webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
51 Chs

25. Sabar

Seperti biasa Rinai berangkat lebih pagi ke sekolah jika bukan jadwal piketnya sekarang. Pernah dulu ia telat dan lupa melaksanakan piket. Ingin tau bagaimana reaksi teman-temannya?

Flashback

Sudah ada bu Syifa yang selesai membimbing doa. Rinai ingin masuk ke kelas tapi bu Syifa menyuruhnya berdiri di sebelah pintu, tepatnya tempat dimana Tia duduk dengan Salma.

Setelah bu Syifa keluar dan akan di gantikan dengan guru jam pelajaran pertama. Rinai ingin duduk, namun Tia mencegahnya. "Heh! Enak banget lo, tuh sepatu lo bisa gak sih di lepas dulu kalau masuk kelas? Gak ngehargain yang piket!" bentak Tia, Rinai meringis ia lupa karena saking takutnya bu Syifa bisa menghukumnya namun tadi hanya berdiri saja.

Rinai melepas sepatunya, meletakkan di rak lalu masuk. Tapi Tia kembali mengomelinya. Tia menarik tas Rinai. "Sini, lo belum piket kan? Tuh liat! Masih ada sampah, bersihin cepet! Atau lo mau di denda?" peraturan bagi yang tidak piket akan di denda 50 ribu dan di masukkan ke uang kas untuk keperluan fotocopy materi.

"Iya," bawel amat, batin Rinai merutuk. Rinai mulai menyapu di deret utara, tempat duduknya.

"Yang sabar ya Rin, emang semuanya tuh suka nyinyir mulutnya." Adel menatap Rinai kasihan, selalu Rinai yang kena.

Rinai mengembalikan sapu dan cikrak di pojok lemari, sudah biasa. Tak ada tempat khusus dan alat-alat ini biasanya di gunakan untuk menyanyi, atau di gunakan lempar-melempar hingga patah dan berakhir uang kas-lah yang harus di keluarkan.

Sudah ada yang datang, seperti Adel dan pengikut Caca.

"Wah, tumben nih bersih. Gak kayak dulu kotor banget, nunggu di perintah." Caca menatap kelasnya yang bersih, bagus sekali gertakan Tia.

Rinai tak peduli, biarlah mereka berbicara sesuka hati, jika iri mulut berubah setajam belati.

☁☁☁

"Bener nih lo sendirian ke toilet? Ntar ada Cica yang nyakitin lo lagi." Adel ragu, Rinai ingin menyemprotkan parfum lagi di seragamnya, mengenai barang-barang sejenis ini tidak boleh di bawa.

"Iya del, kan bentar aja." Rinai meyakinkan, akhirnya Adel pergi.

Rinai mulai menyemprotkan parfum aroma citrus yang menenagkan. Pernah ia lupa memakai parfum, dan apa reaksi seisi kelas?

Flashback

Saat jamkos tempat duduk mana pun bisa nyaman di setiap sudut kelas. Kali ini Rinai dan Adel duduk di lantai sambil bercerita tentang film aksi berating tinggi. Namun ucapan menyentil hati Rinai tak luput dari pendengarannya.

Caca menutup hidungnya, seperti mencium bau busuk. Sama halnya Tia, ia merasa pusing.

"Hih, siapa sih yang belum mandi? Masih lebus¹ lagi, niat sekolah apa pergi mulung?" ujar Caca ketus, dirinya memang sengaja duduk di pojok kelas tepatnya di belakang Rinai duduk.

Adel melirik sinis, tukang drama akan caper. "Bisanya ganggu hidup orang aja,"

Adel tak mempermasalahkan, Rinai sudah jujur padanya. Namun Adel tak membawa parfum sama sekali, pasrah saja jika nyinyiran Caca itu beraksi.

Caca mendekati Rinai, menghirup sumbernya bau itu. "Oh, ternyata Rinai belum mandi. Ya ampun jorok banget sih, eh temen-temen jangan deket-deket Rinai ya, nanti gak wangi lagi,"

Rinai membasuh wajahnya, semua rasa pahit di masa sekolah selalu di alaminya, serba salah dan di kucilkan. "Udah wangi, kalau sampai Caca bacot lagi, awas aja!" geram Rinai, apakah wangi termasuk hal wajib? Meminum jamu soro² adalah cara mengatasi bau badan secara alami. Ips 5 harus unggul dalam tampilan walaupun minim di pengetahuan.

Rinai menyusul Adel di kantin, karena tempat markasnya, perpustakaan tutup.

☁☁☁

Rinai merutuli Adel yang memilih tempat tidak strategis sekali. Rinai harus melewati meja Antariksa. Cowok itu menatapnya. Rinai berpura-pura melihat ke kiri. 'Emang mata sekali aja gak bisa jelalatan ya?' sungutnya dalam hati.

Agung memejamkan mata sejenak. Parfum siapakah ini? Rinai baru saja melewati mejanya. "Neng Rinai wangi bener dah, kalau cowok-cowok tau wanginya bikin susah move on,"

Antariksa menyuapkan ciloknya ke mulut cerewet Agung. "Mau gue kuncir mulutnya?" Antariksa tidak main-main, hampir saja Agung pernah mulutnya di kuncir menggunakan karet, reaksi Rafi dan Brian tertawa dan meledekinya terus.

"Emang faktanya wangi, hidung lo pilek kali sa," Agung masih ingat aromanya.

'Wangi kok, malah membekas di hati. Ea,' batin Antariksa, menahan senyumannya. Bisa di tuduh gila oleh Agung, ia tak ingin mengikuti jejak Agung yang gemar menirukan gaya banci kaleng di lampu merah.

Adel mencolek dagu Rinai, menggodanya. Ia menangkap wajah Antariksa menahan senyum dan malu-malu melirik Rinai. "Ciee, kak Antariksa seneng tuh."

Rinai mengambil garpu dan mengarahkan ke wajah Adel. "Diem gak?" Adel menjauh, menyangkut Antariksa Rinai menjelma menjadi kucing besar di hutan.

"Santai dong Rin, kan wangi lo bikin hati adem."

Sungguh merepotkan berurusan manusia yang menjaga kebersihan, apa-apa harus rapi dan wangi. Parfumnya saja hanya 40 ribu, bukan merk mahal.

☁☁☁

Lebus¹= bau badan (kecut)

Soro²= sirih