"Aku tidak ingin berdebat lagi." Tutzkia tahu jika dia melawan Mo, ia hanya akan mendapatkan lelah.
"Jika kau tidak ada, mungkin saja ayah mau mengakuiku juga!" Kata Mo tiba-tiba membuat suasana menjadi sedikit menegangkan.
Ia menatap Tutzkia seakan ia telah siap untuk membunuh adiknya itu. "Kak, apa yang mau kakak lakukan?" Tutzkia terundur satu langkah ke belakang, melihat Mo yang maju mendekati Tutzkia dengan hawa membunuh yang kuat.
Mo semakin mendekat dan lebih dekat lagi. Tutzkia pun terpojok, bahkan ia hampir saja terjatuh. Mo lalu membawa kedua tangannya dan mencekik leher Tutzkia. "Matilah!"
"Akh… ka…kak." Mo mencekiknya erat dan Tutzkia hanya bisa memegang kedua tangan Mo dan mendorongnya pergi.
"Kau sangat pintar dalam hal menyembuhkan diri. Jadi dengan mencekikmu seperti ini, maka kau barulah akan mati!"
Tutzkia kesakitan, wajahnya sudah memucat. Rupanya Mo mencekiknya dengan sangat erat.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com