webnovel

Tidak Kembali

Labib adalah seorang yang pesimis namun ia memiliki orang orang yang selalu mendukung dan mengkritiknya sehingga ia menjadi kuat perlahan. Tapi bagaimana jika ia kehilangan semuanya? Ayo kita baca "Tidak Kembali" untuk cerita penuhnya

Ghazama · Realistic
Not enough ratings
31 Chs

Aku Baik Baik Saja

Semenjak itu diriku kembali menjadi driku yang dulu. Sangat tertekan, sangat kacau. Berhari hari tidak bekerja dan tidak keluar kamar. Sehari hari hanya memakan makanan yang disediakan didepan pintu kamar.

"Maaf, dia memang seperti itu sikapnya. Dia seperti dulu lagi" kata Lia dan Wati mengiyakannya.

"Aku tahu kau lah yang paling tertekan. Tapi ini demi kita semua. Bantulah dia menenangkan diri dan menyakinkan kalau itu bukan salahnya. Apa kau sanggup?" tambahnya lagi.

Wati merasa tidak enak pada dirinya sendiri. Lalu dia memutuskan untuk menenangkan dirinya dan meyakinkan suaminya. Dengan hati yang matang, mereka mendobrak pintu itu.

Aku marah mereka merusak pintunya. Namun, aku berhasil mengendalikan amarahku itu.

"Kali ini aku maafkan tentang itu. Aku tidak menyangka kalian sekuat ini. Jadi, apa yang ingin kaliam bicarakan?" kataku sambil menunjuk pintu yang sudah rusak itu.

"Maafkan kami tentang itu" mereka menjawab serentak.

Lalu Wati duduk ditempat tidurku. Ia memanggilku agar duduk disampingnya. Aku menghampirinya dan bertanya apa yang ingin ia katakan.

"Lihat bukankah aku baik baik saja? Mengapa kau tidak? Padahal aku lah yang paling tersakiti, jujur aku senang melihatmu bersedih karena aku. Tapi aku tidak senang melihatmu menyalahkan dirimu sendiri. Aku ingin bangga lagi padamu. Mereka lah yang salah bukan kamu. Camkan itu baik baik dan jadilah ayah yang baik untuk anak anakmu" ternyata itu yang ia katakan.

Aku merasa malu, saat itu aku hanya bisa diam dan sedikit berkata "iya, baiklah"

Aku tahu ia lah yang paling bersedih disini. Dan semua bukan salahku. Dia bahkan baik baik saja. Itu semua salah mereka. Aku ingin membalasnya jika bertemu. Tapi aku ingat, tentang "Dilarang Menyimpan Dendam" itu tema yang pernah aku bawakan dalam acara amal disuatu daerah.

Hampir saja itu menjadi bumerang bagi diriku sendiri.

Aku baik baik saja kali ini. Terima kasih, yang maha pemberi harapan dan pengabul harapan. Telah memberikanku harapan lagi dan kuharap itu semua terkabul. Aku memiliki mereka berempat dan itu cukup.