webnovel
#ROMANCE

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs
#ROMANCE

Part 122 - Trauma? (Episode Mimpi-mimpi Ayya)

Anehnya, keesokan hari, Ayya masih berada dalam mimpi yang sama. Sebuah hal yang tak pernah terdugunya.

***

"Sebenernya aku dimana? Siapa dia? Kenapa aku gak ketemu Pak Dokter yang tak menyebut namanya itu?"

Kumala merasa bosan. Ia sudah letih. Namun, ia tak kembali. Tak juga kembali.

Kumala berjalan ka arah rumah tadi. Sebuah rumah dengan buku-buku. Dan keluarga yang sangat suka membaca. Sangat jelas tergambar di setiap sudut ruangannya.

"Hah, Pak Dokter?? Bapak dimana?" Kumala berteriak, tapi percuma.

Kehadirannya di rumah itu pun tak terlihat. Ia yang bisa melihat semuanya. Tapi orang-orang yang dia lihat, sama sekali tak bisa melihatnya balik.

Beda jauh saat sebelumnya. Masih ada Pak Dokter yang tak menyebut namanya itu. Kumala pun teringat memori itu. Seorang laki-laki yang menulis dengan kedipan matanya.

"Ibu? Ayah? Kumala kangen Ibu dan Ayah. Kumala pengin balik aja. Di sini gak ada siapa-siapa yang bisa lihat Kumala." Ia tersedu di salah satu pojok ruangan.

***