webnovel

Shakeel Menyesal

Raya sangat panik melihat wajah marah dari ke tujuh pria dihadapannya, apalagi, Shakeel yang sebelumnya berdiri melindungi Raya, beranjak menjauh darinya.

"T-tunggu, aku bisa jelaskan!" ucap Raya panik. Mereka bertujuh mengalihkan pandangannya, bagaimana bisa Raya masih bisa mengelak dari kenyataan ini?

"Ah, Masa bodo! Ayo kita putuskan saja dia!" ujar pria ber wajah Chinese. Enam pria termasuk Shakeel mengangguk setuju, meski sakit mereka harus melakukan hal ini.

"Kita putus Ray," ujar mereka bersamaan. Raya menggeleng cepat, ia tidak bisa menerima kenyataan ini terjadi padanya.

"Enggak! Kita gak boleh putus!" tegas Raya membuat kening mereka bergenyit kaget, apa gadis itu tidak tau malu?

"Ray, gimana bisa lo ngomong kek gitu dihadapan kita semua? Lo pikir, kita ini apa? Anj*ng?" tanya pria berwajah Korea sinis, di antara mereka bertujuh, pria itulah yang mempunyai lidah sepanas magma gunung berapi.

"Lo pikir kita mau bertahan setelah tau semuanya? Lo pikir kita bakal berantem ngerebutin elo? Sorry aja nih, gue jadiin lu pacar karna gue kira lu polos, ternyata gue salah."

"Ternyata cewek yang gue kira polos kek babi! Anj*ng lah!" umpatnya mampu membuat mata Raya berkaca-kaca.

"Mati kau!" umpat nya lagi dan beranjak.

"Sial!" setelah ikut mengumpat, pria ber wajah Chinese tampak mengikuti pria tadi.

"Ck, itu menyebalkan!"

"Aku membenci perempuan sekarang!"

"Oh tidak, aku ingin membunuhnya!"

Seketika, semua orang melongo. Perkataan ke lima pria itu penuh umpatan.

"Iku kaya lelungan jagad, apik tenan!" celetuk pria ber kulit sawo matang berdecak kagum.

Sambil berdecak kagum, pria ber kulit sawo matang itu menyusul lima temannya tanpa menghiraukan Raya. Baginya semua sahabat itu lebih penting daripada pacar.

Tap..

"Mau sampe kapan lu di sini bro? Orang kek dia tinggalin aja," ujar pria ber kulit kuning langsat, ia menepuk punggung Shakeel yang terdiam.

"Ah iya, yuk nyusul Ken sama yang lain."

Baru Shakeel dan temannya itu hendak beranjak, sebuah tonjokan keras kembali terasa. Dia terjatuh dan meringis saat merasakan sakit di pipi kirinya, menatap pelaku yang hanya membersihkan tangan yang berbekas darah Shakeel.

"Enak banget yah, setelah putus lo malah b aja. ADEK GUE TADI HAMPIR BUNUH DIRI NJIR!" bentak Misha mengungkit kembali permasalahan yang terjadi antara mereka.

"Hei, hei... Jangan bersikap kasar seperti ini! Teman gue gak salah apa-apa, adik lu nya aja yang men--"

Duaagh...

Belum selesai pembelaan yang dilakukan oleh teman Shakeel, ia juga ikut di tonjok Misha. Helaan napas berat terdengar, Misha sangat kesal mendengar pernyataan pria yang baru ia tolong itu.

"Dengar ini baik-baik, Gue sudah membantu lu tau tentang kenyataan ini, kok lu malah seenaknya nyalahin adek gue?" tanya Misha sinis.

"Kok... Kok gue dipukul..."

Pria itu linglung setelah di pukul oleh Misha, dirinya tidak tahu apa motif dibalik penamparan yang Misha layangkan pada dirinya. Lebih tepatnya tidak memahami permasalahan Misha dan Shakeel, sahabatnya.

"Makanya jangan ikut campur! Gue punya masalah sama Shakeel!"

Pria itu kincep, tidak berani berkutik di depan Misha yang sekarang sangat marah. "Shakeel, gue belom bisa menerima lo yang idah menghina Eva!" tegur Misha membuat Shakeel frustasi sendiri dibuatnya.

"Terus gue harus apa supaya lu maafin?" tanya Shakeel akhirnya.

Smirk Misha muncul, "Jangan pernah sekali-kali, gue liat lo deketin Eva mulai detik ini!"

Degh!

Shakeel merasa dirinya harus menolak perkataan Misha barusan, namun, lain di hati, lain pula di mulut. "Baiklah."

Misha tertawa puas, akhirnya dirinya bisa menjauhkan lelaki bangs*t seperti Shakeel, dari Eva, adiknya yang polos. "Gue pegang janji lo!" tegas Misha, seolah tidak puas, ia kembali ingin menonjok wajah tampan Shakeel.

Tap...

"Sayang, cukup!"

Teguran itu terdengar bersamaan dengan tangan Misha yang dihentikan. Tanpa menoleh pun, Misha tau kalau itu adalah Ryan, sang pacar.

"Apaan sih? Lepas! Orang cuma satu kali ini aja kok," kesal Misha, ia mencoba melepaskan pegangan tangan Ryan, namun. Misha tersadar, jika dirinya menyentak tangan Ryan, kemungkinan tangan itu akan terkilir!

Merasa Misha berhenti berontak, Ryan tersenyum manis. Ia kira sang pacar patuh padanya, sehingga, tangan Ryan yang lain bergerak untuk menepuk-nepuk puncak kepala Misha pelan.

Mata Misha membesar, perlahan tapi pasti, pipi gadis hebat itu memerah. Misha menatap Ryan kesal dan memukul dada Ryan pelan, "Stop ih!" cicit Misha malu.

"Hahahaha! Ayo ke kantin," ajak Ryan hangat.

Misha di bawa Ryan pergi dari lapangan, meninggalkan semua orang yang cengo melihat ke uwwu an antara Misha dan Ryan.

"Sayang, please... Jangan putusin aku..." rengek Raya, kesadaran Shakeel pun pulih saat gadis tidak tahu malu itu menarik ujung almameternya.

Tanpa bersalahnya, Raya memaksakan wajah ketakutannya supaya terlihat imut, tipe gadis yang disukai Shakeel. "Berhenti Anj! Jatuh nya jijik gue liatnya!"

Setelah berkata dengan sinis seperti itu, Shakeel menyentak tangan Raya dan pergi bersama sahabatnya.

"Shakeel! Jangan tinggalin akuu!"

"Brian! Kamu ngelupain aku?!" pekik Raya tidak berputus asa. Merasa namanya dipanggil, pria yang bersama Shakeel menoleh. Senyum bahagia Raya tercetak, ia kira lelaki itu tidak akan memutuskan dirinya.

"Jangan menyebut nama suci gue dengan mulut binatang lo itu!" seru pria itu tanpa segan.

***

Tujuh pria pria dengan wajah masam terlihat duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolah Shakeel. Helaan napas mereka keluar bersamaan, saling melirik satu sama lain tanpa berbicara sedikitpun.

"Jadi... Ken, lu sejak kapan pacaran sama Ra-- Babi itu?" tanya Shakeel pada Kennan Bridick, sahabatnya yang keturunan Chinese.

"Tahun lalu, tanggal 14 Februari."

Mata mereka sontak melotot, mereka saling bertatapan dan berkata didalam hati dengan keras. 'Tunggu! Jangan bilang?!'

"Kapan lu jadian Tyro?" tanya Shakeel pada pria ber wajah Thailand, bernama Tyrostie Ngapha. "17 Februari anj!"

Tanpa di minta, pria ber wajah orang Rusia itu berkata. "19 Februari!" pria ber wajah Korea ikut menyahut, "16 Februari! Aishh!"

"Gue 15 Februari! Asyu!" umpat Brian menepuk keningnya pusing.

"Ya tuhan, gue 18 Februari! Gusti..." tidak tahan mengetahui fakta ini, pria bernama Joko Ramune menangis sedih.

"Gue tanggal 20 Februari," gumam Shakeel termenung.

Ternyata mereka bertujuh jadian dengan Raya beda satu hari! Bagaimana bisa gadis yang biasa-biasa saja itu mempermainkan tujuh pria tampan?! Gadis itu membuang kesempatan emas dicintai secara tulus oleh mereka.

Puas menangis haru karena di permainkan seorang gadis, mereka segera memesan makanan dan minuman untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Mengingat perkataan Misha di lapangan tadi, Brian mengeluarkan celetukan.

"Maksud perkataan cewe tadi apa Shak?"

Uhuk!

Uhuk!

Shakeel tersedak saat mendengar celetukan Brian, ia melirik pria itu tidak suka. Sifat ingin tahu nya itu membuat Shakeel dalam bahaya!

Sring!

Kan, baru di bilang saja lima temannya menatap Shakeel penasaran. Sekarang ia harus bersusah payah menjelaskan semuanya pada mereka kan, menyebalkan!

Padahal dia ingin melupakan kejadian ini dan memulai hari-hari baru nya. "Jadi gue nyuruh adek cewe yang tadi nelfon kalian buat loncat dari Rooftop, itu ka--"

"Whaaat?!" pekik mereka shock bukan main.

***

Maaf yah updatenya sore banget,, Fifi ga mood tadi pagi

Makasih buat reader yang ngasih Power stone nya yaa, makasih karena udah bertahan di sini uwwu..

luv yuu