webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
155 Chs

Kemarahan

"Bu Aurel?"

Aurel tersentak dari lamunannya. Tatapan gadis itu tampak kosong seakan dia baru kehilangan kesadarannya sejenak. Ia melepas kacamatanya dan memijit tulang hidungnya sejenak. "Maaf tadi kamu tanya apa?"

"Are you alright?" bisik Jane yang duduk di sebelahnya. Ia cukup khawatir melihat wajah Aurel yang sedikit pucat.

"I'm fine," jawabnya sambil mengenakan kacamatanya kembali. Ia tidak mengatakan kalau kepalanya sedang agak pusing di tengah rapat itu. Setelah ia meneguk air mineralnya, ia kembali fokus untuk memimpin rapat di butiknya untuk membicarakan projek fashion dan menjawab pertanyaan dari rekan kerjanya.

Saat waktu menunjukkan pukul 3 sore, akhirnya rapat itu selesai. Aurel melangkah cukup cepat selama ia menuju ruangannya. Sesampainya di sana, ia menarik tusuk rambut yang menggulung rapih rambut panjangnya serta melepas blezer hitamnya dan menyisahkan dress ungu selututnya.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com