webnovel

Tidak Kembali

Labib adalah seorang yang pesimis namun ia memiliki orang orang yang selalu mendukung dan mengkritiknya sehingga ia menjadi kuat perlahan. Tapi bagaimana jika ia kehilangan semuanya? Ayo kita baca "Tidak Kembali" untuk cerita penuhnya

Ghazama · realistisch
Zu wenig Bewertungen
31 Chs

Tidak, Aku telah Membunuhnya

Kurasa semua akan baik baik saja. Kami keluarga bahagia. Anak anak juga senang. Apalagi aku akan menjadi seorang ayah sekali lagi. Saat itu aku dan Wati sedang menuju rumah sakit untuk periksa kandungan. Namun, kami dihadang oleh beberapa penjahat. Tidak banyak sih, saat itu aku juga sedikit merasa takut. Mereka mencoba merampas dompet istriku itu. Bodohnya saat itu bukan aku yang membawa tas itu sehingga direbutnya membuatnya terjatuh.

Dengan gegabah aku mencoba mengejar dan melawan mereka setelah melihatnya jatuh seperti itu. Tidak peduli tangan kosong dengan senjata tajam. Untungnya aku berbakat dalam seni bela diri.

Setelah terkejar, aku memukulnya hingga terjatuh. Mereka berdua aku sendiri tapi aku merasa bisa menang.

Pukulanku membuatnya marah, aku hampir menghindari semua serangan balasan darinya itu. Namun, dada ku tergores cukup membuatku berdarah. Aku kesal dan kuambil senjatanya.

Kuarahkan pada tangannya yang memegang tas istriku itu. Membuatnya luka cukup dalam. Mereka lari dan meninggalkan tas itu. Lihat betapa pengecutnya mereka para penjahat itu.

Setelah itu aku ingat khawatir dan langsung kembali. Aku panik melihatnya. Kebetulan, kami sudah dekat dari rumah sakit. Aku meminta bantuan orang sekitar untuk membawanya.

Dokter memintaku agar menunggu. Aku bolak balik kebingungan didepan ruangan periksa. Saat aku baru saja duduk. Dokter keluar, "Apakah pasien istri bapak?" kujawab ya.

"Maaf, anak yang sedang dikandung tidak dapat kami selamatkan" lanjut dokter.

Apa yang harus kulakukan wahai pemberi karunia?

Apa yang kau coba uji dalam diriku wahai pemberi cobaan?

Aku tahu kau memberikan masalah padaku karena aku akan sanggup menghadapinya. Tapi apakah orang yang disekitarku sanggup dengan hal itu. Sanggupkanlah istriku wahai pemilik segala kesanggupan. Jelas aku bersedih, itu anakku bahkan aku belum melihatnya.

Bagaimana dengan dia yang sudah mengandung hampir 9 bulan itu. Baiklah jika itu adalah skenario dari yang maha berkuasa diseluruh alam ini. Aku akan mencoba tegar dan tabah apapun yang akan terjadi nantinya. Aku akan mencoba menjadi motivasi bagi orang orang disekitarku.

Tidak, itu salahku akulah yang membunuhnya. Tentu saja, aku tidak bisa melakukan apapun. Bagaimana mungkin aku menjadi motivasi apabila aku sendiri lah yang bersalah atas kejadian tersebut.

Maafkan aku, itu semua salahku.

Setelah selesai dirawat beberapa hari ia diizinkan pulang.