webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs

Part 147 - Bersambung? atau Kisah Baru?

Keempatnya masih berada dalam dimensi yang sama. Kini, mereka duduk. Kembali menyimak film yang terputar di cermin sana.

***

Bel pulang berdering. Lalu lalang siswa bertebaran. Dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas ips ataupun ipa. Satu di antaranya adalah Laras.

Ia bergegas meninggalkan kelas duluan. Tanpa berkabar pada siapapun. Laras menunggu di pendopo sekolah. Namun, karena kawatir Kirana melihatnya, ia segera berpindah. Langsung menuju ruang seni musik.

"Hei, Ras. Udah lama ta?"

"Ndak, ko, Dik. Baru aja."

"Taraaa." Dika memamerkan kunci pada Laras.

"Ini kunci ruang seni musik. Tadi aku ke ruang pak Tri dulu. Trus katanya duluan suruh buka ruangannya."

"Bismillah ya, Dik. Semoga langkah kita lancar."

"Aamiin. Yuuk, masuk."

Dika membuka pintu ruang seni musik. Dan mereka pun masuk.

***

"Fan, lihat Laras nggak?" Tanya Kirana bingung.

"Ehm... Laras, yah? Aku kurang tau, Ki. Emang gak ngabarin kamu?"

"Enggak, Fan. Makanya ini aku bingung."

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com