webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs

Part 154 - Kisah Sepasang Kekasih yang Mirip?

"Iyakah? Ada seperti Aksa tapi berbeda?" celetuk Oky.

"Sebenarnya kita akan diajak kemana lagi sama kisah ini?" samar, Ayya berucap.

"Sudah. Selagi kita masih di sini. Tonton saja." Jawab Aksa.

***

Telinga yang Enak Didengar

Senja berhasil dicuri dari peraduannya hari ini. Tinggallah ia bersama ruangan paling gelap di muka bumi. Pekat. Sunyi. Sepi. Pewarta hati. Mereka cerewet sekali. Melemparkan berbagai tanya. Ia tetap diam dengan mematung begitu saja. Seolah tak berdaya. Sesekali memeluk lutut. Memandangi mata mereka. Hampa. Lalu menunduk, dan menjatuhkannya di tepian mega. Dialirkannya pandangan itu begitu saja.

                        

Rahsa menarik suara-suara. Berharap masih ada yang mengendap, setelah jeda. Pertarungan kaca beterbangan dan api dari mata selalu menyapanya. Hari ini adalah kali ketiga di bulan paling tabahnya Sapardi. Tapi ia tak merasa paling tabah--kecuali diri yang makin merasa sunyi. Sebuah sunyi yang sembunyi.

 

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com