webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs

Part 169 - Satu Pertanyaan Besar

"Lo? Belum kebuka juga? Kita masih di sini?" keluh Nia.

"Mungkin ada pertanyaan besar lain." Jawab Oky.

***

Cermin mimpi itu kembali memutarkan kisah.

Tamu undangan mulai beranjak pergi. Acara pernikahan itu pun kian sepi. Aya berpamit diri sebentar masuk ke ruangan. Tak lama kemudian, Ardi menyusulnya.

"Ay! Tunggu!" Ardi menahan tangan Aya.

"Ya? Ada apa, di?"

"Aku boleh bicara?"

Ardi menengok sekitarnya. Ruangan itu memang ruangan umum, meskipun sepi.

"Ada apa, di?"

Ardi menggenggam tangan Aya. Erat. Bahkan sangat erat. Seolah tak rela dengan kecurigaannya yang kian tumbuh dan rasa sayangnya.

"Kamu menyayangiku?"

"Kamu tanya apaan sih, di."

"Aku serius." Ardi memandang wajah Aya. Ia melihat mata bulat Aya yang teduh itu.

"Tanpa kamu bertanya, kamu sudah tahu. Bukankah begitu? Bukankah aku rela jadi istrimu sudah buktinya?"

"Aku hanya ingin jawabanmu."

"Ya. Tentu. Aku menyayangimu, Ardi."

Refleks, Ardi langsung mendekapnya. Ia memeluk Aya seketika.

"di... ada apa?"

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com