webnovel
#ROMANCE

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs
#ROMANCE

Part 189 - Kisah Tak Terduga (2)

Aksa masih menyimak kelanjutan kisah itu. Ia makin terdiam. Kelu.

***

Kejujuran

"Tidak ada yang sia-sia dari kejujuran hati."

***

Ruang Multimedia mulai ramai. Tepat tiga menit bel pulang berbunyi. Mengurai para remaja berseragam putih abu-abu dengan berbagai apa yang sedang diselami.

"Eh, itu ketua kelas ngapain bengong? Tumben Arkaan gitu?" Tanya salah seorang temanku yang melihatnya. Namun, ia pun berlalu dan segera pulang.

Aku yang kedapatan mendengar celetukan mereka pun menoleh. Entah, sepertinya Allah menganugerahkan telingaku lebih tajam dalam hal-hal seperti ini. Hal-hal dimana menyangkut sisi kepedulian, meski dengan orang yang tak kusukai sekali pun.

Sambil membawa sapu hendak membersihkan ruang Lab. Komputer, karena ini adalah jadwal piketku—aku pun tiba membersihkan area dekat dimana Arkaan sedang melamun.

"Permisi, mau disapu dulu biar bersih. Bukan area untuk memikirkan rencana jahat." Celetukku dengan sok pemberani.