webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs

Part 73 - Keinginan Berubah

"Naak... sedang apa?" sapa Ibunya melihat Ayya duduk termenung di teras rumah.

"Iya, Bu?"

"Bagaimana aku yakin untuk sesuatu yang tak kuingin?" Gumam Ayya di depan teras rumahnya.

Ia duduk di sebuah kursi tepat menghadap berbagai tanaman di depan rumahnya. Tak ada yang sembunyi dari sunyi. Sunyi terus meng-ada dalam diri orang-orang yang mencintai.

Bagaimana keheningan bekerja? Bagaimana lautan tanya terus menghantui para pemilik jiwa? Tak ada tanya. Tak ada bicara. Yang ada tidak ada itu sendiri.

Ibunya duduk di kursi di sampingnya. Wajahnya teduh langsung menatap ke depan tanaman di depannya.

"Tanamannya subur ya, Nak," ia kembali memulai percakapan.

"Iya, Bu. Ibu pandai merawatnya. Kalau mereka bisa bicara, pasti sudah jutaan terima kasih diluapkannya."

"Bisa aja kamu, Nak."

"Oh ya, gimana kabar Aksa?"

Aya mengangkat sedikit pundaknya. Pertanda tak tahu. Atau... pura-pura tak tahu. Atau... memang tak mau tahu.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com