webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs

Part 159 - Apakah Aksa Merasa Mirip?

Masjid itu memang tak terlalu besar, tapi nuansanya begitu menyejukkan. Ada kenyamanan tersendiri bagi Rahsa.

Ia telah selesai sholat dhuhur. Ia pandangi sejenak di hadapannya. Aroma sekitarnya. Kesejukan yang berbanding terbalik saat sudah keluar dari masjid itu. Rasanya ingin berlama-lama di sana. Tas dan jaketnya ia taruh kembali. Duduk bersandar. Menikmati kesejukan yang ia selalu ia rindukan. Namun, tak berapa saat beberapa orang mulai masuk. Rahsa tak enak hati, kawatir mengganggu sholat, ia pun segara beranjak.

***

"Maaf, A. Bisa minta tolong kasihkan jaket ini ke Teteh yang pakai kerudung navy itu? Sepertinya punya dia. Anak saya nangis soalnya. Punten, ya. Tolong." Seorang perempuan menghampiri Rinai yang lewat di pintu masuk tempat sholat.

"Ouh, iya. Saya segera sampaikan."

"Nuhun."

"Sami-sami."

Rinai segera mempercepat langkahnya.

"Assalamualaikum, Teh. Tunggu."

Perempuan yang dipanggilnya berbalik. Waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com