Seorang pria berambut hitam dan bermata hitam tengah menikmati minuman yang di siapkan untuknya bersama pria berambut kuning emas yang terlihat tidak peduli dengan kedaangan pria itu. Sudah lima belas menit setelah Akido tiba di kediaman Shamus setelah melakukan jadwal pertemuan dengan pewaris klan Shamus dua hari lalu.
Setelah melihat secara langsung wajah pewaris klan Shamus itu, Akido dapat merasakan sesuatu yang begitu familiar dari pria yang lebih muda darinya itu. Namun, ia tidak pernah tahu dimana ia pernah bertemu dengan Aric Al Shamus. Akido menggelengkan kepalanya pelan untuk menyadarkan diri dan segera fokus dengan tujuannya datang kemari.
"Ehem … tuan muda Shamus. Seperti yang saya jelaskan dalam telepon dua hari yang lalu, teman saya yang merupakan bibi dari nona muda Shamus, ingin bertemu dengannya secara formal," ucap Akido setelah meletakkan kembali minumannya.
Aric meletakkan kembali cangkir minumannya lalu menyilangkan kakinya sambil menatap Akido dan tidak pernah menghilangkan senyuman ramahnya yang selalu ia gunakan jika melakukan urusan 'bisnis'. "Aku tidak pernah tahu jika kepala klan Kishi memiliki adik perempuan?"
Entah mengapa melihat senyuman ramah Aric membuat Akido merasa canggung untuk melanjutkan perkataannya. Ia tahu jika keluarga Kishi telah melakukan sesuatu yang buruk kepada Alecia, dan saat ini Akido meminta izin untuk mempertemukan Alecia dengan seseorang yang memiliki hubungan dengan keluarga Kishi.
Mengerti maksud pertanyaan Aric, Akido segera meluruskan kesalapahaman pria itu. "Ehem … orang yang saya maksud tidak memiliki hubungan dengan klan Kishi. Karena dia adalah adik perempuan dari istri kepala klan Kishi yang sudah memutuskan hubungan keluarga dengan kakaknya."
"Begitu … tapi, kenapa tiba-tiba dia ingin bertemu dengan Alecia sekarang?" tanya Aric. 'Kenapa tidak dari dulu kau bertemu dengan Alecia? Beraninya dia ingin bertemu dengan adik manisku sekarang!' Batin Aric tanpa menghilangkan senyuman ramahnya.
"Ah soal itu…"
"Lagipula, jika dia yang ingin bertemu dengan adikku, bukankah seharusnya dia sendiri yang datang menemuiku?" tanya Aric tanpa memberikan kesempatan Akido untuk berbicara. "Tentu saja, aku tidak bisa membiarkan adikku bertemu secara langsung dengan 'orang asing' begitu saja, bukan?"
Akido mengembuskan napas sambil menganggukkan kepala pelan. "Hah … Anda benar. Kalau begitu, apa besok saya bisa membawanya untuk bertemu dengan Anda. Dengan begitu, Anda bisa menilai sendiri, apakah tidak masalah mempertemukannya dengan nona muda Shamus."
Mendengar jawaban yang memuaskan, membuat senyuman di wajah Aric semakin mengembang lalu menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan menunggu kedatangan kalian jam sepuluh pagi. Aku harap kalian tidak terlambat, karena aku sedang sibuk."
"Baik, tuan muda Aric," ucap Akido lalu berdiri. "Kalau begitu, saya permisi dulu."
Aric menganggukkan kepala lalu membiarkan Akido berjalan meninggalkan Aric dengan diantarkan Jade.
Setelah kepergian Akido, senyuman Aric langsung menghilang dan berubah menjadi wajah datar. Ia mengembuskan napas pelan lalu menggunakan tangan kanannya untuk menopang kepalanya. "Hah … bibi Alecia? Aku tidak pernah terpikirkan akan hal itu."
"Apa kau butuh bantuanku untuk mencari tahu hal ini?" tanya Takeo yang keluar dari persembunyiannya lalu duduk di sofa yang di tempati Akido sebelumnya.
Saat Akido datang, Takeo telah datang lebih dulu untuk menjalankan latihan rutinnya bersama Jade, itulah kenapa pria itu saat ini ada di kediaman Shamus meskipun Belyn tidak bersamanya. "Apa kau bisa mencarinya sekarang? Karena aku akan bertemu dengannya besok jam sepuluh pagi."
"Tenang saja, mencari informasi adalah keahlianku. Tapi, izinkan aku menggunakan komputermu. Karena aku kemari tidak membawa laptop," ucap Takeo.
"Lantai dua sebelah perpustakaan pribadi," ucap Aric, dan dengan cepat Takeo langsung pergi menuju lokasi yang dimaksud sahabatnya itu.
***
Tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari informasi mengenai masa lalu seseorang dan keluarganya. Takeo hanya membutuhkan waktu dua jam untuk menemukan semua informasi yang diperlukan oleh Aric. Setelah mendapatkan semua informasinya, Takeo segera mengirimkannya kepada email Aric.
Aric yang sedang dalam perjalanan pulang setelah menjemput Alecia merasakan phonselnya bergetar. Saat ia memeriksa phonselnya, dan membaca email yang dikirimkan oleh Takeo. "Hm … lebih cepat dari perkiraan."
Alecia yang sedang berbicara dengan Belyn menatap kakaknya yang tersenyum menjadi bingung. "Ada apa kak?"
Aric semakin melebarkan senyumannya saat menatap Alecia dan menyimpan kembali phonselnya. "Bukan apa-apa, hanya informasi mengenai pekerjaan kakak selanjutnya. Oh benar juga, apa kamu ingin makan malam di luar? Kebetulan Takeo dan Belyn bersama kita, kenapa kita tidak makan malam bersama sekalian."
"Apa boleh?!" tanya Alecia dengan semangat.
Aric menganggukkan kepala. "Tentu saja."
"Kalau begitu aku ingin makan di tempat biasanya!" ucap Alecia dengan semangat.
"Baiklah," ucap Aric.
Setelah itu, mereka melakukan perjalanan dengan tenang. Aric sibuk membaca kembali informasi yang di temukan oleh Takeo, sedangkan Alecia dan Belyn sedang berbicara dengan senangnya. Jade yang sedang mengemudi tiba-tiba berhenti dengan diikuti suara ledakan dari beberapa mobil di hadapan mereka.
Aric dengan cepat bergerak melindungi Alecia dan Belyn agar tidak membentur kursi mobil di hadapan mereka. "Apa kalian baik-baik saja?"
Belyn menganggukkan kepala sambil memeluk Alecia.
"Kak, ada apa?" tanya Alecia yang terlihat ketakutan.
"Saya mohon maaf tuan dan nona muda. Sepertinya terjadi kecelakaan di depan," ucap Jade.
Aric yang mengerti dengan situasi di hadapan mereka saat ini berusaha menenagkan Alecia dan Belyn. "Bukan masalah besar. Kalian tenang saja dan tetap di mobil bersama Jade, mengerti?"
Alecia menganggukkan kepala sambil memeluk Belyn yang tubuhnya bergetar, karena mengingat serangan menakutkan saat ia dalam perjalanan pulang bersama Takeo dari kediaman Shamus.
Meskipun sudah beberapa tahun berlalu, namun Belyn tidak bisa melupakan keadaan yang menakutkan itu, hingga membunuh supir keluarganya yang selalu menjemput atau mengantarnya ke sekolah.
"Aku akan memeriksa di luar. Hubungi pasukan keamanan," ucap Aric.
Jade menganggukkan kepala. "Baik, tuan muda."
Setelah itu, Aric keluar setelah mengenakan masker yang menutupi setengah wajahnya dan mengenakan topi hitam polos untuk menutupi rambutnya yang mencolok. Saat Aric berada di depan mobil, terlihat dua mobil telah hancur di bagian depan sepeti sesuatu yang menghancurkan bagian depan mobil itu. Aric melihat terlihat dua orang anak yang saling menahan rasa takut mereka, sedangkan ibu mereka terlihat tidak sadarkan diri dengan luka di kepala.
Aric segera berlari untuk menyelamatkan kedua anak itu dan ibu mereka yang sepertinya hanya dalam keadaan pingsan Namun pintu mobil itu rusak karena tertabrak oleh mobil lain, sehingga tidak mudah untuk dibuka, ditambah dengan setengah mobil yang hancur di bagian bawahnya terlihat lubang yang cukup dalam, sehingga jika mereka bergerak sedikit saja, seluruh tubuh mobil itu akan masuk ke lubang tanpa dasar itu.
Melihat ibu dan kedua anaknya yang berada di kursi penumpang, sepertinya siapapun yang mengemudikan mobil mereka tidak bisa di selamatkan Aric menatap kedua anak yang juga menatapnya dengan air mata yang tidak juga berhenti.
"Tenanglah dan jangan bergerak. Aku akan berusaha mengeluarkan kalian," ucap Aric berusaha menenangkan mereka.
Salah satu anak laki-laki yang terlihat lebih tua dari anak lainnya itu menganggukkan kepala dan memeluk tubuh yang kemungkinan adalah adiknya. Setelah memastikan kedua anak itu menjadi tenang, Aric menatap sekitarnya untuk menemukan cara lain dalam mengeluarkan ibu dan kedua anak itu tanpa menunjukkan kemampuannya di depan umum.
Namun, sepertinya tidak ada cara lain. Dalam kondisi seperti saat ini, ia hanya bisa menggunakan kekuatannya atau ibu dan kedua anak itu akan jatuh bersama bagian belakang mobil ini. Selain itu, Aric harus berpikir cepat sebelum monster apapun yang membuat lubang itu kembali dan membawa Belyn dan Alecia meninggalkan temapt ini.
Aric menatap sekitarnya dan hanya melihat beberapa mobil yang sudah kosong karena di tinggalkan oleh pemiliknya yang sudah mengetahui dengan keadaan saat ini. Sepertinya tidak masalah, batin Aric.
Aric menghentakkan kakinya perlahan dan terjadi getaran ringan yang membuat kedua anak itu menjadi ketakutan kembali. "Kalian tenang saja, semua akan baik-baik saja," ucap Aric dengan nada lembut untuk menenangkan mereka. Kedua anak itu menganggukkan kepala dan kembali tenang sambil tetap saling berpelukan.
Mobil kedua anak itu terasa bergouyang kecil dan tanah di bagian depan mobil kedua anak itu menahan agar mobil mereka tetap seimbang. Pistol silver muncul di tangan Aric, lalu ia meminta kedua anak itu untuk sedikit menjauh.
Kedua anak itu menganggukkan kepala dan bergerak dengan perlahan mendekati ibu mereka yang tidak sadarkan diri.
"Tutup telinga kalian," ucap Aric dan kedua anak itu langsung menutup kedua telinganya.
Setelah memastikan semua siap, Aric langsung menembak jendela mobil beberapa kali hingga jendela mobil itu pecah, lalu ia memasukkan tangannya dan muncul pedang pendek yang ia gunakan untuk memotong bagian pintu yang rusak. Sehingga, pintu dapat terbuka tanpa membuat guncangan pada mobil.
"Kemarilah dengan hati-hati," ucap Aric.
Anak itu membantu adiknya keluar lebih dulu. Setelah Aric memastikan adiknya berada di tempat yang aman. Ia beralih kepada anak laki-laki yang masih berada di dalam mobil sambil memeluk ibunya. "Sekarang kemarilah."
"Ba-bagaimana dengan ibu?" tanya anak laki-laki itu sambil menggenggam erat pakaian ibunya, dan genggaman itu berhasil menyadarkan ibu dari kedua anak itu.
"A-apa yang … terjadi?" tanya wanita berambut cokelat tua itu bingung dan seperti menyadari akan sesuatu, ekspresinya langsung menjadi sangat terkejut sambil menatap putranya yang masih menggenggam erat pakaiannya.
"Ibu!"
"Lian, apa kamu baik-baik saja? Dimana Karl?" tanya wanita itu.
"Nyonya … tolong tenang. Putra Anda yang satunya sudah aman. Saya akan berusaha untuk mengeluarkan kalian berdua dengan cepat sebelum monster itu kembali," ucap Aric.
Wanita berambut cokelat tua menganggukkan kepala lalu tersenyum lembut kepada putranya. "Dengar Lian, apapun yang terjadi tetaplah tenang dan berlindung bersama adikmu. Mengerti?"
Lian menganggukkan kepala lalu dengan bantuan Aric dan ibunya. Lian dapat keluar dari mobil dengan hati-hati dan berbalik untuk membantu Aric mengeluarkan ibunya. "Ibu … ayo keluar!"
"Kenapa ibu tersenyum?" tanya Lian bingung saat melihat senyuman lembut yang terbentuk di wajah ibunya.
Aric yang mengerti kondisi ibu kedua anak itu. Saat melihat kondisi keluarga itu, ia dapat melihat dengan jelas jika kaki dari kedua anak itu telah menghilang, sepertinya ikut termakan oleh monster yang memakan bagian depan mobil ini, sehingga saat minim bagi ibu mereka untuk selamat, dan ibu dari kedua anak itu juga memahami kondisinya.
"Tuan … maaf jika merepotkan. Bisakah Anda membawa mereka ke kediaman Alfred? Sepertinya saya tidak bisa meninggalkan tempat ini," ucap wanita itu.
"Apa yang ibu katakan?" tanya Lian bingung dengan ekspresi sedih.
"Lian, dengarkan ibu … ibu tahu kamu anak yang pintar dan kuat. Pergilah ke ayahmu untuk mendapatkan perlindungan darinya. Maaf karena ibu tidak bisa mengantar kalian sampai kehadapan ayahmu secara langsung," ucap wanita itu.
Aric mengembuskan napas pelan. "Anda tidak perlu khawatir, nyonya. Saya akan mengantarkan Lian dan Karl ke kediaman Alfred."
"Terima kasih."
Tanah tiba-tiba kembali berguncang, Aric dengan cepat meninggalkan wanita itu bersama Lian dan menutup matanya. Sehingga ia tidak akan melihat pemandangan mengerikan dimana wanita berambut cokelat itu termakan oleh monster yang kembali muncul dan melahap seluruh bagian mobil.
"Jade, biarkan mereka berlindung bersama Alecia dan Belyn," ucap Aric sambil menyerahkan tubuh kecil Lian yang terlihat sedih sekaligus bingung.
"Baik, tuan muda."
Setelah memastikan Jade membawa Alecia dan yang lainnya meninggalkan lokasi berbahaya itu. Pedang silver yang terbuat dari es muncul di tangan kanan Aric. "Hah … kenapa semua hal merepotkan ini harus terjadi di sekitarku? Dan di mana pasukan keamanan dan para Weirless itu! Kenapa mereka suka sekali terlambat? Sepertinya aku harus menambahkan daftar latihan lebih ketat untuk pauskan pertahanan.
Monster yang terlihat seperti cacing tanah raksasa muncul kembali dari tanah tepat di hadapan Aric yang menatap tajam monster yang mengganggu hari damainya bersama Alecia. Biarkan aku istiahat, sialan! Batin Aric kesal.
Bersambung…
Terima kasih karena sudah setia mengikuti cerita ini
Sampai jumpa lagi
Like it ? Add to library!