"Empat bulan yang lalu aku memasuki rumah sakit ini diiringi tangisanmu Sam. Sekarang aku keluar dari sini, menghadapi dunia baru, dunia tanpamu. Aku tidak tahu harus bagaimana melangkah. Aku tidak tahu bagaimana aku memulai. Kau biasa memenuhi hariku dengan tawa, sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya tertawa tanpamu. Kau biasa menjadikan hal kecil sebagai bahan pembicaraan. Dan aku tak tahu bagaimana memulai pembicaraan tanpamu. Duniaku dibentuk olehmu, dan kau meninggalkannya begitu saja tanpa memberi tahuku cara menjalaninya".
"Aku tidak marah pada dirimu Sam, aku hanya marah pada diriku sendiri. Jika aku tahu akan sesingkat ini waktu bersamamu. Mungkin aku tak akan pernah menyela katamu, mungkin aku tidak akan pernah memejamkan mata saat bersamamu, mungkin aku tidak akan pernah menghentikan tawamu."
"Jika saja aku tahu kau akan pergi. Mungkin akan kugunakan semua waktuku untuk memandangi wajahmu, akan kugunakan waktuku untuk melihat indahnya gigimu saat menggodaku, akan kugunakan tubuhku hanya untuk menerima pelukanmu."
"Aku tidak mempertanyakan mengapa kau memilih kekasih lain. Aku hanya mempertanyakan apakah yang kau lakukan padaku hanya sebuah rasa kasihan?"
"Aku akan bahagia Sam. Itu caraku berterima kasih kepadamu yang telah mengasihaniku."
"Aku menghela nafas berkali-kali, berharap bahwa ini hanya mimpi. Tapi semakin oksigen kumasukan dalam paru-paruku, semakin aku sadar kenangan yang kau goreskan terlalu dalam. Apakah kau yang jahat atau aku yang terlalu bodoh?"
...
"Onii-chan kenapa wajahmu ceria sekali??" Tanya Yuire yang sedang bersiap-siap untuk keluar dari rumah sakit.
"Mungkin dia sudah gila Yu" Jawab Yoshito yang tetap fokus membantu adiknya memakaikan mantel tebal.
"Aku punya hadiah untukmu!!" Chris memberikan sebuah amplop berisi beberapa tiket.
"Himeji Park??" Wajah Yuire berubah cerah saat melihat tulisan di tiket.
"Chris apa sudah boleh??" Tanya Yoshito
"Marie akan ikut, daaan (Chris mendekati dan merangkul Yuire yang sudah duduk di kursi roda) kita harus menunjukan pada ibu bahwa adikku sudah sembuh." Chris tersenyum dan mencium kepala Yuire.
"Onii-chan, boleh tidak aku ke restoran? Sudah lama aku tidak kesana."
"Besok saja, dan itupun hanya boleh sebentar ok!!" Yuire mengangguk mendengar syarat dari kakaknya Chris.
...
"Sayang, siapa saja yang mau kau undang di pertunangan kita??" Ucap Hua Lu dengan manja.
"Aku tidak berniat mengundang siapapun." Jawab Sam dengan malas.
"Apa ibumu sudah kau beritahu??"
"Tidak!" Jawab Sam Lin singkat.
Hua Lu mendekati Sam yang sedang duduk di meja kerjanya. " Sayaaang, ini acara penting kita. Kau harus mengundang semua orang yang kau anggap penting!!"
Sam menatap Hua Lu dengan malas dan menghela nafas panjang "Lakukan apa yang mau kau lakukan, tugasku disini hanya mengatakan "iya" bukan??"
"Baiklah sayaang, kau harus mengantarku membagikan undangan ini!!"
....
"Sudah cukup, ayo kita pulang! Biar Yosh yang menunggu disini!!" Ajak Chris mengajak Yuire yang masih terhanyut menikmati suasana restoran yang sudah lama tidak dia kunjungi.
"Tunggu aku menghabiskan makananku!! Aku ikut, aku tidak membawa mobil!!" Teriak Yoshi yang sedang asyik menikmati makanan.
"Kau diam disini!! Dan jangan makan terlalu banyak, kau akan membuat rugi restoran Yu!!"
"Onii-chan..." Yoshito memelas kepada Chris.
"Onii-chan. Onii-chan. Ada maunya saja kau panggil aku Onii-chan!!" Ucap Chris dengan nada meledek. "Aku antar Yu ke mobil dulu, aku kembali lagi kemari dan kau belum menghabiskan makananmu, jangan harap aku beri tumpangan!!"
Chris menarik tangan Yuire dan membimbingnya menuju ke mobil. "Kau tunggu di mobil. Aku akan masuk untuk melihat kakakmu itu!!" Perintah Chris kepada Yuire yang sudah duduk di kursi belakang mobil.
......
"Aku menunggu di mobil saja!!" Ucap Sam kepada Hua Lu.
"Kenapa?? Kau takut atau kau menghindar??" Ucap Hua Lu
"Terserah. Cepat masuk dan lakukan apa yang ingin kau lakukan!!"
Hua Lu hanya tersenyum melihat tingkah Sam lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju YU's Resto.
"Selamat siang!" Ucap Hua Lu kepada pelayan.
"Silahkan mencari tempat duduk!" Ucap pelayan dengan sopan.
"Oh tidak, aku hanya ingin bertemu Yuire."
Mendengar nama adiknya disebut, Yoshito menghentikan makannya lalu melirik Hua Lu dan beranjak mendekatinya.
"Kau siapa?Ada apa menanyakan adikku?" Tanya Yoshito dengan nada menginterogasi.
"Aku Hua..."
"Mau apa kau kesini??" Belum sempat Hua Lu memperkenalkan diri kepada Yoshito, Chris tiba-tiba datang dari belakang restoran dan menyela.
"Hai,, aku ingin memberikan ini." Hua Lu tersenyum, menunjukan sebuah undangan dihadapan Chris dan Yoshito.
"Jangan membuat aku emosi nona Hua Lu." Mendengar nama Hua Lu disebut oleh Chris, wajah Yoshito berubah menjadi emosi. Dia baru mengetahui bahwa wanita dihadapannya adalah orang yang membuat Sam meninggalkan Yuire.
"Hahaha,, kenapa kau semarah itu Tuan Yamada, aku hanya berniat baik untuk mengundang adikmu Yuire ke acara pertunanganku dengan Sam." Hua Lu menunjukan wajah bangga karena telah memiliki Sam kembali.
Wajah Chris semakin emosi, tangannya mengepal menahan amarah "Cepat pergi sebelum aku bertambah emosi! Aku tidak biasa bertengkar dengan perempuan!!"
"Wow,, gentleman sekali anda Tuan Yamada?? Tolong sampaikan undangan ini kepada adikmu yang lemah itu.!"
Tubuh Chris sudah mulai maju, siap memberikan pukulan ke wajah Hua Lu, namun Yoshito menahannya dan berdiri menghalangi Chris.
"Nona Lu, tangan kakakku terlalu mahal untuk menyentuhmu. Dan harga diri kakakku terlalu tinggi untuk memukul perempuan." Yoshito semakin mendekat, wajahnya dan wajah Hua Lu hanya berjarak beberapa cm.
"Tapi harga diriku tidak setinggi itu, jangankan untuk memukulmu, untuk melemparkanmu keluar dari sini saja aku sangat mampu" Bisik Yoshito dihadapan wajah Hua Lu. Tatapan mata Yoshito yang tajam dan wajahnya yang tampan namun mengancam cukup membuat Hua Lu gugup dan merasa cemas.
"Dan jangan terlalu bangga Nona Lu. Adikku akan mendapatkan kekasihnya kembali secepatnya."
.....
Menunggu di parkiran Yu's Resto selama empat puluh lima menit cukup membuat Sam bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di dalam. Pikirannya gelisah, apakah Hua Lu melakukan sesuatu yang buruk kepada Yuire atau tidak.
Pandangannya kesana kemari, tidak fokus dan ingin segera mengetahui kejadian di dalam. Sampai pada satu titik pandangannya berhenti. Mobil didepannya, yang terparkir menyilang membuat penumpang di dalamnya jelas terlihat.
"Yuire??" Nama itu terucap di bibir Sam. Di dalam mobil Maserati milik Chris, di bagian belakang mobil, duduk seorang pria yang hampir lima bulan tidak dia lihat wajahnya.
Hatinya memanas, rasa rindu yang dipendamnya kini menyeruak membuat tubuhnya bergetar. Yuire yang memiliki sudut hidung sempurna kini berada tak jauh dihadapannya.
Sam Lin membuka pintu mobil namun mengurungkannya kembali. "Tidak Sam, jangan serakah. Kau hanya menginginkan dia hidup lebih lama, bukan berarti kau bisa memilikinya" Sam terus menatap kekasih tercintanya itu dengan senyuman miris.
"Yuire, sayangku.. Kau terlihat lebih sehat sekarang. Maaf aku tidak bisa mendekatimu. Aku takut tidak bisa melepasmu ketika aku menatap matamu atau mendengar suaramu."
"Sayangku. Jangan tanyakan aku merindukanmu atau tidak. Hatiku sudah kaku karena penuh oleh rasa rindu. Jangan meragukan tentang cintaku. Jika kau membuka kepalaku, isinya hanya tentang namamu. Aku melepaskanmu, agar aku bisa mencintaimu lebih lama. Meskipun harus dalam diam"
(ghandistri)