"I.. don't know" gumam Misha pelan.
"No problem, I'll wait patiently" Ryan berbisik sambil mempererat pelukannya.
"Thanks, I'll try" balas Misha memejamkan matanya.
Mendengar suara dengkuran dari Misha, Ryan tersenyum gemas. Dia mencubit hidung mancung Misha dan terkekeh.
"Have a nice dream, my love" gumam Ryan dan menatap aurora indah di langit.
***
Tak..
"Pesanan lu kak," Eva berkata setelah meletakkan mangkuk bakso milik kakaknya.
"Kenapa?" tanya Eva heran saat melihat kakaknya menatap dia tanpa berkedip.
"Minum gue mana?" tanya Misha menerjab.
"Ooh? Kelupaan kek nya,"
Bukannya panik Eva malah bicara dengan santainya, dia duduk di kursinya tanpa mengambilkan pesanan Misha.
"Lu.. Meninggalkan pesanan gue di stand minuman?" tanya Misha tak percaya.
"Hm? Gue juga laper kali kak, ambil sendiri sana.. Coba mandiri gitu" ujar Eva tak peduli.
"Uggh"
Misha menggeram kesal dan beranjak menuju stand minuman, saat ingin kembali dengan jus alpukat nya Misha dihentikan Ryan.
"Yuhhu, Deera.. Mau kemana?" tanya Ryan nyengir.
Misha benar benar mengabaikan Ryan dan melangkah menuju meja nya, akan sangat lama jika berurusan dengan Ryan.
"Deera pacarku, masa kamu mengabaikan pacar gantengmu ini?" rengek Ryan.
FTHHHHHH..!
Eva yang tengah minum sontak menyemburkan minumannya kedepan, dia sangat kaget mendengar ucapan Ryan barusan.
Di sisi lain Aixa menatap Eva datar, dia dari tadi diam. Lalu untuk alasan apa dirinya disembur dengan jus tomat? Tolonglah, jika mau nyembur ngotak dulu. Dia alergi tomat!
"Demi apa?!" pekik Eva menggebrak meja.
"Demi lu yang tanggung jawab ke gue," sahut Aixa datar.
Mendengar ucapan Aixa, semua orang menoleh kearahnya. Semua mata langsung melotot kaget saat melihat wajah Aixa.
"Alergi tomat, lu nyembur gue pake jus tomat. Tanggung jawab, badan gue panas sama gatal semua!" ketus Aixa menjelaskan.
Wajah Aixa merah semua, bahkan terlihat membengkak. Eva meringis dan hendak menyapu bekas tomat diwajah Aixa dengan tisu basah.
Plakk.
"Jangan bege! kalo di usap malah makin sakit!" Aixa menampik tangan Eva yang ingin menyentuh wajahnya.
"Ughh, nyebelin" lanjut Aixa dan pergi.
"Gue ngobatin Aixa dulu Mish, duluan yak" Anes segera beranjak, setelah berkata seperti itu.
"Kak, lu kok gak bilang Aixa alergi tomat?"
kesal Eva.
"Lu gak nanya kan? Jadi jangan nyalahin gue" jawab Misha santai.
Hap..
"Gak bisa diem jadi orang," ketus Misha, setelah menyumpalkan satu bakso ke mulut Ryan.
Ryan yang tadinya mengoceh kini diam sambil mengunyah bakso dari Misha, pipi nya menggembung karena bakso itu lumayan besar.
"Kenapa gak inisiatif ngasih tau sih?! Kan lu tau gue doyan Tomat" Eva masih saja tak bisa menerima hal ini, dia telah membuat alergi anak orang kambuh.
"Dalam sekali lihat saja sudah ketahuan kali, Eva" Misha memutar bola matanya malas sambio menyuapkan bakso pada Ryan.
"Apa?! Aku dan duo E tidak mengetahuinya! Ya kan.."
Duo E menggeleng tak setuju, mereka berusaha menghabiskan bakso yang ada di mulut dan menelannya.
"Kami udah tau dari dulu kok, muka Aixa selalu masam setiap lo minum jus tomat di depan nya" Lue mengangguk guna menyetujui ucapan Sera.
"Oh tidak, jadi selama ini cuma gue yang gak tau?" tanya Eva tak percaya.
Duo E dan Misha mengangguk tanda membenarkan ucapan Eva, melihat respon dua sahabat dan kakaknya Eva menghela nafas.
"Kalo gitu gue pamit, pen minta maaf ke Aixa" ucap Eva berdiri.
"Btw, mau sampe kapan lu nyuapin dia kak?"
tanya Eva pada Misha yang masih saja menyuapi Ryan.
"Eeh?! Ngapain gue nyuapin elu?!" tanya Misha berteriak.
"Gak tahu tuh, kamu nyuapin jadi aku makan aja" Ryan menggidikkan bahunya membuang muka.
"Haah, karna lo gue jadi gak sadar apa yang gue lakuin. Mana bakso gue abis lagi" gerutu Misha menutup wajahnya.
Takk..
Mencium aroma bakso yang panas membuat Misha mau tak mau menjauhkan telapak tangannya.
Oh? Ada bakso? Datang dari mana? Pertanyaan itu terus berputar dikepalanya, Misha lebih memilih berfikir keras daripada menolehkan kepalanya.
"Itu bakso buat kamu, gantian yang tadi" ucap Ryan memberikan senyum maut pada Misha.
Doeng..
"Dahlah, gak nafsu" Bukannya berterimakasih Misha malah mendorong wajah Ryan yang terlalu dekat dengannya.
"Deera ku sayang.. Kamu kemana?" tanya Ryan manja dan menyusul Misha yang pergi.
"Ryaniaa!" pekik Caroline dan menahan tangan Ryan.
"Apaan sih?" ketus Ryan dan mendorong Caroline.
"Jauhi gue" lanjut Ryan dan pergi menyusul Misha.
Melihat bakso menganggur Lue dan Sera saling berpandangan, kening mereka terlihat turun naik dan tersenyum jahat.
Dengan sekejap semangkuk bakso yang dibeli Ryan sudah disambar keduanya, Caroline menatap keduanya sinis tapi dibalas acungan jari tengah oleh Duo E.
***
"Deera, I love you" ucap Ryan tersenyum.
"Hmm"
Misha tampak tak peduli dengan apa yang diucapkan Ryan, dia menyibukkan diri dengan ponsel pintarnya.
"Deera, mau permen?" Ryan menawarkan permen yang ada ditangannya.
Tanpa menjawab, Misha mengangkat tangannya. Ryan tampak bahagia dan meletakkan banyak permen ditelapak tangan Misha.
"Banyak amat, makan nya kek gimana?" heran Misha.
"Simpan aja dulu, buat cadangan" ucap Ryan nyengir.
"Hmm"
Misha memutar bola matanya dan lanjut memainkan ponsel nya, Ryan tak bisa diam. Dia duduk dengan gusar sebelum beranjak pergi dari rooftop, meninggalkan Misha sendirian.
"Kemana tu anak? Lah, ngapain gue kepo"
gumam Misha dan menghela nafas.
Sejenak Misha termenung, ia masih mengingat jelas kejadian beberapa minggu lalu. Sejak acara salah pesawat waktu Natal, Ryan terus saja mencoba akrab dengan dirinya. Dia heran kenapa ada orang yang tidak kapok pada dirinya.
Padahal dia sengaja bersikap berlebihan pada orang asing yang tak ia sukai, tapi yang satu ini seolah mampunyai batas kesabaran yang tak terhingga.
"Nih" Ryan yang tiba-tiba datang dan bersuara membuat Misha tersadar.
"Po*ky? Lo kebawah cuma pengen beli beginian?" tanya Misha menatap Ryan aneh.
"Kamu gak suka rasa Stroberi yah? Aduh, trus kamu suka yang rasa apa? Aku beliin dulu"
Ryan berucap dengan panik dan hendak berdiri.
Tap..
Degh..
Ryan merasakan sebuah tangan besar milik Misha memegang tangan kirinya, Ryan menoleh guna memastikan hal itu dan melotot.
"Gausah kali, gue suka Stroberi kok" jjar Misha tersenyum.
"Jadi lo sekarang cinta sama gue?" tanya Ryan penuh harap.
"Dih, gue bilang suka stroberi. Bukan suka sama lu" Misha berdecih kesal dan merebut po*ky yang ada ditangan Ryan.
Mata Ryan berbinar senang dan segera duduk disamping Misha, ketika barusan Misha menepuk tempat disebelahnya.
Kek anak anjing njirr, imut bat__gumam Misha dibatin.
"Bantuin makan, gue kenyang" ucap Misha sambil menyodorkan po*ky.
"Deera, dirumah ada siapa aja?" tanya Ryan mencari topik.
"Ortu, kakak, Eva sama para maid dan bodyguard?"bucap Misha tak yakin.
"Uaah, banyak yah" ucap Ryan senang.
"Kalo lo?" tanya Misha balik.
"Ortu, aku sama Adek" ucap Ryan antusias.
"Adek? Cewe apa cowo?" tanya Misha.
"Cowok, baru 7 tahun" Ryan mengatakan hal itu sambil mecomot po*ky.
"Cowo?! Ada fotonya gak?!" tanya Misha antusias.
Melihat Misha antusias sontak Ryan ikut bahagia, dia segera merogoh kantong celananya sambil tersenyum.
Namun senyuman itu lenyap ketika tak mendapati apa apa dikantong nga, Ryan berdiri dan mengecek kantong celananya sekali lagi.
"Gaada" guman Ryan dan termenung.
"Gaada yah?" tanya Misha sedikit kecewa.
"Kek nya hape aku ketinggalan dirumah, gimana kalau nanti pulang sekolah kita main kerumah?" usul Ryan membuat Misha kaget.
"Haa?!" Misha hanya bisa melongo tak percaya mendengar ucapan Ryan.
***
Perlu kalian ketahui, di cerita ini fifi masukin sedikit genre fantasy. Qendy adalah Raja iblis dineraka, dia sahabat Misha. Misha bisa ke neraka namun tak bisa lama, Misha juga menderita D.I.D atau dikenal dengan penyakit kepribadian ganda, kepribadiannya ada 2.Devi dan Lezzy, jadi bukan kesalahan nama yah :V
Reader setia Misha dari lapak sebelah pasti tau ;)