webnovel

ADVENTURE LOVE

‘Jika jarak terpisah, maka Rindu yang akan hadir. Namun, jika dunia tidak mendukung. Maka Rindu yang akan bertindak.’ Kisah cinta yang seharusnya tidak pernah terjadi, membuat Rindu di hadapkan pada situasi yang paling sulit dalam hidupnya. Kematian sang Ayah membuatnya sangat murka. Namun, apalah daya dirinya yang sudah terlanjur mencintai Rafa. Pria berdarah Jerman itu, sudah berhasil merebut hatinya, dan membuatnya dilema akan pekerjaan dan juga cintanya. Hingga suatu masa Rindu berada di titik terakhir hubungan mereka. Kematian, dan kesedihan, tak hentinya menghampiri Rindu. Wanita itu mengalami hal yang berat, sehingga banyak orang baru menyusup masuk ke dalam hatinya. Akankah Rindu tetap mempertahankan hatinya untuk, Rafa yang sudah berada jauh darinya. Atau Rindu akan melabuhkan hatinya di orang baru...

Luldarma · Fantasy
Not enough ratings
25 Chs

PERDEBATAN

Perpisahan kembali terjadi, Rindu kembali pada tujuannya dan Rafa kembali pada kisah kelamnya. Mereka berdua memiliki jalan yang berbeda, akan tetapi pada dasarnya tujuan mereka hanya satu.

Walaupun larangan organisasi dan juga hal lainnya, Rindu maupun Rafa tetap akan mempertahankan hubungan ini. Tak peduli ada banyak orang yang ingin menjatuhkan, keduanya sudah berada dalam kenyamanan yang tidak bisa diberikan oleh orang lain.

Langkah Rindu terhenti, sebuah mobil sudah terparkir di hadapannya. Sebelum masuk, Rindu memastikan terlebih dahulu, pria yang bersama dengannya sudah tidak mengintai dari jarak jauh.

Kejadian di hotel tadi, sudah cukup membuat Rindu mengerti. Rafa sangat marah saat tahu, Rindu menghabiskan banyak waktu dengan Carlos. Apa lagi fakta mengatakan kalau Rindu baru saja cek out kamar hotel dengan duda 35 tahun itu.

Setelah memastikan keadaan aman, Rindu masuk ke dalam mobil bosnya, dia menyandarkan kepala di jok mobil, sembari menyalakan musik di ponselnya, dan sebuah earphone yang ia letakkan di telinga.

Rasa tenang kembali menghampiri Rindu, riuh jalan raya yang tidak terdengar membuatnya mengantuk, dan terlelap.

Sementara pria di sebelahnya, sama sekali tidak di pedulikan. Dia sama seperti pergi bersama sopir pribadi.

"Dasar gadis aneh! Seharusnya dia bertanya, apa kau menunggu lama bos? Jika bukan karena kecerdasanmu, aku tidak mau menjemput dengan gratis," rutuk Carlos.

Sudah dua hari gadis itu tidak kembali ke rumah. Demi menjaga kerukunan dan ketenangan keluarganya, Carlos membawa Rindu kembali ke rumahnya. Niat hati ingin mengembalikan putri keluarga kaya itu.

Namun, pada akhirnya Carlos mengurungkan niatnya, dan berdiam diri di mobil sampai Rindu bangun.

"Jika keluarganya bertanya apa yang aku lakukan pada Rindu? Bisa-bisa citraku sebagai atasan terbaik hancur," ujarnya sembari menyandarkan dahi di setir mobil.

Cukup lama Carlos menunggu Rindu mengerjapkan matanya. Hingga akhirnya hari sudah semakin siang, dan Rindu belum juga bangun. Membangunkannya dengan sengaja juga tidak mungkin, Carlos sedikit enggan.

Dert!

Nama Dev tertera di ponselnya. Carlos bergegas mengangkat panggilan itu. Wanita yang telah di tunggu-tunggu olehnya, akhirnya wanita itu menghubunginya.

"Halo!"

"Malam ini aku akan turun sebagai wanita lelang, datanglah berikan penawaran yang tinggi, sampai akhirnya Daffin membayarnya dengan sangat mahal." Carlos menarik ujung bibirnya sedikit.

Permainan seperti ini telah mereka mainkan sejak lama, untuk menangkap penjahat kelas kakap yang selalu memberontak, bahkan enggan mengakui kesalahan mereka.

"Baiklah! Tetaplah berhati-hati dalam melaksanakan tugas berbahaya ini, Dev."

Dev sudah sangat yakin dengan keputusannya ini, yang ia mau hanyalah Daffin menjadi miliknya malam ini, dan Daffin tertangkap setelah semuanya terjadi. Tidak ada hal yang membahagiakan ketika berpesta di atas penderitaan musuh.

Dia sedang membayangkan bagaimana kenikmatan yang akan Daffin dapatkan malam ini, serta kehancurannya ketika tahu kalau Dev bukanlah wanita penghibur sungguhan, melainkan agen yang di utus untuk mempermainkannya.

Sejauh kasus yang pernah di tangani oleh Dev, tak ada satu pun musuh yang berhasil kabur dari cengkeramannya. Namun, dia tahu Daffin berbeda dan juga tidak mudah untuk di taklukkan.

Setidaknya Dev kali ini bisa bekerja lebih keras untuk melumpuhkan pria itu, dengan kemampuan yang ia punya.

"Aku tutup teleponnya!" Dev langsung mengakhiri pembicaraan dengan Carlos.

Dengan langkah yakin, dia memasuki ruang persiapan di tempat itu, dia mengambil sebuah lingeria merah yang sungguh menantang, bagian tubuhnya akan terekspose sempurna saat dia mengenakannya.

Namun, Dev menggeleng, dan mengambil sebuah dress di atas lutut dengan warna hitam yang akan ia pakai, saat acara berlangsung.

Dev berdiri di depan cermin menempelkan dress itu di tubuhnya. Dengan senyuman yang terpancar, Dev sungguh tidak sabar menunggu kehadiran pria itu.

Sementara itu, Rindu baru saja mengerjapkan matanya. Menatap ke sekelilingnya saat ini. Namun, hanya ada Carlos yang sedang memeluk setir dan menunduk.

Terakhir kali dia ingat Carlos menjemputnya dan setelah itu matanya mengantuk dan tertidur.

"Aduh!" Rindu menepuk dahinya lalu menggoyangkan tubuh bosnya pelan.

"Bos, maaf aku sudah merepotkanmu terlalu banyak. Ayo ikut masuk ke dalam, kita makan siang!" ajak Rindu sembari menarik tangan Carlos.

"Rindu, saya tidak enak hati dengan orang rumah. Saya harus kembali ke organisasi." Namun, karena rasa bersalahnya Rindu masih kekeuh mengajak Carlos untuk masuk ke dalam rumah, dan singgah sejenak.

"Sebentar saja bos!"

"Masuklah, kau harus istirahat." Carlos membukakan pintu untuk Rindu, dan mempersilakan wanita itu untuk segera keluar.

Setelah memastikan Rindu masuk ke dalam rumah dengan aman, Carlos kembali ke organisasi untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

"Huft aku rasa bos marah padaku," gumam Rindu.

***

"Seharusnya kau tahu Rafa dia adalah sasaranku. Kenapa kau malah membantunya?" Suara riuh mulai terdengar di ruangan Daffin saat Rafa memasuki ruangan itu.

Sudah menjadi masalah umum saat Daffin dan Rafa bertikai hanya karena masalah Rindu, keduanya sama-sama memiliki tujuan yang sama. Namun, terjebak dalam kedua jalan yang salah.

Rafa memberikan segelas bir kepada Daffin, agar dia sedikit tenang dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu. Perlahan Rafa juga menyesap bir miliknya, sembari menatap Daffin serius.

"Kau tahu dia kekasihku? Aku tidak akan pernah membiarkan dia di hukum sama seperti orang lain. Entah siapa pun itu aku tak peduli, tapi jika Rindu kau akan berhadapan langsung denganku." Penjelasan dari Rafa semakin membuat Daffin naik pitam, dan semakin ingin memberikan pelajaran pada pria itu saat ini.

"Aku tahu tapi kau juga harus tahu, kau adalah bawahanku, dan kita telah bekerja sama untuk menyelamatkan usaha kita ini bukan menghancurkannya, Rafa." Pemuda itu hanya diam.

Menikmati setiap tetes yang terkandung di dalam bir yang ada di tangannya saat ini. Dia ingin semua orang tidak mencampuri asmaranya termasuk menyetarakan dengan pekerjaannya saat ini.

"Aku tidak peduli! Dia adalah kisahku, dan pekerjaanku saat ini adalah masa depan. Jika aku bisa mendapatkan keduanya kenapa harus satu?" Rafa meletakkan gelas miliknya.

Dia meraih kunci mobil dan bergegas pergi dari ruangan Daffin. Perdebatan ini tidak akan selesai, apa lagi jika yang di bahas hanyalah Rindu, Rada tidak suka ketika kekasihnya yang sempurna, harus di bicarakan dengan hal yang bohong.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, senja yang sudah terbentang menjadi saksi betapa kesalnya Rafa pada Daffin saat ini.

"Aku akan tetap bersama denganmu Rindu.

Dengan yakin Rafa menghentikan mobilnya di sebuah apartemen kecil yang tak jauh dari hotel, setelah itu memasukinya.

Siapa lagi teman Rafa sebenarnya?

Ting Nong!

Bell berbunyi, Rafa menunggu cukup lama sampai akhirnya seorang pria dengan rambut yang sedikit gondrong membuka pintu dengan wajah yang kusam khas bangun tidur.

"Apa maumu?"