Setelah seharian menghabiskan waktu bersama Belyn, Alecia pulang bersama Jade yang menjemputnya di toko es krim kesukaan Belyn. Saat tiba di rumah, ia langsung di sambut oleh Aric yang sedang membaca buku di ruang tamu. "Kakak!" teriak Alecia ceria lalu berlari memeluk Aric saat melihat kakaknya merentangkan tangan.
"Bagaimana hari pertama sekolah?" tanya Aric.
"Sangat menyenangkan, aku bertemu dengan teman baru!" ucap Alecia.
"Baguslah kalau begitu. Maaf karena kakak tidak bisa ikut menjemputmu," ucap Aric setelah melepasn pelukannya.
"Tidak masalah kak! Tadi Belyn juga sudah mengajakku membeli es krim di tempat kesukannya."
"Hm … kamu tidak makan es krim terlalu banyak, bukan? Kamu harus ingat kalau dokter Araide melarangmu makan-makanan manis terlalu banyak atau perutmu akan sakit lagi," ucap Aric.
"Tenang saja kak, aku hanya makan satu es krim!" ucap Alecia.
Aric mengelus kepala Alecia sambil tersenyum lembut. "Anak pintar. Kalau begitu sebaiknya kamu berganti pakaian. Setelah selesai berganti pakaian kita bisa makan malam bersama."
"Baik!"
Setelah itu, Alecia langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya dengan diikuti Monica dan pria berambut biru gelap, berkulit sedikit cokelat dan bermata biru gelap. Kendra adalah salah satu pasukan khusus klan Shamus yang terpilih menjadi pengawal pribadi Alecia dua tahun lalu. Ia tidak memiliki nama keluarga atau nama tengah dikarenakan semua anggota pasukan khusus klan Shamus merahasiakan nama tengah dan nama keluarga mereka demi keamanan keluarga mereka.
Itulah kenapa Kendra dan Monica tidak memiliki nama tengah maupun nama keluarga. Meskipun begitu, selama menjalankan misi sebagai pengawal, setiap anggota diperizinkan untuk menggunakan nama asli mereka untuk tidak membuat kecurigaan. Namun, Aric tidak mengerti dengan jalan pikiran Monica dan Kendra yang lebih memilih hanya menggunakan nama panggilan mereka saja dalam menjalankan misi ini.
"Tuan muda, makan malam akan siap setengah jam lagi. Apa perlu saya minta kepala koki untuk mempercepatnya?" tanya Jade yang menyadarkan Aric dari lamunnnya.
Aric menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu, lagipula Alecia juga masih lama. Aku akan di halaman belakang sambil menunggu."
"Baik, tuan muda."
Setelah itu, Aric langsung berjalan menuju halaman belakang. Hari ini bukan jadwal bagi Takeo utuk berlatih bersama Jade. Sehingga Aric dapat menggunakan halaman belakang untuk berlatih dengan tenang. Takeo yang sudah berlatih di kediaman Shamus selama dua tahun memiliki peningkatan yang sangat cepat.
Meskipun ia baru berlatih selama dua tahun, Takeo sudah setara dengan Kendra yang merupakan anggota khusus klan Shamus dalam hal bertarung. Walaupun, ia masih kalah jika bertarung dengan Jade yang sudah sangat berpengalaman. Namun, Aric cukup terkejut melihat perkembangan sahabat masa kecilnya yang dulu tidak pernah mau berlatih bertarung saat kecil.
Aric menatap pemandangan di hadapannya. Halaman belakang yang dulu tidak memiliki banyak tanaman, kini di penuhi dengn berbagai tanaman dari berbagai macam negara, karena Alecia yang menyukai berbagai macam bunga. Bahkan ia dapat melihat rumah kaca yang dibangun orang tuanya sebagai hadiah ulang tahun Alecia yang ke enam.
Semenjak kedatangan Alecia ke kediaman Shamus, Aric merasa jika rumah yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama dua puluh tahun ini terasa lebih ceria dibandingkan sebelum kedatangan Alecia. Mengingat masa kecilnya yang selalu menyendiri di rumah besar ini dan mengingat saat ia bersama dengan Alecia. Senyuman kecil terbentuk di wajah Aric.
"Hm … apa yang harus aku siapkan hadiah apa untuk Alecia selanjutnya, ya?"
"Tuan muda."
Panggilan itu membuat Aric tersadar dari lamunanya lalu menatap Jade yang berdiri di sampingnya. "Ada apa?"
"Tuan besar ingin Anda menghubunginya melalui video komunikasi sekarang," ucap Jade.
"Hah … baiklah. Apa kau sudah menyiapkan rungannya?"
"Semua sudah siap, tuan muda," ucap Jade.
Aric menganggukkan kepala lalu berjalan dengan diikuti Jade menuju ke ruangan yang biasa di gunakan untuk video komunikasi. Setelah tiba di ruangan video komunikasi, Aric langsung duduk di kursi yang telah di sediakan lalu menunggu hingga video komunikasi tersabung dengan ayahnya.
Sebelum wajah Jayden muncul di layar, Jade dan pelayan lainnya telah meninggalkan ruangan. Sehingga hanya menyisakan Aric sendirian di ruangan yang cukup luas untuk satu orang itu. "Ada apa ayah?" tanya Aric secara langsung dengan nada kesal saat melihat wajah ayahnya di layar.
<Kau terdengar tidak senang. Apa terjadi sesuatu?>
"Hah … sebelum ayah meminta untuk di hubungi menggunakan video komunikasi, aku seharusnya menunggu Alecia sebelum makan malam bersama. Jadi, aku harap pembicaraan ini tidak begitu lama," ucap Aric.
<Ah … begitu. Ayah minta maaf kalau mengganggu waktu istirahatmu.>
"Sudahlah … jadi, ada apa ayah ingin aku menghubungimu?" ucap Aric.
<Bukan hal khusus, ayah hanya ingin bertanya saja. Apa kau berencana tidak mengikuti latihan musim dingin tahun ini seperti tahun lalu?>
"Apa terjadi masalah dengan latihan tahun-tahun kemarin? Tidak mungkin terjadi masalah. Aku sudah memperhitungkan semuanya, sehingga tidak akan terjadi masalah saat latihan musim dingin," ucap Aric bingung.
Jadyen menggelengkan kepalanya. <Porsi latihan yang telah kau siapkan berjalan dengan lancar. Hanya saja, sebagian pasukan yang berada di bawa komandomu sepertinya kurang bersemangat karena tidak adanya kehadiran kapten mereka. Sepertinya mereka berpikir jika kau tidak bisa mengikuti pelatihan karena kau masih dalam masa penyembuhan, jadi membuat mereka khawatir dan tidak bisa fokus dengan latihan.>
"Hah … sepertinya tahun ini aku harus ikut pelatihan musim dingin, dengan begitu mereka tidak akan khawatir lagi," ucap Aric.
<Baiklah, kalau begitu ayah akan menginformasikan hal ini kepada Morgan.>
"Tapi, jika aku pergi, bagaimana dengan Alecia? Bukankah ayah tahu jika latihan musim dingin dimulai dari awal musim dingin hingga akhir musim dingin. Jadi, aku tidak akan bersama dengan Alecia di tahun baru ketiganya di rumah ini. Aku tidak ingin dia sendirian di sini sepertiku dulu," ucap Aric.
<Aric…>
"Tapi aku tahu, jika aku tidak bisa terus menerus meninggalkan tanggung jawabku di markas. Jadi, aku akan tetap pergi," ucap Aric.
<Hah … jika itu yang kau khawatirkan. Kau tidak perlu khawatir, Alecia tidak akan sendirian. Adela bilang dia akan selalu ada di rumah selama musim dingin. Jadi, kau tidak perlu khawatir soal itu.>
"Ibu bilang begitu?" tanya Aric.
Jayden menganggukkan kepala. <Jadi, kau masih bisa melanjutkan kewajibanmu..
"Baik ayah. Kalau begitu, aku akan mempersiapkan semuanya," ucap Aric.
Jayden menganggukan kepala. <Jaga kesehatanmu.>
Setelah selesai berbicara dengan Jayden. Aric menghabiskan makan malam dengan Alecia seperti biasa. Alecia banyak menceritakan kesehariannya di sekolah dan Aric dengan senyuman mengembang mendengarkan penjelasan adiknya.
***
Seorang wanita berambut merah dan bermata merah tengah membaca buku di ruang tamu rumahnya. Ia tengah menikmati masa liburnya tanpa peduli dengan pekerjaan di kantor. Namun, semua ketenangan itu tidak bertahan lama saat phonselnya berbunyi. Ia ingin sekali mengabaikan siapapun yang menghubungi di hari liburnya.
Namun, ia tidak bisa melakukan itu karena tahu siapa yang berani menghubungi di saat ia mengambil cuti. "Apa yang kau mau Akido?"
<Apa kau tidak masalah berbicara seperti itu kepada bosmu, Katelyn?>
"Aku masih dalam masa cuti, jadi selama aku libur. Kau bukan bosku. Jadi, apa maumu?" ucap Katelyn kesal.
<Hah … aku hanya ingin mengajakmu makan malam, apa kau bisa?>
"Di mana?" tanya Katelyn dengan semangat.
<Di tempat biasa?>
"Aku tunggu tiga puluh menit kau sudah harus di depan rumahku," ucap Kalelyn.
<Seperti biasa, nyonya.>
Setelah selesai menerima telepon dari Akido, Katelyn segera bersiap-siap untuk makan malam. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Katelyn untuk bersiap-siap. Saat ia keluar rumah, ia dapat melihat pria berambut hitam dan bermata hitam yang sedang bersandar di mobil hitam yang di parkir di depan rumahnya.
"Kau sepertinya terlihat sangat senang, Akido?" tanya Katelyn bingung.
"Benar … bukankah hari ini juga hari yang menyenangkan bagimu, Kate?"
"Apa maksudmu?" tanya Katelyn bingung lalu masuk ke mobil setelah pintu penumpang di samping pengemudi dibukakan oleh Akido.
Setelah Akido masuk ke mobil, ia langsung menjalankan mobil menjauh dari rumah Katelyn. "Hari ini adalah hari pertama bagi keponakanmu masuk sekolah, benar bukan?"
"Ah … itu yang kau maksud," ucap Katelyn lalu tersenyum kecil. "Benar, aku senang akhirnya ia bisa menjalankan kehidupan yang normal setelah dua tahun meninggalkan rumah sialan itu, dan aku senang karena keluarga Shamus dapat mengurus klan Kishi dengan baik. Meskipun aku masih tidak puas dengan hukuman yang diberikan oleh ibunya. Aku ingin sekali memberikan hukuman secara langsung kepada wanita gila itu dengan tanganku sendiri."
"Jika kau ingin, kita bisa saja menyusup ke sel tahanannya dan memberikan hukuman secara langsung," ucap Akido.
"Apa kau gila? Penjagaannya begitu ketat. Itulah kenapa tidak mudah bagi tahanan untuk melarikan diri, dan aku tidak ingin melakukan sesuatu yang begitu berisiko hanya untuk menghukum wanita gila itu," ucap Katelyn.
"Mungkin jika berbicara dengan tuan muda Shamus. Dia bisa membantumu? Terutama jika dia tahu kalau Alecia adalah keponakanmu," ucap Akido.
"Hm … mungkin kita bisa coba hal itu. Tapi, apa tidak masalah jika Alecia bertemu dengan bibi yang selama ini tidak pernah ia tahu keberadaanya, tiba-tiba muncul di hadapannya?"
"Mungkin dia akan sedikit bingung. Tapi, aku yakin semua akan baik-baik saja, dia mungkin juga akan senang saat bertemu denganmu," ucap Akido.
"Hah … baiklah kalau begitu. Aku akan mencoba mendekati Alecia secara perlahan sebelum memperkenalkan diri."
"Baguslah, kalau begitu aku akan membuat janji dengan tuan muda Shamus, dan menginformasikan rencanamu untuk mendekati Alecia secara perlahan. Jika seperti itu, aku yakin jika Alecia tidak akan takut kepadamu saat kailan di perkenalkan secara resemi. Alecia bersekolah di Poteli Elementary School," ucap Akido.
"Noted. Besok aku akan menemuinya setelah pulang sekolah. Kebetulan juga cutiku masih lama," ucap Katelyn.
Akido menganggukkan kepala lalu mereka keluar dari mobil karena telah sampai di restoran yang selalu menjadi tempat mereka menghabiskan makan malam bersama. Setelah memberikan kunci mobilnya kepada salah satu petugas yang akan memarkirkan mobilnya, Akido langsung berjalan bersama Katelyn memasuki restoran mewah dihadapan mereka.
Bersambung…
Terima kasih telah mengikuti cerita ini
Sampai jumpa lagi
Like it ? Add to library!