang sekolah ke cafe di samping sekolah. Kita nyanyi disana, pelanggan cafe yang jadi juri. Nanti yang kalah harus jadi pembantu orang yang menang selama satu tahun, deal?" Reyhan tersenyum mengejek. Kelli membuang napasnya gusar, ia tidak bisa bernyanyi. Tapi kalau ia menolak, pasti Reyhan merasa besar kepala. Dan yang pasti dia akan menjadi bulan - bulanan laki - laki itu. Ia tidak mau.
"Kenapa? Lo nggak bisa nyanyi? Karena gue baik hati, gue kasih lo waktu satu bulan buat belajar nyanyi. Baik banget kan gue, gimana? Deal?" usul Reyhan dengan seringaiannya. Kelli pun mengangguk.
"Okay. Kalau gitu gue mau pulang," pamit Reyhan dan berlalu, meninggalkan Kelli yang kesal.
***
Di rumah berkali - kali Kelli bernyanyi, dan berkali - kali pula kakaknya berteriak memintanya berhenti bernyanyi.
"Dek!!!! Jangan nyanyi,gendang telinga gue bisa pecah kalo lo nyanyi." Kelli mengusap wajahnya kasar, yang ada dipikirannya saat ini adalah bisa mengalahkan seorang Reyhan. Karena taruhan gila Rayhan, kepalanya rasanya ingin pecah. Sedari tadi ia tidak berhenti mendumel, ia lemah dalam hal bernyanyi. Terakhir kali ia bernyanyi itu saat tes musik SMP, dan itu pun ia mendapatkan nilai 'C'. Kelli pun menyambar ponselnya di atas nakas, dan mengirim pesan kepada Nita.
AndreaKelli : Nit, gue butuh bantuan.
Nita : Kenapa lagi?? Kena omel Bu Risma?? Apa disuruh buat makalah tiga puluh lembar lagi??
AndreaKelli : Jadi gini, Reyhan buat taruhan. Kita mau nyanyi di cafe sebelah sekolah. Kalau yang kalah bakalan jadi pembantunya si pemenang. Dan itu artinya kalau gue kalah, gue bakalan jadi pembantunya Reyhan. Dan gue nggak mau. Dia kasih gue waktu sebulan buat belajar nyanyi. Ajari gue dong.
Nita : Gue nggak salah bacakan?
AndreaKelli : Engga, lo nggak salah baca. Bantuin gue please.
Nita : Tunggu - tunggu, gimana lo bisa taruhan sama kak Reyhan?? Cerita dulu!! Lo utang cerita ke gue
AndreaKelli : Kalau cerita masih bisa di tunda, besok deh gue cerita. Sekarang bantuin gue, bikin suara gue kaya suaranya Taylor Swift.
Nita di seberang tersenyum sinis. Ia punya ide untuk menjauhkan sahabatnya itu dengan Reyhan.
Nita : Hahaha. Okay, gue bantuin. Gue punya sepupu, dia pintar nyanyi sama main alat musik. Dia juga satu sekolah sama kita. Besok kita ke kelasnya aja yee
AndreaKelli : Okay, makasih ya Nit
Nita : Sama - sama :)
Ini rencana Nita, ia akan mencomblangkan sepupunya itu dengan Kelli.
Kelli bernapas lega. Besok dia dan Nita akan ke kelas sepupunya sahabatnya itu. Pokoknya ia harus bisa mengalahkan Reyhan, ia harus bisa.
'Gue pasti bisa ngalahin lo, Reyhan kamprettt,' batinnya meyakinkan.