Sebuah tempat yang dipenuhi dengan bintang, sebuah jiwa manusia masih melayang dengan sesosok pria paru baya berada didepannya. Dengan sabar pria itu menanti apa yang akan dikatakan oleh orang yang berada didepannya, yang saat ini dipanggil Kakek olehnya.
Pria tersebut yang merupakan Zen, masih berdiam diri dan mencerna semua perkataan pria yang berada didepannya. Sebenarnya dia bisa saja langsung menjawab, tetapi dia putuskan untuk mendengarkan keseluruhan permintaan Kakeknya.
"Apakah kamu mau ikut denganku menuju Domain para dewa, atau melanjutkan kehidupanmu berpetualang pada dunia – dunia tersebut" kata Kakeknya yang menatap Zen penuh harap.
Tentu saja, Zen tanpa keraguan sedikitpun akan memilih berpetualang kembali menelusuri dunia – dunia fiksi yang selama ini dia lakukan, karena dia sudah mempunyai sebuah keluarga disana. Namun perkataan Kakeknya didepannya membuat dia kembali bimbang.
"Dengan menjadi seorang Dewa, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, termasuk berpetualang pada dunia yang berbeda dan mungkin kembali pada duniamu sebelumnya. Apakah kamu tahu, orang tua angkatmu sangat bersedih melihat dirimu meninggal" kata Kakeknya.
"Lalu apakah kamu tahu, teman masa kecilmu saat ini menyadari bahwa dia ternyata sangat mencintaimu dan amat bersedih melihatmu sudah meninggal, bahkan dia hampir bunuh diri karena dia menganggap kematianmu merupakan perbuatannya" lanjut Kakek dari Zen.
Bukan tanpa alasan Kakek dari Zen mencoba membawanya menuju domain para dewa. Dikarenakan satu – satunya dewa yang tidak mempunyai keturunan hanyalah dirinya. Namun saat dia mengubah Zen menjadi keturunannya, dia memutuskan akan menjadikannya penerusnya saat itu juga.
"Kamu tahu, didomain para dewa kamu mungkin akan menikahi banyak dewi yang sangat cantik, yang kecantikannya melebihi wanita yang pernah kamu lihat saat ini, dan mungkin mereka akan memperebutkanmu karena statusmu yang merupakan keturunanku" kata Kakek dari Zen kembali.
Omongan dari pria tua didepannya bukanlah hal yang omong kosong. Siapa yang tidak ingin menikahi seorang keturunan langsung raja dari para dewa, dan Dewa terkuat yang saat ini sedang beridiri menatap dan menunggu keputusan keturunannya yang bimbang didepannya.
Zen saat ini masih terdiam saja saat ini. Bukan karena dia susah untuk memilih, tetapi dia sangat bimbang untuk mengatakan pilihannya, dikarenakan dia takut membuat kecewa orang yang memberikan kekuatannya padanya.
"Ternyata kamu sudah membuat pilihan ya..." kata Kakeknya yang sebenarnya sudah tahu pilihan apa yang akan dipilih oleh Zen.
"Maafkan aku Kakek, tetapi sepertinya aku tidak bisa menerima semua kebaikanmu lebih jauh lagi. Jadi aku lebih memilih untuk melanjutkan kehidupanku yang saat ini bersama orang – orang yang mencintaiku" kata Zen.
"Hm... jadi itu pilihanmu ya... tetapi apakah kamu tidak takut bahwa aku akan membuat sesuatu pada duniamu, sama seperti perkataan bayanganmu saat menaklukan labirin pada dunia yang sebelumnya" kata Kakek dari Zen kemudian.
"Untuk itu, jawabanku tetap sama dengan apa yang aku katakan kepadanya" kata Zen sambil tersenyum percaya diri kepada Kakeknya.
"Baiklah kalau itu pilihanmu, tetapi apakah kamu yakin? Jika kamu mengikutiku dan mempelajari sepenuhnya kekuatanku, kamu mungkin bisa melakukan apapun sama sepertiku Zen, termasuk menciptakan dunia fiksi yang kamu jelajahi saat ini" kata Kakek dari Zen.
Memang Kakek dari Zen sangat ingin cucunya mengikutinya menuju domain para dewa dan menjadi penerusnya. Namun dia tidak ingin memaksanya dan akan membuatnya menjadi dewa yang jahat kemudian hari, karena dia memaksakan kehendaknya sama seperti beberapa Demi-God yang merepotkan.
"Aku tetap pada pilihanku Kakek" kata Zen sambil tersenyum.
"Hmm... baiklah kalau begitu" kata Kakeknya sambil tersenyum dan menghormati pilihan cucunya.
Walaupun dia merasa kecewa, tetapi Kakek dari Zen akhirnya mengiklaskan cucunya tersebut untuk memilih pilihan hidup yang akan dijalaninya. Karena dia tahu suatu saat nanti, keturunannya ini akan membantunya kelak dimasa depan tanpa harus dia bujuk.
"Baiklah, kalau begitu ini waktunya kita untuk berpisah" kata Kakek dari Zen.
"Baiklah Kakek" kata Zen dan akhirnya mereka berpelukan. Mereka cukup lama berpelukan, dan akhirnya mereka bersiap untuk kembali ketempat mereka masing – masing.
"Aku akan mengembalikanmu menuju duniamu" kata Kakek dari Zen dan mulai menyentuh kening dari Zen.
"Kalau begitu sampai jumpa Kakek" kata Zen yang saat ini sepenuhnya sudah berubah menjadi cahaya dan menghilang dari sana.
Kakek dari Zen hanya menatap hilangnya cahaya dari Zen dengan senyum yang terpampang pada wajah tuanya. Setelah melihat cucunya sudah menghilang, dia juga sudah berubah kembali kedalam wujud siluet cahayanya dan langsung menghilang dari sana menuju kealam dewa yang dipimpinnya.
.
.
Pada sebuah taman, seseorang saat ini terbaring pada sebuah bangku taman dan terlelap dengan nyaman. Perilakunya tidak ada yang menghiraukan karena hari masih sangat pagi, dan belum ada orang yang berlalu lalang ditempat ini.
Pria tersebut mulai terbangun, karena berbagai binatang kecil mulai mengganggu tidurnya. Namun karena kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih, dia hanya mulai meregangkan tubuhnya sambil menguap. Jika beberapa wanita melihat pemandangan ini, pasti semuanya akan langsung terpesona dengan apa yang mereka lihatnya.
"Mengapa aku terbangun disini" kata Zen yang saat ini baru menyadari dirinya terbangun pada tempat yang aneh.
Zen saat ini mulai sadar sepenuhnya dan melihat sekeliling. Namun dia bingung mengapa dia berada disini, dan bukan berada pada kamarnya pada kediaman Tio sebelumnya. Namun pemberitahuan sistem membuatnya terkejut.
[Toko Senjata: Terkunci Sementara]
[Toko Skill: Terkunci Sementara]
"Hah? Mengapa toko sistemku terkunci?" gumam Zen, namun saat hendak menanyakan masalah ini kepada adiknya, Zen dikejutkan dengan dua buah cahaya yang baru saja tiba ditempat ini.
Tubuh mereka penuh dengan luka, bahkan salah satu dari mereka sudah diambang kematian saat ini. Zen yang melihat itu langsung mendekat kearah mereka dan menggunakan skill Healingnya dan menyembuhkan mereka saat itu juga.
"Terima kasih Maste-" perkataan Tio terpotong setelah melihat wajah Zen yang sedang membantunya.
Ya, wanita tersebut merupakan Tio yang bersama Froze ikut serta terbawa kesini karena ikut tersedot sebuah lingkaran hitam yang mencoba menghisap Zen. Mereka mengalami luka yang parah, karena tubuh mereka tidak bisa menerima tekanan dari lingkaran yang menghisapnya tersebut.
Namun saat Tio berhasil disembuhkan oleh Zen, dia terkejut dengan rupa Zen yang saat ini sangat amat tampan. Memang, walaupun sebelumnya Zen sudah sangat tampan, tetapi saat ini wajahnya lebih halus dan memancarkan sesuatu yang menghangatkan saat melihat wajahnya saat ini.
"Apa kamu baik – baik saja Tio?" tanya Zen kemudian.
"A-Aku baik – baik saja M-Master" kata Tio yang saat ini masih memandang wajah orang yang dicintainya tersebut.
Saat melihat Tio sudah baik – baik saja, Zen langsung bergegas kearah Froze yang mengalami luka yang lebih parah dari Tio. Dengan sigap Zen menyembuhkannya, namun mata Tio tidak terlepas dari Masternya tersebut.
[Sepertinya Kakak harus menghentikan aura dewa Kakak, sebelum bencana yang tidak diinginkan datang menemui Kakak] kata Irene yang melihat efek dari aura Zen.
"Apa mahsutmu Irene, dan juga mengapa beberapa fungsi tokoku terkunci sementara?" tanya Zen.
[Karena Kakak saat ini berada didunia 0]