webnovel

Bad Girl VS Bad Boy

Gue Andrea Kellisha Winanta, cewek petakilan dan ga bisa diam. Senakal - nakalnya gue, gue ga suka sama yang namanya alkohol dan rokok. Kalau sampai gue liat cowok nge-rokok atau minum, sifat preman gue keluar. Hari pertama gue jadi siswi di SMA Jingga, gue lihat segerombolan cowok di kantin dan itu pun masih jam pertama. Sebenarnya waktu itu gue di hukum gara - gara terlambat sekolah. Tapi bodo amatlah, dan yah... sekarang gue di kantin lihat segerombolan cowok itu di meja pojokan, dan salah satu dari mereka nge-rokok. Gue sih ga masalah mereka bolos toh biasanya dulu pas SMP gue bolos, tapi ini salah satunya ada yang nge-rokok. Karena gue benci banget, mulai saat itu gue mulai ngibarin bendera perang. Dan saat itu hidup gue yang awalnya biasa aja, sekararang jadi luar biasa. maksud gue er... LUAR BINASA. Cover : Pinterest (Avatar Fan art)

SpringLoveyy · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
227 Chs

Chapter 7

Kelli tidak terkejut sama sekali, karena ia sudah mengira dari awal. Tapi entah kenapa, ada yang mengganjal di hatinya. Pelajaran sosiologi yang beberapa minggu ini ia sukai menjadi tidak menarik, karena laki - laki itu masih menari - nari dipikirannya.

"Kelli." Pak Ridwan menatap tajam Kelli yang memang asik melamun. Matanya memang menghadap ke depan, tetapi pikirannya tidak disana.

"Kenapa Pak?" tanya Kelli, perempuan itu tersentak dari lamunannya

"Kamu kenapa?" tanya Pak Ridwan balik. Sedangkan perempuan itu hanya menggeleng, guru itu membiarkan Kelli. Lagi pula habis ini jam pulang. Kelli berusaha fokus memperhatikan papan tulis di depan, walaupun penjelasan dari gurunya itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Tidak lama bel pulang berbunyi, Kelli segera merapikan alat tulisnya.

"Nit gue duluan ya," pamit Kelli, perempuan itu mencangklong tas di bahunya.

"Lho, nggak nunggu Kak Reyhan? Tadi bareng dia kan?" tanya Nita, sedangkan Kelli mengangkat bahu kemudian berlalu. Sepeninggal Kelli, perempuan itu tersenyum puas. Nita keluar dari kelas, ia menuju ke lapangan basket.

Sesampainya di lapangan basket, disana sudah ada Reyhan dkk yang sedang asyik bermain basket. Nita duduk di kursi pinggir lapangan, ia menunggu Reyhan selesai bermain. Matanya tidak lepas memandang Reyhan yang terlihat keren, di tambah keringat di keningnya menambah kesan dua kali lebih keren. Begitu Reyhan dkk selesai bermain basket, Nita langsung memberikan sebotol minuman untuk laki - laki itu.

"Dari tadi Nit?" tanya Bian, seraya mengelap keringat di keningnya. Nita mengangguk menjawab pertanyaan laki - laki itu.

"Kelli dimana Nit?" tanya Reyhan.

"Dia duluan tadi Kak," jawab Nita kalem. Reyhan yang mendengar itu, buru - buru pergi. Nita mencekal tangan laki - laki itu, membuat Reyhan menatap perempuan itu penuh tanya.

"Aku bareng Kak, kan kita se-arah," ucap Nita memelas, mau tidak mau Reyhan pun mengangguk.

"Wait, kok lo tau rumah Reyhan?" tanya Vion.

"Aku tau dari teman Kak. Temanku kan fans nya Kak Reyhan," jawab Nita dengan senyuman yang terpatri di bibirnya. Setelah itu, ia pamit kepada Vion dan Bian. Nita berlari mengejar Reyhan yang sudah jauh berjalan ke arah parkiran.

"Bi lo sadar nggak sih, cewek itu kayak nya suka sama Reyhan," ucap Vion, sedangkan Bian tersenyum sinis.

"Semua orang pasti tau lah, keliatan tatapan sama sikapnya kebaca. Kayak nya Reyhan sama Kelli harus hati - hati sama si Nita. Nggak tau kenapa, gue Nggak suka sama tuh cewek. Feeling gue nggak enak," ucap Bian. Vion menatap Bian bingung, ia tidak tahu feeling Bian benar atau tidak. Tapi selama ia kenal Bian, feeling sahabatnya itu tidak pernah salah. Sahabatnya itu mempunyai sifat peka yang tinggi. Keduanya beranjak dan pulang ke rumah masing - masing.

***

Nita memberi tahu alamatnya kepada Reyhan. Kemudian ia duduk di atas jok motor milik Reyhan, ia memegang ujung jaket Reyhan sebagai pegangan. Perempuan itu tidak berhenti untuk tersenyum, apalagi melihat punggung laki - laki yang ia sukai.

"Kak Rey bisa mampir bentar nggak? " tanya Nita, sedangkan Reyhan menolak. Perempuan itu harus bisa menghalangi Reyhan bertemu dengan Kelli, hingga satu ide terlintas di pikirannya.

"Kak mampir ke apotek bentar yuk, soalnya mama aku sakit," pinta Nita, membuat Reyhan menurutinya dan membelokkan motornya ke arah apotek.

Begitu sampai, Nita turun lalu masuk ke dalam apotek diikuti Reyhan. Karena ia tidak ingin ketahuan berbohong, ia membeli obat asal. Yang terpenting Reyhan tidak curiga. Selesai membeli obat, ia bingung bagaimana caranya mengulur waktu agar Reyhan dan Kelli tidak bertemu. Tiba - tiba,

"Aduh.... " Nita menoleh, ia mendapati anak kecil yang duduk dengan luka di lutut dan sikunya. Nita segera menghampiri anak kecil itu. Reyhan yang sudah menaiki motornya, ia turun menghampiri Nita dan anak kecil itu.

"Lho adik kenapa? " tanya Nita lembut sedangkan anak kecil itu masih meringis kesakitan.

"Dibawa ke rumah sakit aja gimana Kak? Tapi takutnya dia ntar di cariin orang tuanya," ucap Nita tanpa menatap Reyhan. Laki - laki itu bimbang, ia ingin membantu anak laki - laki itu tapi disisi lain ia ingin cepat - cepat bertemu Kelli.

"Adik rumahnya dimana?" tanya Reyhan, seraya mengelus rambut anak kecil itu. Anak kecil itu memberi tahu, alamat rumahnya. Reyhan tahu dimana alamat rumah anak kecil itu, dan itu cukup jauh dari apotek ini.

'Tapi kenapa anak kecil ini bisa nyasar disini,' batin Reyhan.

"Oke Kakak mau anterin kamu pulang, tapi kamu harus mau di obatin terlebih dahulu." Mendengar penuturan Reyhan membuat anak kecil itu mengangguk. Reyhan berjalan masuk ke apotek untuk membeli obat luka. Setelah mendapatkan obatnya, ia keluar menghampiri Nita dan anak kecil itu. Nita menawarkan diri untuk mengobati anak kecil itu, Reyhan pun menyerahkan kantong plastik berisi obat kepada Nita. Dengan telaten Nita mengobati luka anak kecil itu, sesekali anak kecil itu meringis kesakitan.

"Namanya siapa?" tanya Reyhan seraya mengusap kepala anak kecil itu.

"Namaku Cio Kak," jawab anak kecil itu dengan senyuman lebar.

"Kamu kok bisa disini? Padahal rumah kamu jauh dari sini," tanya Reyhan lagi, seketika senyuman Cio luntur. Ia terlihat murung.

"Aku beli obat buat ayah Kak. Nah apotek paling dekat dari rumahku ya disini," ujar Cio dengan senyum yang di paksakan. Reyhan mengangguk, laki - laki itu memandang anak kecil itu sendu.

"Oh iya Cio, Namaku Reyhan, kamu bisa panggil Kak Reyhan. Dan panggil perempuan disamping Kakak ini Kak Nita," ucap Reyhan, Cio manggut - manggut.

Setelah Nita selesai mengobati Cio, keduanya pun mengantar anak kecil itu. Sepanjang perjalanan Cio menceritakan tentang sekolahnya, tentang ia yang membantu ibunya menjual roti untuk biaya sekolahnya dan pengobatan ayahnya. Hal itu membuat Reyhan merenung dalam diam, ia ternyata cukup beruntung. Walaupun ia bertengkar dengan papanya, tapi ia tidak merasa hidup kekurangan. Mama dan papanya itu selalu membelikan apa yang laki - laki itu inginkan. Intinya hidupnya tidak seberat Cio.

Sesampai di depan rumah Cio, anak kecil itu menawarkan agar keduannya singgah dulu ke rumah. Tetapi Reyhan menolaknya. Nita meng-iyakan tawaran anak kecil itu, membuat Reyhan mendelik tajam.

"Kak, kita udah di tawari Cio. Masa kita nolak, kita kan bisa singgah sebentar Kak," ujar Nita berusaha membujuk Reyhan. Ia sengaja mengulur waktu. Akhirnya keduanya masuk. Mereka di sambut dengan senyuman hangat ibu dan ayah Cio. Mereka semua berbincang cukup lama hingga tidak menyadari jika langit mulai gelap. Reyhan dan Nita pun pamit.

"Kak kapan - kapan kesini lagi ya," ucap Cio dengan senyuman lebarnya. Reyhan mengelus kepala Cio seraya tersenyum. Hal itu tidak lepas dari pandangan Nita, membuat perempuan itu semakin menyukai Reyhan.

"Iya nanti Kakak kesini lagi sama temen Kakak, namanya Kelli" Jawab Reyhan. Mendengar jawaban Reyhan, membuat Nita melengos. Keduanya pun meninggalkan pekarangan milik Cio. Sepanjang jalan, keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing - masing, sedangkan Nita masih kesal dengan Reyhan yang ingin mengajak Kelli ke rumah Cio. Sesampai di depan rumah Nita, perempuan itu berterima kasih kepada Reyhan.

"Makasih ya Kak. Oh iya, Kakak suka ya sama Kelli?" tanya Nita penasaran.

"Ya enggak lah. Gue nggak mungkin suka sama cewek barbar kayak dia," jawab Reyhan kesal. Mendengar jawaban Reyhan, Nita tersenyum senang.

"Kak Reyhan kan cuma mau buat Kelli bertekuk lutut sama Kakak, ya kan? " tanya Nita memastikan.

"Bukan urusan lo." Setelah menjawab pertanyaan Nita, Reyhan langsung meninggalkan perempuan itu.