webnovel

Bring Me One Sunshine Story

Autor: Sari_Rana
Ciencia y ficción
En Curso · 19.9K Visitas
  • 27 Caps
    Contenido
  • valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

Maverick terbangun di tengah lapangan luas dengan gelap malam yang menemaninya. Semua ingatan masa lalunya seperti ikut terlelap dalam gelap gulita malam tersebut. Maverick hilang ingatan, kini ada seseorang yang mengaku sebagai adiknya bernama Yuukiho dan menemani hidup barunya. Tujuan Maverick adalah menemukan arti sebuah kalimat ‘Kau tidak sendirian di dunia ini, aku ada di sini, tepat di hatimu yang akan berisi kehangatan’ yang ia percayai kalimat tersebut memiliki sebuah arti tentang masa lalunya. Kalimat tersebut kerap datang dari mimpinya, entah itu akan menjadi pertanda baik atau buruk untuknya. Kejadian aneh mulai terjadi, hingga saat Maverick mengetahui bahwa kejadian tersebut adalah petunjuk untuk mengingat masa lalunya. Awalnya Maverick berpikir bahwa dia sedang berada di dunia lain, hingga saat keempat ingatan pentingnya terbuka, fakta yang mengejutkan terjadi. Sebuah dunia yang terbentuk oleh manusia, sebuah dunia yang terbentuk oleh ingatan manusia, sebuah dunia yang hanya mewajibkan kebahagiaan karena manusia tersebut terlalu banyak mengalami kisah sedih. Manusia tersebut adalah Maverick Satourii, seseorang yang sedang mengalami mati otak. Manusia itu hanya ingin mewujudkan sebuah kisahnya sendiri yang seterang cahaya Matahari, tidak ada lagi kisahnya yang sedih.

Chapter 1Hello World (1)

CHAPTER I

HELLO WORLD

"Lihatlah duniamu sendiri, apakah ada hal yang terlihat aneh? Apakah kau yakin bahwa dirimu itu berada di duniamu sendiri? Selalu saja ingat kalimat ini, kau tidak sendirian di dunia ini."

DAY 0

Aku membuka mata, tetapi yang bisa dilihat olehnya hanyalah langit malam penuh dengan gugusan bintang dan bentangan galaksi yang luas. Aku mencoba untuk bangkit dan melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun di tempat ini.

Malam yang sepi. Namun itu tidak menakutkan.

Cahaya bintang yang menyinari tempat ini seolah memberikan hatiku kesan lain akan malam hari. Sekarang, yang ada di sekitarku hanyalah ratusan pepohonan dan sebuah bangunan tua yang sepertinya juga memberikan sedikit pencahayaan kepadaku melalui lampunya itu.

"Di mana ini? Kenapa aku tidak mengingat apa pun?"

Aku mencoba untuk mengingat sesuatu tetapi tidak bisa. Apakah aku hilang ingatan? Tentu saja iya, kan!!? Sekarang lupakan itu, yang harus kulakukan adalah pergi dari sini dan segera mencari bantuan.

Setelah mengumpulkan sedikit tenaga, aku memutuskan untuk berdiri bersiap meninggalkan tempat ini, akan tetapi tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang dari belakang.

"Kau mau meninggalkanku sendirian di sini??"

Aku menoleh ke belakang secara perlahan. "Waaa!!?"

Aku terjatuh, bukan karena dorongan. Aku kaget bukan main, sudah jelas tadi tidak ada siapa pun. Otak ini mungkin tidak mengingat apa pun, tapi mata ini jelas masih sehat.

Di depan, ada wanita bertubuh kecil dengan proporsi badan yang ideal sedang menatapku dengan pandangan menyeramkan.

"Apa?! Siapa kau?! Hantu??" tanyaku dengan terkejut.

"Hah?! Kau bercanda atau gimana?"

Sosok wanita kecil itu menarik kerah bajuku, dia terlihat seperti orang yang menakutkan.

Aku berdiri dan menatapnya. "Serius aku tanya kau itu siapa, terlebih lagi aku tidak melihatmu tadi!!" tuturku kesal.

Dia menghela napas seolah bosan menjawab pertanyaan itu. "Aku adalah adikmu, satu-satunya keluargamu yang tersisa, apa kau hilang ingatan sampai-sampai melupakan adik tercintamu ini??"

Hah?! Yang benar saja, Tuhan?!

Aku ini sedang kebingungan kenapa berada di tengah lapangan malam-malam begini dengan ingatan yang hilang, sekarang wanita garang ini mengaku sebagai adikku?!

Jangan bercanda!!

"Tidak mungkin!! Kau tahu? Aku ini sedang kebingungan karena ingatan di otak ini tidak ada, jadi jangan kau coba manfaatkan situasiku untuk keuntunganmu, ya!!"

Kepala ini berpikir bagaimana jika aku adalah korban cuci otak dari wanita ini, lalu dijadikan pekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya? Ditambah lagi wanita ini tampak sekali biasa mengintimidasi dengan perilakunya itu.

"Aku sudah tahu, kok, hanya menguji apakah kau masih tetap ingat aku atau tidak. Namun sepertinya kau masih tidak ingat apa pun."

Penuh kewaspadaan, aku mundur sedikit dari sosok menyeramkan itu. Namun tidak bisa dipungkiri lagi bahwa aku butuh dirinya, tentu saja mengenai ingatan yang sirna ini.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Maksudku? Tadi kau sudah bangun, tepatnya dua jam sebelum ini. Jangan bilang kau tidak ingat juga?"

Jadi aku tadi sudah bangun? Lalu kenapa wanita ini ada di sini secara tiba-tiba? Mencurigakan sekali.

"Aku memang tidak ingat, tapi kenapa kau ada di sini?" Aku semakin penasaran dengan sosok wanita ini.

"Ternyata bukan cuma ingatannya yang rusak, tapi mata dan telinganya juga ikut rusak."

Sialan, dia malah mencibirku, kalau bukan karena butuh informasi, sudah aku masukkan ke dalam sumur wanita ini.

"Sudah kubilang, kan ... aku ini adalah adikmu, mana mungkin aku bisa meninggalkanmu di tempat ini sendirian dengan ingatanmu yang hilang itu."

Wanita itu kemudian mendekat dan memegang tanganku, lalu menyuruh tubuh ini duduk untuk mendengarkan ceritanya.

"Kemarin sore, kau pergi bersamaku ke lapangan ini dengan tujuan ingin memohon pada bintang jatuh dan juga berkemah. Namun, ada beberapa kejadian, sehingga kita memutuskan untuk pulang dan ke tempat ini besoknya," ucapnya dengan raut wajah yang sedih.

Dia menghela napas dan kembali membuka mulutnya. "Tadi sore, kau malah tertidur dan terbangun dengan ingatan yang hilang." Wajahnya masih mengeluarkan ekspresi sedih.

Aku meragukan raut wajahnya itu, jangan-jangan ini hanyalah sebuah kedok belaka darinya. Namun sekarang, percaya kepada ucapannya itu adalah salah satu pilihan terbaik agar aku bisa melanjutkan untuk menggali berbagai informasi darinya.

"Baiklah aku mengerti sedikit, tadi kau bilang aku sudah bangun, tapi kenapa aku tertidur lagi?"

"Kau tadi pingsan bukan tidur, aku tidak tahu harus berbuat apa. Oleh karena itu, kuputuskan untuk menunggu hingga kau kembali tersadar."

Sepertinya aku memahami sedikit perkataannya, meskipun terdengar janggal. Jadi, tadi aku ketiduran saat berkemah, lalu terbangun dengan ingatan yang hilang. Tidak sampai di situ, aku malah pingsan dan baru bangun lagi saat ini … kira-kira seperti itu.

Baiklah, sekarang saatnya untuk kembali ke rumah dan tidur. Aku takut bahwa ini hanya penyakit sementara yang dapat sembuh jika dibawa istirahat.

"Baiklah, jika kau memang adikku, ayo antar aku ke rumah kita!"

Beranjak dari duduk, aku mengajaknya pulang untuk membuktikan bahwa dia benar-benar adikku.

"Tidak sekarang, kau harus ke rumah sakit dulu untuk memeriksa kondisimu, ayo!" Dia menarik paksa diriku meninggalkan tempat sepi ini dan mungkin menuju ke rumah sakit.

"Ma—mana ada rumah sakit di sekitar tempat yang gelap ini? Jangan bercanda, ayo antar aku pulang saja!" Aku mencoba untuk menghentikan langkahnya tapi tubuh ini masih tertarik ke depan olehnya.

Sekuat apa wanita kecil ini? Oh ... mungkin karena tenagaku yang habis sehingga tidak bisa memberikan perlawanan kepadanya.

"Sudah ikut saja, kau ingin cepat mengingat kembali, kan?"

Aku mengangguk. "Umm—iya, sangat."

Wanita itu melirik ke arahku sebentar, kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke depan.

Sialan, aku tidak mengingat apa pun. Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa dia ada di sini bersamaku, ya? Kalau dipikir-pikir kembali, jika seseorang hilang ingatan, pasti akan ada penyebabnya. Lagipula dia tiba-tiba muncul ada di belakangku, bukankah aneh sekali? Otak ini berpacu dan memberikan pemikiran yang sangat aneh.

Bagaimana jika aku ternyata ada di dunia lain??

●●●

Ruangan yang memiliki luas kecil dan juga memiliki tiga kursi di dalamnya adalah tempat aku berada sekarang. Wanita yang muncul secara misterius dan Dokter yang terlihat tidak meyakinkan itu kini duduk di kursi depanku.

"Dokter, kakak saya baru saja mengalami hilang ingatan, kira-kira berapa lama dia akan sembuh?"

Sudah berani saja dia panggil aku dengan sebutan kakak, namanya saja aku belum tahu. Eh—namaku ini juga siapa, ya?

"Apa penyebabnya?" Dokter itu langsung memegang dahiku.

Cih!! Tidak sopan!? Paling tidak bilang dulu kalau mau pegang, sialan!!

"Tidak tahu, Dok, dia tiba-tiba hilang ingatan. Apakah faktor umur kakak saya memengaruhi?"

Wanita ini mengajak berkelahi atau bagaimana?

"Hei!? Tidak usah bawa-bawa umur, aku masih ingat umurku 20 tahun, kok!!" geramku kesal.

"Nah itu kau ingat umurmu, kau bohong ya, Kak?!" ucapnya sembari menarik kerah bajuku lagi.

Eh—benar juga, aku bisa ingat umur tapi tidak bisa ingat namaku.

Kenapa setengah-setengah hilang ingatannya, sih??!!

"Bukan begitu, aku memang saat bangun tadi tidak ingat apa-apa, tapi sekarang tiba-tiba saja aku ingat umurku."

Dokter itu menyela. "Mungkin kau butuh istirahat saja, Dik. Biasanya terlalu banyak pikiran menyebabkan sel di otak akan menghapus beberapa memori untuk menyegarkan otak kembali."

Jadi benar aku kelelahan saja? Aku masih tidak habis pikir kenapa bisa ada di lapangan dengan ingatanku yang hilang? Terlebih lagi tiba-tiba muncul wanita menyebalkan yang mengaku sebagai adik itu.

Dokter itu melanjutkan. "Kau masih ingat tentang apa saja di dunia ini, kan? Misalnya ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari di sekolah?"

Aku berpikir sejenak untuk memastikan hal tersebut. "Umm—aku hanya bisa mengingat hal acak saja, salah satu yang tidak bisa kuingat itu tentang kehidupanku, termasuk wanita cebol garang ini!" Telunjukku mengarah ke wanita kecil di depan.

Wanita itu menatapku kesal. "Biar aku beri kesukaanmu!?"

Aku memiringkan kepala. "Huh?"

Tidak lama kemudian, dua jari kecilnya itu sudah mengapit erat di pipi kananku.

"Sakit bodoh!! Apa yang kau lakukan??" Aku melepaskan tangan itu dengan keras dan protes kepadanya.

"Ah … dia benar-benar hilang ingatan, padahal sosoknya dulu itu adalah seorang Masokis."

Tidak mungkin!? Sangat tidak mungkin!!

"Biar saya berikan resep obat penenang."

Aku yang sudah bosan menghadapi wanita itu memutuskan untuk melamun. Namun tanpa sadar otak ini kembali mengacu pada pemikiran super aneh.

"Ini dunia nyata, kan?" Aku bertanya kepada kedua orang di depan.

Kedua orang itu saling menatap, kemudian mengalihkan pandangan mereka kepadaku.

"Dik, sepertinya kakaknya perlu istirahat ini!"

Sialan, pertanyaannya tidak dijawab tapi ia malah menghinaku.

"Iya, Dok, terima kasih sudah memberi saran dan obat untuk kami. Ayo, Kak, kita pulang!"

Wanita ini ternyata bisa tersenyum manis, seolah sosok yang menyeramkan tadi sudah hilang.

"Iya, ayo—Dek—umm—Dik."

Astaga, aku saja lupa panggilan formal untuk seorang adik, padahal saat dia memanggilku Masokis, aku tahu betul istilah itu. Sepertinya memang harus tidur nyenyak setelah ini, melupakan hal yang terjadi malam ini dan mungkin besok ingatan yang tersesat bisa kembali.

Aku berjalan bersama wanita ini melewati beberapa koridor rumah sakit yang masih agak ramai pengunjung, jadi tidak ada kesan mistis di sini.

"Kak, kata Dokter tadi disuruh minum obat ini sebelum tidur!" Wanita itu menyodorkan obat yang ia bawa kepadaku.

Hah obat?! Kapan Dokter itu memberi obat?! Sungguh aku sudah tidak mengerti kenapa sekarang seperti orang gila yang tidak bisa ingat apa-apa, bahkan kejadian beberapa menit lalu pun dilupakannya.

"Iya, nanti aku akan minum. Omong-omong, beneran kita kakak-adik?" Aku masih penasaran dengan identitasku, barangkali wanita ini menyimpan maksud lain.

"Nih orang ya astaga ... harus ditunjukkan rumah kita, kamarmu, dan kamarku terlebih dahulu baru ingin percaya?" ucapnya sembari menatapku garang.

Ternyata dia kalau sedang marah, seram bukan main. Berbanding terbalik saat dia sedang tersenyum.

Entah kenapa ... aku seperti merindukan momen-momen seperti ini.

"Ya maklum lah, aku kan hilang ingatannya abnormal. Masa iya, sih, aku tiba-tiba hilang ingatan hanya karena tidur di lapangan, kan tidak masuk akal."

"Iya benar juga, sih, tapi mulai saat ini, sembari memulihkan ingatan kakak, panggil aku Yuukiho saja. Lalu anggap aku sebagai adikmu, kau juga selalu melindungiku saat ada yang jahat kepadaku. Kau melawan mereka, memukul mereka, dan memberi mereka peringatan. Jangan ganggu adikku, ya, jika kau tak ingin mati!"

Ocehan wanita ini lebih mirip seperti program cuci otak, sepertinya ....

"Kok aku seperti di cuci otak, ya?"

"Bu—bukan begitu, maksudku itu adalah sosokmu sebelum kau hilang ingatan tadi sore. Bahkan kemarin kau sempat berkelahi sama orang yang ingin mencelakakan ak—"

Aku masih terus mendengarkan ocehannya, akan tetapi tiba-tiba dia berhenti berbicara, dan kenapa dia berhenti berjalan? Aku menoleh ke belakang untuk melihatnya.

"Hei, kenapa?!" Aku menggerakkan pundaknya untuk menyadarkan dirinya.

Wajahnya terperangah seperti ada rasa penyesalan di matanya, tidak lama kemudian dia menjatuhkan dirinya ke lantai dan air mata mulai membasahi lantai koridor rumah sakit.

"A—Apa jangan-jangan, Kakak hilang ingatan karena kemarin berkelahi? Lalu efeknya baru tadi sore?!" ucapnya terisak sambil mengelap matanya yang kini telah basah.

Apa yang dibicarakan oleh wanita ini? Jika benar hal seperti itu terjadi, tentunya akan ada luka di tubuhku, kan?

"Tidak, aku bahkan tidak ingat berkelahi dengan siapa. Lihat, kalau aku berkelahi pasti sudah ada luka lebam di muka dan tubuhku!" Aku menunjukkan tubuhku yang baik-baik saja tanpa luka lebam karena berkelahi.

"Aku memang selalu merepotkanmu, Kak, harusnya a—aku lebih bisa mandiri dan tidak bergantung padamu, te—tetapi aku tidak bisa."

Aku merasa bangga jika ternyata semasa hidup lamaku bisa berguna untuk orang lain. Wajah wanita ini benar-benar seperti orang yang merasa bersalah sekali, seolah-olah dia menerima semua masalah orang di hatinya.

Menyedihkan sekali.

Baiklah, mulai sekarang sebisa mungkin aku akan menganggap dia sebagai adikku.

"Hei tolong jangan menangis. Meskipun sekarang aku telah hilang ingatan dan tidak mengingatmu, aku berjanji akan melindungimu dari siapa pun." Aku memeluk Yuukiho.

Hati ini bisa merasakan sebuah perasaan berupa kehangatan dari seseorang yang benar-benar dekat dengannya. Sekarang aku sedikit yakin bahwa dia adalah benar-benar orang terdekat yang telah menemani hidup lama itu, atau mungkin dia adalah adik tersayangku.

"Apakah bukan karena berkelahi kemarin, Kak?" Dia terus saja menyalahkan dirinya jika aku hilang ingatan karena berkelahi.

"Tidak, mungkin ada penyebab lain dari hilang ingatan ini. Sekarang berdirilah Yuukiho, malu dilihat oleh orang lain!" Aku menarik tangannya dan menyuruhnya untuk berdiri.

Aku bersama Yuukiho kembali berjalan keluar dari rumah sakit dan langsung bertujuan pulang ke rumah. Kejadian apa yang akan aku alami setelah ini?

Yuukiho, ternyata dia adalah sosok yang rapuh.

Tuhan, tolong kembalikan ingatanku besok pagi.

Aku membutuhkannya supaya otak ini tidak harus memulai kembali ingatanku terhadap Yuukiho dari nol. Hatiku percaya, Yuukiho adalah sosok yang tidak layak untuk dilupakan.

También te puede interesar