webnovel

Titik Terang

Zen saat ini berada disebuah ruangan bersama Asuna, Sinon dan Suguha yang saat ini masih setia menemani teman, saudara dan wanita mereka yang saat ini terkena musibah.

Mereka berempat saat ini sedang mengawasi dua orang yang mereka kenal dibalik kaca dan melihat sekarang Lisbeth dan Silica sedang memakai alat bernama Medicuboid, guna memperbaiki ingatan mereka yang saat ini hilang.

Saat ini Lisbeth dan Silica menjalani terapi yang sama seperti Yuna, atau korban game sebelumnya yang mengalami kerusakan otak akibat percobaan.

Lalu tiba – tiba saja pintu ruangan dimana Zen berada terbuka dan seseorang dokter muncul dari balik pintu tersebut.

"Bagiamana dok?" tanya Zen.

Lalu dokter itu menggiring Zen bersama para wanitanya menuju sebuah ruangan, untuk menjelaskan situasi kedua pacarnya yang hilang ingatan tersebut.

"Sekarang keadaan mereka baik – baik saja, dan seperti yang kalian tahu ingatan mereka saat ini menghilang. Untungnya proses donor ingatan yang kalian sudah lakukan sekarang sangat sukses besar." Kata dokter tersebut.

"Lalu kapankah mereka bisa sembuh dokter?" tanya Asuna yang masih terlihat kesedihan dari matanya.

"Tenang saja. Walaupun proses ini memakan waktu satu bulan, tetapi dipastikan ingatan mereka sebelumnya bisa kembali seperti semula. " Kata dokter tersebut.

Mendengar ini mereka mulai merasa lega, walaupun waktu pemulihan cukup lama, tetapi mereka dipastikan untuk sembuh. Zen sendiri hanya mengepalkan tangannya saat ini masih merasa emosi dengan apa yang terjadi.

[Kakak mendapatkan sebuah main quest baru] kata Irene mengagetkan Zen yang saat ini masih mendengarkan penjelasan dokter tersebut.

"Benarkah?" kata Zen didalam gatinya.

<Quest>

Main Quest:

[Lanjut atau Berkorban]

[Pilihan ada ditanganmu]

[Hadiah]

[EXP: 1000]

[Store point: 1.000.000]

[Acc Point: 100]

[Lanjut: 1X Tiket 0.5]

[Bekorban: Skill [Cooking]]

"Apa mahsutnya ini Irene?" tanya Zen yang mendapatkan sebuah main quest yang menurutnya mempunyai informasi yang sangat aneh tersebut.

[Irene juga tidak tahu Kak.] jawab Irene.

"Tunggu jika aku pilih lanjut aku mendapatkan tiket 0.5, berarti aku akan bisa berpindah duniakan Irene?" tanya Zen memastikan.

[Benar sekali Kak. Tiket itu akan menjadi bukti bahwa Kakak menyelesaikan tugas Kakak didunia ini] kata Irene.

"Tetapi bukankah aneh, mengapa hadiah dari berkorban tidak sebanding." gumam Zen yang saat ini masih mencoba mencerna informasi yang dia dapatkan itu.

Ekspresi Zen sedang berfikir ini, tidak luput dari seseorang yang mengira Zen saat ini masih berasa bersalah atas hilangnya ingatan Lisbeth dan Silica tersebut.

"Kami akan bersamamu Zen" kata Sinon yang memperhatikan Zen sedari tadi sambil menggenggam tangan Zen.

"Ah.." kata Zen terkaget atas tindakan Sinon tersebut.

"Terima kasih Sinon, tapi aku tidak apa - apa" kata Zen yang akhirnya tersadar dari lamunannya.

Mendengar ini Sinon hanya tersenyum dan akhirnya mereka melanjutkan mendengarkan arahan dari dokter tersebut. Setelah beberapa lama, akhirnya mereka semua meninggalkan ruangan dokter tersebut dan saat ini akan kembali melihat keadaan Lisbeth dan Silica.

Namun Zen mendapatkan sebuah pesan untuk bertemu dengan seseorang dan isi pesan tersebut langsung membuat Zen langsung ingin beranjak dari tempat itu.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menemani kalian cukup lama, aku mempunyai sebuah urusan." Kata Zen sambil memberikan sebuah gesture yang membuat para wanita tersebut mengerti mahsut Zen tersebut.

"Baiklah, hati - hati Zen" kata Asuna dan mulai maju dan mencium bibir Zen.

"Berhati hatilah" kata Suguha yang ikut mencium Zen.

Sinon sendiri hanya membuang mukanya karena kegiatan teman – temannya tersebut. Dia saat ini merasakan sedikit kecemburuan namun dia sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya tersebut.

Namun tiba – tiba sebuah bibir mendarat tepat pada pipinya dan membuatnya terkejut.

"Sampai nanti Sinon" kata Zen sambil melambaikan tangan keketiga wanita tersebut dan mulai meninggalkan ruangan itu.

Sinon sendiri yang saat ini masih berdiri akhirnya menyentuh bekas dimana Zen menciumnya. Bisa terlihat senyum kecil muncul diujung bibirnya dan hal itu tidak luput dari perhatian Asuna dan Suguha.

"B-Bukan seperti itu Asuna, Suguha-chan" kata Sinon setelah melihat kedua wanita itu menatapnya penuh arti.

Mendengar ini Asuna dan Suguha hanya membalas Sinon dengan senyuman dan mulai menggoda wanita tersebut sambil mencairkan suasana yang menyedihkan sebelumnya.

.

.

Zen saat ini berada disebuah perusahaan yang amat dikenalinya tersebut. Zen lalu masuk dan mencari orang yang mengiriminya pesan tersebut. Akhirnya dia memasuki sebuah ruangan yang berisi beberapa layar.

"Akhirnya kau datang Zen-kun" kata seorang pria berkacamata dengan pakaian kantornya.

"Katanya kau punya bukti Seijirou-san" kata Zen.

Lalu pria itu menjalankan sebuah video yang saat itu sedang dipause dari layar didepan mereka dan Zen melihat bagaimana kedua pacarnya diserang.

Video itu berisi rekaman kamera pengintai suatu mal, dimana Lisbeth dan Silica berkunjung. Kedua wanita tersebut saat itu hendak menuju kesuatu stand dan seseorang berperawakan pria menggunakan topi dan wajahnya menggunakan masker mendekati mereka berdua.

Awalnya mereka hanya mengobrol, hingga kedua wanita itu menggiring pria itu kesuatu tempat. Setelah itu tiba – tiba saja pria itu mengeluarkan sebuah Augma dan memaksakan untuk memakaikan kepada kepala mereka.

Lisbeth dan Silica berusaha sekeras mungkin melawan, namun pria itu mempunyai kekuatan yang besar hingga mereka berdua tidak bisa melawannya.

Yang membuat Zen mengepalkan tangannya dengan keras, Pria itu sempat mencekik Silica karena mencoba melindungi Lisbeth saat itu. Setelah misinya berhasil, akhirnya pria itu pergi dari tempat tersebut.

"Tenanglah Zen-kun, kupastikan akan menangkap pelakunya" kata pria disebelah Zen tersebut.

"Bisakah setelah kau menangkapnya, aku bertemu dengan mereka" kata Zen yang saat ini sangat emosi.

"Maafkan aku Zen-kun, kami tidak bisa" kata pria tersebut yang mengetahui mahsut Zen sebenarnya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memakai caraku sendiri kalau begitu" kata Zen sambil berbalik dan mencoba beranjak dari tempat tersebut.

Zen saat ini sudah mempunyai sebuah rencana dan menurutnya rencana ini akan membawanya pada pelaku dan dia pastikan untuk menyiksa pelaku tersebut.

"Apakah kau tidak menghalanginya Seijirou-san?" kata seseorang disitu.

Mendengar ini pria berjas itu hanya tersenyum.

"Kita sedang melepaskan seorang Beast saat ini" kata pria tersebut.

Zen saat ini sudah berada dikoridor dari kantor tersebut dan sudah berapi – api untuk menemukan pelaku yang berani menyentuh pacarnya.

"Irene, buatlah statusku menjadi G semua" kata Zen.

[Baiklah Kak] kata Irene.

[Sudah selesai Kak, silahkan lihat status Kakak] kata Irene selanjutnya.

<Status>

Status:

Nama: [Uchiha Zen]

Level: [10](0/1000)

Bloodline: [God 1%]

Toko Poin: [4.334.000]

Status Poin: [458] > [406]

STR: G [0/100]

AGI: I [2/25] > G [0/100]

INT: G [8/100]

DEX: I [0/25] > G [0/100]

Skill: [Infinity Mana] [Clean: 2] [Heal: 0] [Creation: 10] [Fire: 8] [Water:6] [Wind: 2]

Next chapter