Misha menuruni tangga dengan segera, dia hampir saja jatuh kalau tidak berpegangan pada penyangga tangga. "Dean? Kok lu di sini?" tanya Misha ngos-ngosan.
"Sebenarnya.. di samping Mansion ini rumah temanku, tadi aku melihat kamu masuk ke sini.." terang Ryan seadanya. "Ini Mansion siapa?" lanjut nya menatap sekeliling.
Misha sedikit gelagapan mendengar pertanyaan Ryan, ia menyugar rambutnya dan menatap Ryan dalam. "Jalan yuk" ajaknya dengan senyum menawan.
Di balik pintu dapur Eva ingin sekali berteriak melihat tingkah sang kakak yang sok keren itu. Sumpah, Eva ingin sekali menjambak rambut kakaknya.
Kak Misha, lu kok bisa se percaya diri itu.. Btw hebat juga pengalihan topik ala Kak Misha__gumam Eva dibatin.
"Jalan? Tumben?" Ryan sendiri curiga dengan tingkah Misha, ia menatap Misha intens untuk mencari tau kebenaran. "Gamau aki ajak jalan? Yaudah"
Misha menggidikkan bahunya tak peduli, melenggang pergi menaiki tangga. Ryan melotot kaget dan segera menahan tangan Misha supaya tidak terus melangkah, "Mau lah, sekarang?"
Misha mengangguk saja mereka berdua pergi, meninggalkan Eva dan Rien di mansion. Pria yang sangat kagum terhadap Misha itu terlihat penasaran, "Miss.. Siapa yang bersama Miss Misah tadi?" tanya Rien.
Smirk muncul diwajah Eva, dia mengedipkan matanya cepat dan menyenggol bahu Rien kencang. "Ciee, cemburu yah?" goda Eva ngakak.
Rien tidak faham, apa yang dibicarakan nona muda di sampingnya? "Saya tidak faham," beber nya membuat tawa Eva lenyap.
"Dih engga seru banget," ketus Eva pergi menaiki tangga. Rien serba salah, dia kan hanya mengatakan perasaan sejujurnya.. Ah, sudahlah. Lebih baik ia habiskan waktu untuk berkeliling di sekitar sini dulu.
***
Misha dan Ryan tampak diam membisu, apa yang bisa diharapkan dari sepasang es batu? Suara dari musik yang terpasang di mobil Ryan lah yang mengisi kesunyian itu.
"Mau kemana nih?" tanya Ryan akhirnya membuka suara. Misha menoleh ke arah Ryan, "Laper"
Satu perkataan dari Misha mampu membuat Ryan kincep, ia hanya mengangguk dan membanting stir kearah warung makan. Setelah memarkirkan mobil nya, Ryan keluar terlebih dahulu, dan membukakan pintu mobil untuk Mishaku
"Gak masalah kan makan di tempat kek gini?" tanya Ryan memastikan, Misha mendelik tak suka. "Kamu kira aku cewe matre?" tanya Misha sinis. Oh tidak, dia salah sentil.. Sekarang bagaimana memperbaiki Mood Misha yang sekarang anjlok?
Setelah Misha memesan makanan di pedagang di pinggir jalan Raya, Ryan pamit sebentar untuk pergi ke Julimaret untuk membeli sesuatu. Ia kembali dengan sebatang besar silverqueen, Misha di buat terperangah sendiri jadinya.
"Ngapain bawa coklat?" tanya Misha shock, "Buat kamu, tadi bad mood kan?" ujar Ryan tersenyum tampan.
Akhh tidak, senyum Ryan mengingatkannya pada sosok yang amat di benci oleh Misha. Tangannya tergerak untuk menampar pelan mulut Ryan.
Plak..!
"Kenapa di pukul?" tanya Ryan polos. Misha hanya menggeleng, ia mulai menyantap mie ayam di depannya.
Keduanya memakan mie ayam dalam diam, benar-benar tidak ada obrolan diantara mereka. Namun aneh, keduanya merasa dada mereka menghangat.
Selepas menyantap habis mie ayam, keduanya beristirahat ditaman kota. Beberapa orang juga tampak berjalan disekitar taman. Keduanya menikmati ketenangan itu, dua balok es mana sering ngomong sih..
Mata Misha tak sengaja melirik hamparan bunga mawar di sampingnya, ia segera berdiri dan berjongkok didepan tanaman mawar yang hanya selututnya.
"Ngapain?" mendengar pertanyaan itu Misha tentunya dibuat kaget, ia mendengus saat tahu pertanyaan itu datang dari Ryan.
"Kamu mau aku terluka karena mawar? Nyebelin banget," ketus Misha tidak suka dengan kebiasaan Ryan yang suka mengejutkannya.
Ia terlihat memetik beberapa bunga mawar dan merangkainya menjadi sambung menyambung. Tanpa bicara ia hanya memperhatikan apa yang sedang Misha perbuat, wah.. Pacar nya itu tengah menyatukan mawar itu menjadi sebuah mahkota.
Tap..
Misha meletakkan mahkota bunga itu di kepala Ryan, menatap kekasihnya seksama dan terkikik pelan. "Pacarku ternyata ganteng"
Blush..
Dia terdiam, tumben pacarnya itu bersikap seperti ini. Seakan tau apa yang ada difikiran Ryan, Misha memutsr bola matanya malas dan berdiri. "Di puji malah curiga, terserah sajalah" ujar Misha malas.
Menyadari kesalahan yang telah di perbuat, Ryan memukul kepalanya dan segera menyusul Misha yang mulai menyeberang.
"Kemana?" tanya Ryan sambil mengikuti Misha. Dengan santainya Misha menjawab, "Beli eskrim.. Cuacanya panas," Sesuai apa yang diucapkannya, ia membeli 2 eskrim untuk dimakan sendiri.
Ryan memperhatikan Misha yang memakan dua eskrim sekaligus, senyum nya tak bisa disembunyikan saat Misha makan dengan belepotan.
Srekk..
Tangannya tergerak untuk menyeka bekas eskrim tersebut, niat baiknya tidak di terima dengan baik oleh Misha. Dirinya malah dicubit menggunakan tangan kiri sang pacar.
"Jan asal sentuh! Kamu kira aju boneka apa? Engga!" ketus Misha, ia kembali mengabaikan Ryan dan memakan es krim ditangannya.
Hnn, apa yang harus ia lakukan supaya sang pacar tidak lagi marah terhadapnya? Di saat Ryan sedang kebingungan mencari cara supaya Misha berhenti merajuk, ia melihat orang yang menjual rambut nenek.
Setelah membeli permen rambut nenek, Ryan menyerahkannya pada Misha. "Apa ini?" tanya Misha heran. Ryan bersyukur karena Misha tidak tahu camilan apa itu, "Rambut nenek, enak lho" ungkap Ryan berniat menggoda Misha.
"Yuck.. Rambut nenek? Gak, aku engga pengen makan rambut manusia" tolak Misha menggeleng.
"Engga, ini bukan rambut nenek asli.. Ini cuma gul--"
Penjelasan Ryan, dipotong oleh Misha dengan mudahnya. "Kenapa namanya rambut nenek? Padahal kan jelas jelas itu warna pink, mana ada rambut nenek yang berwarna pink, hijau atau yang lainnya.
Saat Misha hendak kembali memprotes, Ryan memasukkan rambut nenek kedalam mulut sang pacar. "Gimana? Enak kan?" tanya Ryan tersenyum miring.
Waah, perasaan apa ini? Rasa dari rambut nenek yang ia makan sangat manis, sensasi lembut dari permen satu ini mampu membuatnya terpesona.
"Kenapa aku malah terpesona Dean? Rasanya unix, aku menyukai nya!" seru Misha senang bukan main.
Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari penjual permen rambut nenek, sayangnya penjual itu sudah tidak lagi terlihat. Helaan nafas berat Misha terdengar, ia duduk dengan lesu dan memakan permen rambut nenek dengan perlahan.
Tidak tega karena sudah membuat sang pacar bersedih, Ryan mengelus puncak kepala Misha. Ia berjanji pada sang pacar bahwa nanti dia akan membelikan banyak permen rambut nenek.
"Janji yah? Ga boleh di ingkari lho" ujar Misha diangguki Ryan, "Pasti Deera, mana mungkin aku ingkar janji" balas Ryan tersenyum lega.
Senyum bahagia Misha kembali terbit, setelah puas menghabiskan permen manis itu, mereka pulang menuju Mansion Misha tadi.
***
Ara ara, gomen kemarin gak Update karena mumet