webnovel

True Love : Senior! I Love U

Matanya dan mata hangat itu beradu sama-sama terkejut menyadari keberadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri pernikahan sahabatnya sekaligus pernikahan laki-laki yang sangat dia cintai. Arsen. Dia bisa merasakan ada kabut yang menggelayut di matanya, ada gumpalan air yang memaksa keluar dari sana dan dia butuh menghindar dari tempat itu untuk menumpahkannya. Namun, entah kenapa kakinya tiba-tiba sulit untuk di gerakkan, kepalanya tiba-tiba pusing dan dia hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Menyaksikan pemandangan yang sangat menyiksa hatinya, berdiri menyaksikan kenyataan yang tidak pernah di pikirkan sebelumnya. Dia harus mendengarkan janji-janji suci pernikahan yang di ucapkan dia harus melihat laki-laki itu menyematkan cincin pernikahan di jari manis sahabatnya. Dan dia harus melihat laki-laki itu memberikan ciuman pertamanya pada sahabatnya. Dia tidak tahan dengan semua itu. Tidak tahan dengan semua rasa sakit yang mulai menyerang hatinya, tidak tahan untuk segera menumpahkan air matanya. Namun itu pun tidak bisa di lakukannya, air matanya tidak bisa menetes seolah membeku seperti kebekuan hatinya yang sudah tidak bisa merasakan apa-apa.

Ahra_August · Urban
Zu wenig Bewertungen
406 Chs

DUA PULUH TIGA

Elise beranjak dari posisi berdirinya, melangkah ke kama dan segera mengganti bajunya dengan stelan sport warna biru. Keluar dari kamar, menuruni tangga, sekilas dia melirik ke kamar kakaknya masih gelap, kebiasaan kakaknya yang tidur sampai jam sembilan pagi. Pria malas dan wajah cantik.

Elise membuka pintu rumahnya dan segera angin pagi berhembus masuk ke dalam rumah, senyum mengembang begitu saja, Elise pun berjalan ke arah tamannya, dan berlari mengelilingi taman buatan itu sebanyak dua kali, selebihnya dia memilih berjalan supaya lebih menikmati udar segar di taman bunganya miliknya sendiri. Elise paling suka bunga tulip selain memberi makna yang bermacam-macam menurut warnanya. Dia sendiri lebih menyukai tulip biru, yang berarti kedamaian dan ketenangan.

Elise duduk di tengah-tengah taman memegang kuncup bunga tulip dan bergumam "Terima kasih telah memberi warna di tamanku, meskipun kau sederhana tapi itu sangat berarti.."

Elise pun kembali melanjutkan langkahnya kali ini menuju gerbang pagar rumahnya yang tinggi lebih dari lima meter dijaga ketat oleh tiga orang pak satpam.

"Ke mana, Non.."

"Joging pak...! Tolong buka pintunya pak.." pinta Elise pada salah satu satpam.

"Baik non.."

Suara roda besi bergesekan di aspal terdengar nyaring saat pagi-pagi buta. Elise berlari keluar ketika pintu pagar terbuka. Dan pintu pagar di biarkan terbuka begitu saja, menunggu sampai Elise kembali.

Gadis itu berlari perlahan, meskipun kawasan itu sangat sepi, karena di kelilingi oleh pohon yang rimbun dan tinggi-tinggi. Tapi tempat itu sangat aman, karena milik pribadi, dan selalu di jaga selama dua puluh empat jam di gerbang utama.

Elise berlari-lari kecil, setelah melakukan transplantasi jantung, dia selalu rutin berolah raga meskipun hanya sebentar, demi menjaga jantung baru pemberian kakaknya.

Elise berhenti di tepi jalan dekat serumpun bunga yang berembun, gadis itu segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana olahraga dan memotretnya sampai puas.

Tiba-tiba seseorang menyapanya dari arah belakang.

"Selamat pagi.." sapa seseorang dari belakang.

"Ya, selamat pagi.." jawabnya tanpa menoleh ke arah datangnya suara.

"Kau suka bunga?" suara orang itu Terdengar lagi.

Elise hanya mengangguk.

"Rasanya kita pernah bertemu? Atau aku salah mengenali orang?" kata suara itu lagi.

Elise baru sadar kalau suara itu terdengar tidak asing di telinga nya. Elise kembali ke pertemuan tidak sengaja dengan pria yang mirip Arsen sebelumnya di toko pakaian. Seketika Elise cepat menoleh ke belakang dan dia terpaku ketika matanya bertemu pandang dengan mata tajam nan indah milik laki-laki tinggi yang sudah berdiri tegak di hadapannya dengan senyum ramah yang tersungging di bibir laki-laki itu.

"Kau..? K-kau.." Elise mengerut kening sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. menatap sekeliling dan merasa heran bagaimana bisa pria itu berada di komplek villa milik pribadi.

"Arion!" lanjut laki-laki itu memperkenalkan diri.

Elise mengerut kening, kenapa semua yang ada pada laki-laki yang berdiri di hadapan nya sangat mirip dengan Arsen, bahkan nama mereka hampir mirip. Arsen-Arion. Apakah mereka orang yang sama?

Elise hendak berkata tapi laki-laki itu kembali berkata.

"Kau tinggal di sekitar sini?"

Elise mengangguk dan menjawab "Mm.. di sana! Villa itu, aku tinggal di sana!". Elise menunjuk ke arah villa miliknya yang kebetulan pintu pagarnya masih berdiri dan seorang satpam berdiri di luar menatap mereka berdua. "Kau.."

"Aku!" laki-laki itu menggeleng " Datang menjenguk kakekku! Kebetulan dia tinggal di sekitar sini, di sana! Jalan itu! Jika kau tidak keberatan dan sibuk mampirlah ke villa."

Elise menoleh ke arah yang di tunjuk Arion, simpan itu tidak jauh dari rumahnya, boleh di katakan jika tidak ada pohon-pohon tinggi itu mungkin mereka bisa melihat rumah atau saling memandang satu sama lain dari beranda kamar masing-masing.

"Oh.."

"Lalu, kau sering lari pagi di sini?"

Elise mengangguk lagi "Setiap pagi.."

"Setiap pagi?" Arion tampak menautkan kedua alisnya.

Elsie kembali mengangguk lagi. "Aku melakukannya setiap pagi, selain untuk kesehatan itu juga bagus menghirup udara pagi yang segar. Kau sendiri?"

"Aku! Ini pertama kalinya aku datang ke tempat ini, biasanya kakekku tinggal di luar negeri tapi, kali ini entah kenapa dia ingin tinggal di villa sendirian.."

Elise mengangkat alisnya terkejut "Itu bahaya jika membiarkan kakekmu tinggal sendirian?"

Laki-laki itu tersenyum tipis "Jangan khawatir meskipun dia sudah tua lomba lari denganmu sekarang mungkin dia akan menjadi juaranya! Lagi pula masih ada pengurus villa yang selalu menjaganya dua puluh empat jam di sana. Mungkin sekarang aku akan lebih sering mengunjungi kakekku.."

Elise menghela napas, dan mengangguk mengerti. Sesaat kemudian matanya mengerjap bingung. Dia merasa ada yang aneh. Tapi,apa?

"Lalu, kalau begitu, aku akan kembali dulu, kakak ku mungkin sudah bangun dia sedikit rewel seperti anak kecil" kata Elise memberi alasan.

Laki-laki yang mengaku namanya Arion hanya mengangguk dan menatap kepergian Elise, gadis itu menghilang di balik pagar rumah yang kembali tertutup rapat.

Arion atau lebih tepatnya Arsen menatap pagar tinggi yang menjadi pembatas rumah Elise.

"Jika aku tahu kalau kau tinggal di sini, aku akan memilih penerbangan dengan rute ke kota X. Tapi aku malah memilih penerbangan ke kota lain berharap bisa melihatmu di bandara mana pun yang pernah kau kunjungi. Aku sudah mencari terlalu lama dan jauh, ternyata kau sangat dekat dengan ku!".

Arsen hendak pergi ketika dia mendengar suara mobil mendekatinya, dan berhenti tepat di hadapannya. Pintu mobil terbuka dan sepatu sport yang di kenali Arsen terlihat, Elise.

Elise keluar dari mobil berjalan ke arah Arsen dan bertanya.

"Apakah kau memiliki kembaran?"

Arsen membelalakkan matanya, dia terkejut dengan pertanyaan Elise yang begitu tiba-tiba.

"Kau sangat mirip dengannya, sampai-sampai aku hampir salah mengenal orang?" kata Elise lagi tidak percaya dengan matanya sendiri.

Arsen yang mengaku namanya Arion pun tersenyum, senyumnya semakin manis dan itu membuat Elise ingin melihatnya terus. Kau sangat mirip dengannya, gumam Elise dalam hati, lalu cepat-cepat menggeleng. Ah, kenapa denganku sekarang! Apakah aku sudah tidak bisa membedakan orang lagi.

"Kalau aku boleh tahu, memangnya wajahku mirip sekali ya dengan wajah orang yang kau kenal itu?"

"Orang yang ku kenal?" tanya Elise sambil mengerutkan keningnya.

Arsen mengangguk "Ya, orang yang kau kenal itu, kau bilang wajahnya sangat mirip denganku?"

Elise mendadak merasa sesak ketika bercerita tentang Arsen lagi. Kenapa laki-laki di hadapannya memiliki wajah yang begitu mirip? Elise tidak segera menjawab.

"Kenapa kau ingin tahu?" tanya Elise datar.

"Aku hanya penasaran, juga tidak begitu percaya kalau di dunia ini ada dua orang yang berwajah begitu mirip. Tapi kalau kau keberatan untuk memberitahuku juga tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksa.."