HAPPY READING GUYSS,,
***
Misha dan Eva terlihat enggan memasuki Mansion orangtuanya, banyak mobil mewah yang terparkir di halaman luar Mansion. Pikiran pikiran buruk melayang bebas di kepala mereka, keduanya sangat yakin apa yang akan terjadi saat Misha dan Eva memasuki Mansion.
"Kak.." panggil Eva ragu. Misha yang menggigiti kukunya sontak menoleh, ia hanya mengangkat alisnya karena sedang tidak ingin bicara.
"Gue takut," ujar Eva jujur.
Memang ini pertama kalinya mereka bertemu dengan keluarga besar, seperti apa jadinya? Mereka takut. Dengan ragu Misha menggandeng tangan Eva dan melangkah masuk.
Suara bising khas anak kecil terdengar di telinga Misha dan Eva, mereka saling lirik, untuk memutuskan akan masuk keruang keluarga, atau ke kamar saja.
"Kondisi gue engga baik kak," terang Eva meringis. Misha tersadar, ia baru ingat seminggu lalu adiknya masuk rumah sakit karna kejadian tak di inginkan yang terjadi saat Eva menjalankan Misi.
Misha menghela nafas, "Kalo gitu naik sana, biar gue ngurus mereka."
Setelah Eva naik ke lantai dua, baru lah Misha berjalan menuju ruang keluarga. Kakinya di tabrak oleh anak berusia 5 tahun yang hanya se pinggangnya.
"Kakak siapa?" tanya anak laki-laki itu penasaran. Para orangtua yang sedang berbincang sontak menoleh, mereka semua menatap Misha dengan senyum mengembang.
"Misha?!" seru mereka sambil berdiri, Misha tersenyum kaku dan berjalan mendekati mereka.
Hug..
Dirinya dipeluk oleh wanita paruh baya yang sepertinya lebih muda beberapa tahun dari sang ibu, Misha masih linglung, ia hanya menerjab bingung.
"Dia adik Dad, Misha." terang Mom memberitahu. mendengar itu, Misha mengangguk faham dan membalas pelukan dari bibi nya.
Sepertinya, kali ini hanya keluarga Ayahnya yang datang, wajar saja. Keluarga ibunya ada di Yunani, tempat mereka terlalu jauh untuk datang ke sini.
"Engga ada masalah kan, selama tinggal di Korea?" tanya wanita itu khawatir, Misha hanya tersenyum karena tidak tahu harus merespon apa, jika tidak ada sih itu kebohongan. Sangat jelas kalau ada beberapa masalah selama mereka berdua tinggal di Korea.
Terutama soal pembullyan, di sana lebih parah daripada di Indonesia sendiri. Kebanyakan dari mereka menganggap Misha dan Eva pembantu karena berasal dari Asia tenggara, Misha memang dibully habis-habisan. Tapi ia berhasil melindungi adiknya, paling tidak, Misha masih bisa melihat senyum sang adik setiap pagi.
"E-enggak kok, aku fikir gaada" jawab Misha berbohong, menurutnya jujur pun tidak menghasilkan apapun, toh mereka yang membully mereka sudah tidak ada lagi di dunia.
"Bagus lah, tapi dimana Eva? Auntie tidak melihat pangkal hidungnya sedikit pun" adik ayahnya itu celingukan mencari keberadaan Eva. "Eva duluan ke kamar Auntie, sakit dia" jelas Misha tersenyum tipis.
Mom bangkit dan izin ke kamar Eva untuk memastikan kesehatan anaknya, Misha melirik ibunya yang melangkah pergi. Merasa seseorang berdehehm, Misha kembali menatap orang yang berdiri di depannya.
"Nak, bisa urusin sepupu mu dulu? Kami mau bicarain masalah penting" ujar Auntie, meminta Misha membawa pergi para bocah yang berumur 3-9 tahun.
Sebelum menjawab, Misha tampak menghitung sepupu nya. Wah gila aja sih, sepupunya itu ada tujuh! empat lumayan besar, satu berumur 5 tahun dan dua baru berusia tiga tahun.
Bagaimana ia mengurusi Tujuh bocah sendirian, yang ada dia lah yang akan kelimpungan sendiri. Apalagi, dilihat dari tiga wajah bocah itu, mereka sangat nakal! Jangan remehkan kekuatan Misha dalam menilai seseorang, pasti 100% benar.
"T-tapi Auntie, aku engga bisa ngurusin mereka semua.." jawab Misha jujur, mereka menoleh ke anak-anak dan menasehati, "Kalian yang patuh sama Kakak Misha yah?"
Tentu saja mereka bertujuh mengangguk patuh, Misha menggenggam kencang tangannya yang saling bertaut, wajahnya tersenyum ketika di tatap tiga adik ayahnya.
Firasatku mengatakan, aku akan sakit setelah ini__ gumam Misha dalam benaknya.
***
Sesuai keinginan para orangtua, Misha membawa ke tujuh bocah itu ke Mall yang terkenal di Jakarta. Benar saja perkiraan Misha, begitu pintu mobil dibuka, mereka semua berlarian kesana-kemari.
Kepala Misha langsung pusing melihat itu, ia terhuyung ke belakang, untung di belakangnya ada mobil. Jika tidak, maka Misha akan tersungkur ke jalan.
"Guys! Berbaris cepat!" titah Misha mutlak, mereka yang tadinya berlarian, kini berbaris di depan Misha.
"Savega!" seru Misha menatap biodata yang berisi tentang sepupu di tangannya. Savega Mandres, adalah gadis tertua di antara sepupunya yang lain.
"Akuuu!" pekik gadis berusia 9 tahun kencang. Suaranya sangat nyaring itu membuat beberapa pasang mata menatap mereka risih.
"Sand, Rand?" tanya Misha, dua anak kembar pengantin terlihat mengangkat tangannya, Geanesand Mandres dan Geenerand Mandres. Sepupu nya yang berumur 8 tahun.
"Axeto?" panggil Misha, seorang bocah tampan terlihat mengangkat tangannya. Axeto Mandres, bocah tampan pendiam itu berusia 5 tahun.
"Axzura? Cassandra?" panggil Misha, dua batita terlihat berteriak kencang. mereka adalah Axzura Mandres dan Cassandra Mandres, cucu termuda keluarga Mandres.
Misha mengangguk paham, semua sepupu-nya sudah lengkap. Misha semakin pusing, karena baru ia mengizinkan mereka masuk, semua sepupu-nya lari kemana-mana.
"Hah, ini akan menjadi hari yang menyebalkan" gumam Misha sambil menelfon Richard.
"Richard, datang ke Mall Beatra dan bawa beberapa anak buah sekarang, aku butuh bantuan mengurus sepupu kecil ku" ujar Misha.
"..."
"Ya, ku tunggu secepatnya" ucap Misha mengangguk, setelah mematikan telfon Misha berlari kesana kemari untuk menangkap sepupu nakalnya.
***
Richard dan lima anak buahnya tampak memasuki area Mall, ia celingukan mencari sang pemimpin. Begitu melihat Misha di lantai tiga sedang berlari-lari, mereka segera naik.
"Miss! Kami sudah sampai," lapor Richard formal. Misha berhenti lari dan menatap anak buah terpercaya nya itu lelah, ia terduduk karena tak kuasa lagi. "Tolong temani Sepupu ku bermain, aku tidak kuat" ujar Misha mendesah lelah.
Richard mengangguk pelan, setelah itu ia menyuruh anak buahnya untuk menemani sepupu pemimpinnya yang super aktif. "Mari saya bantu duduk di kursi Miss," ujar Richard membantu Misha berdiri.
Setelah mendudukkan Misha dikursi, ia pamit sebentar dan kembali dengan satu minuman dingin. "Silahkan di minum Miss," Misha tersenyum tanda terimakasih, menerima minuman itu dan segera meneguk-nya.
"Mengurus anak kecil itu menyusahkan," keluh Misha setelah meneguk habis minuman yang diberikan oleh Richard.
Richard hanya tersenyum maklum, ini pertama kalinya Richard melihat pemimpinnya mengurus anak kecil, tentu ini hal yang sulit bagi Misha.
"Setelah ini, aku berjanji tidak akan pulang jika keluarga tengah berkumpul," sumpah Misha menggeleng keras. Richard menyahut, "Tapi Miss, hal seperti ini bisa dijadikan pelajaran, sebelum anda memiliki anak"
Misha menatap tajam Richard, apa maksud dari perkataan pria itu tadi?! "Maksudnya?" tanya Misha tak senang.
Richard gelagapan saat menyadari kesalahannya, ia segera menggeleng dan berkata, "Tidak Miss Anda--"
***
Holla, selamat, kalian telah membaca bab ke 32/33 ini hehehe..
Mong ngomong, keknya kita belom pernah perkenalan deh,, kalian adem ayem aje bacanya
Ayoo, kenalin diri kalian~
Muncullah wahai Readersss!!!
Sebutin dari mana asal kalian karena Fifi penasaraann huaaaaa
oke gaze, skip. Tapi kalau bisa, ayo kita kenalan dulu