webnovel

ADVENTURE LOVE

‘Jika jarak terpisah, maka Rindu yang akan hadir. Namun, jika dunia tidak mendukung. Maka Rindu yang akan bertindak.’ Kisah cinta yang seharusnya tidak pernah terjadi, membuat Rindu di hadapkan pada situasi yang paling sulit dalam hidupnya. Kematian sang Ayah membuatnya sangat murka. Namun, apalah daya dirinya yang sudah terlanjur mencintai Rafa. Pria berdarah Jerman itu, sudah berhasil merebut hatinya, dan membuatnya dilema akan pekerjaan dan juga cintanya. Hingga suatu masa Rindu berada di titik terakhir hubungan mereka. Kematian, dan kesedihan, tak hentinya menghampiri Rindu. Wanita itu mengalami hal yang berat, sehingga banyak orang baru menyusup masuk ke dalam hatinya. Akankah Rindu tetap mempertahankan hatinya untuk, Rafa yang sudah berada jauh darinya. Atau Rindu akan melabuhkan hatinya di orang baru...

Luldarma · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
25 Chs

RENCANA YANG GAGAL

Rafa selalu menyembunyikan diri dari kejaran para musuhnya di apartemen ini. Entah sudah berapa banyak musuh yang berada dalam kebingungan saat mencari Rafa. Dengan bantuan pria di depannya saat ini, Rafa bisa aman sampai sekarang dari kejaran polisi dan juga intelijen.

Sosok pria tampan dengan ciri khas sebuah rokok di tangannya. Duduk yang selalu menindih kaki kiri dengan kaki kanannya, dan wine merah yang selalu menemani kesehariannya. Bermain dengan segala hal yang berbau bahaya sudah biasa baginya.

Namun, jika berhubungan dengan Rafa, dia akan maju dan menyelamatkannya terlebih dahulu. Rex Severin Alvaro pria 30 tahun yang telah mengabadikan seluruh hidupnya di salah satu red club terbesar di Mexico. Bukan orang awam yang bekerja di bisnis gelap. Rex merupakan Kakak satu-satunya dari Rafael Alvaro.

Bisnis keluarganya yang terancam bangkrut di Jerman, membawa keduanya dalam sebuah lingkup yang menyenangkan. Kehidupan dengan bergelimang harta, tanpa harus menjadi babu di keluarga kaya raya. Perlahan bisnis keluarga menjadi stabil, saat keduanya menyuntikkan dana yang cukup besar pada perusahaan utama keluarga Alvaro.

Tujuan utama Rafa dan Rex membangun bisnis gelap di Mexico hanya untuk uang. Tidak peduli nyawa akan terancam, keduanya sama-sama memiliki misi yang sama, dan juga kepribadian yang nyaris mirip.

Namun, Rex lebih suka bergaul dengan banyak wanita di luar sana, yang mau memberikan tubuhnya secara sukarela kepada Rex, dari pada harus menjalin hubungan palsu dengan satu wanita seperti Rafa.

"Apa maumu?" tanya Rex, kembali menyalakan rokoknya yang sudah mati. Dia juga menuangkan dua gelas wine untuknya dan juga sang adik. "Jika kedatanganmu kemari hanya untuk mengeluhkan kekasihmu, maka pergilah!" hardik Rex tidak suka.

Sangat berbanding terbalik dengan bisnis keduanya saat ini, Rafa bisa menghancurkan bisnisnya sendiri sekaligus red club milik kakaknya. Jika dia masih mempertahankan hubungannya dengan Rafa.

"Sampai kapan pun aku akan selalu berada di dekatnya. Kau tahu dia adalah hidupku, pria mana yang akan menolak pesonanya. Jika kau di hadapkan dengan situasi yang sama denganku, kau juga tidak akan melepaskannya." Rafa menarik ujung bibirnya sedikit.

"Dasar bodoh! Banyak wanita yang ingin menghabiskan waktu denganku, bahkan jika aku membuka lowongan pekerjaan, semua wanita cantik akan datang, tak sedikit pula yang datang dari kalangan atas." Dengan bangganya Rex menyombongkan diri. Namun, Rafa hanya mengulum senyuman kemudian menyesap wine yang ada di hadapannya.

"Jika kau kira Rindu sama seperti wanita-wanita jalangmu itu, maka kau salah. Rindu adalah gadis impian semua pria. Andai kau tahu bagaimana keindahan yang ada dalam tubuhnya, hem," ujar Rafa.

Mendengar penjelasan Rafa, Rex sama sekali tidak bereaksi, dia diam menikmati wine miliknya, dan juga menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Setelah itu, Rex mematikan rokoknya, dan menatap Rafa serius.

"Dengar Rafa, aku tidak mau masuk dalam kisah cintamu yang rumit ini. Pikirkanlah baik-baik keputusanmu kedepannya, aku tidak mau kau berada dalam dilema yang begitu besar karena pekerjaan dan juga cinta." Rex menyandarkan kepalanya, kemudian memejamkan mata. Rasa kantuk sudah bergumul menjadi satu, rasanya tidur adalah saat yang tepat untuk melampiaskan semua yang ada dalam dirinya.

"Tetaplah disini sampai aku bangun," ujarnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Rafa sendirian.

Nasihat Rex biasanya selalu menjadi acuan utama di setiap langkah yang akan Rafa ambil. Namun, kali ini Rafa pasrah dengan semuanya, dia enggan meninggalkan Rindu dan tidak bisa juga pergi dari bisnisnya begitu saja.

Dia sudah membangun semuanya dari 0 bersama Daffin, jika dia menyerah semuanya akan hancur termasuk aset-aset yang telah mereka dapatkan selama ini.

"Sial; menyebalkan! Kenapa aku selalu berada dalam kebingungan ini, Rex dan Daffin sama saja, dan seharusnya aku tahu itu." Rafa beranjak pergi ke dapur untuk mengambil sebotol wine lagi untuknya. Berada di apartemen Rex tanpa Wine sama seperti daging tanpa garam, hambar.

Dert!

Dengan kepala yang sedikit pusing Rafa meraih ponselnya. Sayup-sayup matanya sudah mulai terbawa dalam halusinasi yang begitu panjang, tapi dia tetap mengangkat telepon itu.

"Halo!"

"Ada sebuah pertunjukkan di club X malam ini, datanglah aku menunggumu disana," ujar pria di dalam telepon itu.

"Nikmati saja pestamu, kepalaku pusing dan tidak bisa kemana-mana." Mengambil risiko besar dengan menyetir saat kondisi mabuk menjadi ketakutan terbesar dalam hidup Rafa. Dia tidak mau mati konyol hanya karena sebuah kebodohan yang tidak penting.

"Baiklah jika itu yang terjadi." Daffin langsung mematikan teleponnya, dan Rafa sudah terbaring di sofa dengan posisi tidur yang aneh.

****

Waktu malam telah tiba, saat yang telah di tunggu-tunggu oleh Devana. Acara puncaknya akan dimulai jam sembilan malam, dengan sasaran utama Daffin, pria mapan yang selalu menjadi incaran para jalang untuk menghabiskan waktu bersamanya.

Beberapa penjagaan dan rekannya telah siap mengintai mangsa malam ini. Namun, kebiasaan Daffin adalah datang dengan menggunakan masker dan wajah yang sangat tertutup, sehingga sulit mengenalinya dari kejauhan. Semua rekan Dev sudah mencari dan menelusuri semua aula tari saat ini. Namun, tak ada yang menemukan Daffin.

Dev sudah kualahan menunggu kerja rekannya, rasanya dia ingin segera mencari sendiri pria itu dan memberi pelajaran berharga untuknya. Namun, kerja sama tim dan kekompakan merekalah yang menjadi daya tarik dan ketakutan tersendiri bagi para musuh.

"Bagaimana?" tanya Dev pada teman prianya.

"Tidak ada dimana-mana Dev." Deviana mulai kesal, dia membanting parfum yang ada di tangannya, sehingga bekas botolnya berserakan dimana-mana.

"Sialan! Kenapa Daffin tidak datang? Apa kalian yang tidak becus mencarinya?" Devana mondar-mandir setelah mendapatkan laporan itu. Jika Daffin tidak datang, semua rencananya akan gagal dan semuanya sia-sia. Mana mau Devana menjual dirinya pada pria hidung belang, hanya karena sebuah uang.

"Hentikan kegilaan ini, Dev!" teriak seorang pria yang datang mendekati Devana. Tatapannya tajam seakan siap memangsa Devana saat ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Devana tidak suka.

Dia mencengkeram tangan wanita cantik itu kencang, kemudian mengusir semua orang dan menutup pintu ruangan Devana. Dia menghempaskan Dev di ranjang berwarna putih bersih itu. Kemudian dia mendekati Dev semakin dekat dengan wajahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Dengan gemetar Dev mengatakannya. Dia mencoba untuk menjauhkan tubuh pria kekar itu, tapi sangat sulit baginya.

"Kau rela menjual tubuhmu hanya untuk Carlos, kenapa?" Dia menjauhkan diri dari Dev, kemudian meninju dinding ruangan itu.

Rasanya pasokan udara di dada Dev sudah mulai habis saat menghadapi pria ini. Ingin sekali dia kabur dan pergi jauh darinya. Sudah sejak lama Dev ingin menjauh darinya. Namun, dimana pun Dev berapa Raymond selalu ada dan selalu mengikutinya.

Sosoknya bagai hantu yang bisa datang tiba-tiba dan pergi sesuka hati. Pria misterius yang sudah tergila-gila dengan Dev sejak masa SMA, akan tetapi tidak mau mengungkapkannya. Bahkan Dev pernah menghabiskan malam dengannya, tapi ternyata Dev salah malam itu berujung pada sebuah harapan di hati Raymond dan akhirnya dia terus mencari tahu semua hal tentang Dev.

"Sudah berapa kali aku bilang Dev, kau adalah milikku dan tetap akan menjadi milikku!" Kata-kata yang selalu membuat Dev merinding, membayangkan hidup bersama dengan Raymond sudah mampu membuat seluruh tubuhnya bergetar, dia tidak mau masuk terlalu dalam di hidup Raymond saat ini.

"Katakan apa kau butuh sesuatu?"