webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
275 Chs

Hari Baru

18+

Zen dan Asuna saat ini sudah berada disebelah tempat tidur Zen. Mereka berdua saat ini masih saling berciuman dengan penuh nafsu, sampai Zen mulai melepaskan ikatan bath robe Asuna yang membuat bath robe tersebut mulai memperlihatkan bagian depan tubuh Asuna yang polos dan indah.

Melihat ini Zen sudah melepaskan ciumannya dan mulai melepaskan pakaian atasnya dan kembali melumat bibir Asuna setelah dia melepaskan bajunya, sampai akhirnya tubuh Asuna sudah didorong menuju tempat tidur Zen.

Zen langsung kembali berdiri dan mulai melepaskan celananya dan menyiksakan celana dalamnya dan sekarang mulai menjelajahi bagian dada Asuna yang tampak sangat montok tersebut.

Zen sendiri sudah melumat bagian dada hingga puting Asuna yang menyebabkan beberapa suara erangan nikmat berasal dari mulut Asuna. Setelah puas akhirnya Zen mulai mencium bagian tubuh Asuna hingga dia mencapai ditempat yang amat spesial bagi seorang perempuan.

Melihat cairan membajiri tempat tersebut, Zen langsung melepaskan sisa kain yang masih menutupi tubuhnya dan mulai bersiap untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Asuna sendiri begitu kaget dengan ukuran benda yang berada diselangkangan Zen tersebut, namun dia kemudian menatap Zen yang saat ini sedang menatapnya hangat.

"Apakah kamu yakin kita melakukan ini sekarang Asuna?" kata Zen menatap Asuna.

Asuna yang mendengar ini hanya tersenyum dan mulai mengangguk untuk memberi lampu hijau kepada Zen untuk melanjutkan aktivitas mereka.

Lalu Zen mulai menggiring benda spesialnya menuju kearah tempat spesial Asuna dan perlahan mulai memasukannya secara perlahan. Asuna merasa sesuatu menembus dirinya dari bagian bawahnya hanya merasa nyeri sedikit, karena ini pertama kalinya baginya melakukan hal tersebut.

"Apakah kamu masih ingin melanjutkannya Asuna" kata Zen melihat wajah Asunya seperti menahan rasa sakit.

"Lanjutkan Zen, aku sudah tidak apa - apa" jawab Asuna.

Zen lalu kembali memasukan benda spesialnya, hingga saat ini bendanya sudah memasuki diri Asuna dengan sepenuhnya. Melihat raut wajah Asuna yang mulai kembali seperti semula, akhirnya Zen mulai memaju mundurkan benda spesialnya sambil menikmati sebuah rasa nikmat yang baru dia rasakan pertama kali itu.

Mereka akhirnya mulai merasa kenikmatan, hingga ruangan tersebut mulai terdengar suara erangan kenikmatan memenuhi ruangan tersebut, sambil menjadi saksi kedua insan yang saling mencintai sedang melepaskan hasrat tertentu dari diri mereka masing – masing, hingga malam semakin larut dan membawa mereka ke puncak kenikmatan mereka masing - masing.

.

.

Sinar matahari akhirnya menembus dari sela – sela tirai yang menutupi ruangan ini dan tembus menuju ketempat tidur dimana sepasang manusia sedang terlelap sambil memeluk satu sama lain, dibawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka berdua.

Pria itu atau Zen, saat ini akhirnya mulai membuka matanya setelah merasakan sebuah cahaya menyinari wajahnya, hasil dari sinar matahari yang tembus kedirinya.

Zen setelah membuka matanya melihat seorang wanita yang sangat dicintainya saat ini berada dipelukannya masih tertidur dengan nyaman. Zen saat ini hanya menatap wanitanya tersebut tanpa berniat membangunkannya dan hanya menikmati momen menatap wajah indah dari wanitanya tersebut.

Tidak beberapa lama kemudian cahaya itu akhirnya sampai diwajah Asuna dan membuatnya sedikit terganggu dan mulai membuka matanya dengan perlahan. Asuna yang membuka matanya akhirnya menyadari seseorang yang dicintainya saat ini sedang menatapnya lembut.

"Selamat pagi Asuna" kata Zen dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya tersebut.

"S-Selamat pagi Z-Zen" kata Asuna yang masih malu akibat mengingat perbuatannya dengan Zen semalam.

Melihat wanitanya yang saat ini malu – malu, membuat Zen semakin gemas terhadap wanitanya tersebut dan mulai memeluknya kembali dengan erat dan tidak lupa untuk mencium kening Asuna tersebut.

"Apakah kau mempunyai acara hari ini Zen?" tanya Asuna yang akhirnya sudah tidak merasa terganggu dengan perasaannya sebelumnya.

"Yap, aku ada sedikit urusan" jawab Zen.

"Kamu sepertinya sangat sibuk belakangan ini Zen, bukankah dua hari lagi merupakan ujian kelulusan kita?" tanya Asuna.

"Tentu aku mengingatnya Asuna" kata Zen.

"Baiklah, sebaiknya kita membersihkan diri sekarang" kata Asuna yang mulai beranjak namun dia lupa bahwa dia masih telanjang saat ini.

Namun saat dia mulai beranjak Zen melihat sesuatu pada pundak Asuna, yaitu tandanya mulai berubah sekarang. Sebelumnya tanda itu berbentuk lingkaran dengan bagian bawahnya tidak terhubung. Namun sekarang dibawah lingkaran itu terdapat sebuah tulisan yang tidak bisa dibaca Zen.

[Itu bertulisan ZEN dalam tulisan dewa Kak] kata Irene.

Mendengar ini Zen hanya tersenyum dan akhirnya mengikuti langkah Asuna memasuki kamar mandi dan mereka berdua akhirnya mulai mandi bersama.

.

.

Zen saat ini sudah berada dia Alaska, dia saat ini sudah menyiapkan peralatan untuk memasukan darahnya menuju tubuh yang kelak menjadi putrinya.

Asuna sendiri setelah selesai membersihkan diri, dia mengatakan bahwa dia ingin bersantai diapartemen Zen. Zen sebenarnya ingin menemaninya saat ini, namun karena dia memutuskan untuk membalas semua cinta yang diberikan oleh para wanitanya, akhirnya dia memutuskan untuk secepatnya menyelesaikan tubuh Yui.

Sekarang tubuh Yui dibeberapa bagian sudah berubah menjadi bagian tubuh manusia karena darah Zen yang sudah diberikan sebelumnya. Saat inipun rambut di kepala dari tubuh itu sudah tumbuh walaupun baru tumbuh beberapa centimeter.

Zen terus memantau perkembangan tubuh tersebut, sampai darah yang dia berikan kepada tubuh tersebut ternyata sudah habis.

"Hah.. ternyata masih lama" kata Zen.

[Tenang Kak, mungkin kita hanya butuh 2 liter darahmu lagi.] kata Irene setelah selesai memindai tubuh tersebut.

"Baiklah" kata Zen.

Akhirnya Zen memutuskan untuk kembali ke apartemennya setelah menyelesaikan urusannya dan berencana untuk menghabiskan waktunya dengan Asuna dan mungkin menelfon para wanitanya yang lain untuk datang kerumahnya.

Zen akhirnya muncul disebuah tempat dan mulai menuju ke apartemennya. Setelah dia membuka pintu dia melihat wanita yang berada diapartemennya saat ini sangat amat panik akan sesuatu.

"Zen!" teriak Asuna sambil datang dan memeluk Zen saat dia memasuki apartemennya tersebut.

"Ada apa Asuna?" tanya Zen yang menenangkan Asuna yang saat ini terlihat air matanya mulai jatuh membasahi pipinya.

"M-Mengapa kau tidak mengangkat telfonku Zen?" tanya Asuna yang masih menangis.

"Tenanglah Asuna, coba ceitakan apa yang terjadi" kata Zen.

"L-Lisbeth, S-Silica" kata Asuna tergagap karena masih merasa sangat terpukul akibat kabar yang baru diterimanya tersebut.

"Tenanglah" kata Zen menenangkan Asuna dan mengambil segelas air dan memberikan kepadanya.

Zen lalu memberikan air tersebut sambil mencoba menenangkan Asuna. Asuna akhirnya sudah mulai tenang dan Zen mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Asuna lalu menatap Zen dengan air mata yang masih mengalir dari matanya.

"Lisbeth dan Silica sudah kehilangan ingatan mereka"