webnovel

The Three of Us [Indonesia]

Apa jadinya kalau kau terbangun di suatu pagi dan mendapati dirimu berubah dari atas hingga bawah. Aku tekankan: HINGGA BAWAH. Nah, inilah yang terjadi pada Faza. Pagi itu, ia terbangun dan mendapati dirinya sudah memiliki payudara dan... ehem, kelamin baru. Faza memiliki tubuh kakak perempuannya! Sejak itu, ia harus bertahan dari gempuran cinta dan rayuan maut dari lelaki yang selama ini mengincar sang kakak, Farel. Padahal, sumpah mati, Faza super duper benci dengan si playboy Farel. !!!! WARNING KERAS !!!! - banyak konten 21+, mohon bijaksana dan bijaksini, sadar umur kalo blm nyampe 21. - ada BxG (straight), ada juga BxB (gay). - tidak butuh pembaca yg mengangkat SARA atau para pengkotbah suci lainnya. - DLDR (don't like don't read)

Gauche_Diablo · realistisch
Zu wenig Bewertungen
35 Chs

Ketampanan

"Faza... Faza... mandi bareng, yuk."

Sejak tadi, Sarah ngetuk-ngetuk pintu kamar dimana Faza molor cantik. Nggak ada sahutan, gadis berbodi cowok itu masuk hingga jeritan nista seorang gadis terdengar.

"LO KALAU MAU MASUK KETUK PINTU DULU, DONG!!"

Andai aja Faza tahu, Sarah udah ngetuk berpuluh-puluh kali, loh!

***

Usai insiden jeritan Sarah KW tiga hari yang lalu, Faza diharuskan sekolah karena sudah lama ketinggalan pelajaran. Lagipula, tubuh itu sudah cukup kuat untuk pergi dan belajar, meski Faza sendiri kukuh nyuruh si kakak sekolah.

"Inget ya, Kak! Kalau ada yang nanya, Kak Sarah ngangguk ato geleng doang. Bilang aja lagi sariawan, sakit tenggorokan, kek, atau apa. Kalau ada yang nyuruh Kakak buat beresin anak-anak bandel, bilang aja nggak enak badan." Sebelum pergi, Faza berpesan agar Sarah nggak berbuat aneh-aneh.

Ho, gitu-gitu, Faza kadang diminta bantuan anak-anak buat ngadepin siswa-siswi bandel yang entah demen bully atau cari masalah. Namanya aja preman cilik, Faza cukup ditakuti di sekolahnya.

"Maaaa! Sarah berangkat ngebonceng Faza!" teriak Sarah KW dari luar sambil nyalain motor matic Sarah.

Mamanya melambai kecil sambil lap airmata, seolah nggak rela melepas kepergian si bungsu yang masih sakit. Caelah.

"Hati-hati, Sarah! Katanya kamu suka ngebut akhir-akhir ini."

"Bohong Ma! Ngada-ngada!"

"Tapi ...."

"Udah ah! Sarah cabut dulu! Bye!" Sebelum Mama bongkar aib, Faza langsung tancap gas dengan Sarah yang duduk di jok, peluk pinggang dia. Jadi kelihatan Faza yang di belakang sih kalau di visual orang-orang.

"Tadi Farel nawarin nganter kakak lho, Za. Kenapa kamu malah nolak pas di telepon tadi?" Sarah nanya dengan suara keras, karena bising suara motor.

"Nggak! Nggak boleh! Tar Kak Sarah dimesumin!" Faza jawab sekenanya. Sarah sweat-drop.

Alasan sebenarnya sih ... karena jealous. Faza nggak mau Farel sok mau pedekate'in si kakak lagi.

Pokoknya nggak boleh!!

Farel tau hari ini Faza KW harus berangkat sekolah. Oleh karena itu, daritadi tu pejantan ketar-ketir sendiri. Apalagi tadi tawarannya ditampik sewaktu dia ingin ngantar.

Bukannya kenapa-kenapa, Farel kan patut khawatir bodi asli sang pacar bakalan diapa-apain ama temen-temen Faza yang pasti pada begajulan. Apalagi kalo ntar ada cewek-cewek centil yang nempelin si Faza. Gak rela, lah!

Saking ruwet pikiran buruknya nan gaje, maka Farel pun nekat nyamperin sekolahan Faza. Yah, cuma pengen tau aja, kok. Dikit. Sambil ngawasin. Mumpung kuliahnya siang.

Tiba di SMA-nya Faza, Farel masuk dan beralasan mo awasin adeknya yang habis sakit lama. Pak satpam mengiyakan saja. Apalagi tampang Farel keliatan anak baek-baek, kok.

Melenggang kangkung di koridor lantai satu, dia sempet berpapasan dengan beberapa guru. Murid-murid yang lagi duduk pun menoleh ke arahnya bak ngeliat bintang sinetron lewat. Yah mo gimana lagi, yah, tampang Farel dah selevel artis, sih.

Dunia pun jadi heboh dengan kemunculan Farel di SMA itu. Dunia di SMA itu maksudnya. Bahkan Farel juga mendatangi kantor guru sambil basa-basi menanyakan soal Faza dan minta tolong mereka mau bantu mengawasi Faza yang baru keluar dari RS.

Ia pun diantar salah satu guru ke kelasnya Faza di lantai dua. Seperti biasa, kehadiran Farel bikin suasana kelas heboh meski Farel cuma berada di luar doang.

Farel melambai pada Faza KW yang duduk di deretan tengah. Jelas aja kasak-kusuk terdengar mendengung di seluruh kelas Faza, mempertanyakan siapa Farel. Ada salah satu bocah yang melongok dari jendela dan nanya ke Farel.

"Kakak siapanya Faza?" tanya si bocah, nekat tanpa peduli ada guru di kelas. Mungkin dia ditugaskan jadi duta para siswa kelas itu untuk menanyai Farel yang kebetulan berdiri dekat jendela kelas.

"Aku? Humm... kakaknya Faza." Farel menjawab sambil kasi senyum selebritis. Yah, bayangin ajalah gimana kira-kiranya.

Dan kasak-kusuk pun lebih keras terdengar. Farel jadi tak enak sendiri, dan mundur agak menjauh dari kelas itu, walau masih bisa sedikit melihat Faza.

Semoga tidak terjadi apapun pada Sarah dan bodi pacarnya.

Sarah sendiri cuma lirik kanan kiri kemudian cuek saat adiknya digosipkan ini dan itu. Lagipula, hanya tentang sejak kapan Faza punya kakak cakep setipe artis gitu. Mereka cuma tahu, Faza punya kakak perempuan cantik, kuliah, dan masih perawan.

Faza kan memang terkenal. Cukup lah bikin cewek-cewek pada nempel. Dia bahkan nggak milih-milih temen meski gendernya beda sekalipun.

Makanya, pas kelar pelajaran pertama dan Guru keluar, Sarah udah ditempeli teman-teman Faza. Bahkan ada yang narik kursi buat duduk di dekat tuh cowok.

"Oi Za!"

PLAKK!

Dan dengan refleks, Sarah nampar seorang cowok yang seenaknya peluk pundak dia. Tuh cowok melongo semelongonya, yang lain ikutan juga hingga jadi melongo berjama'ah. Sarah sendiri senyum grogi sambil garuk pipi canggung.

"Sori, nggak sengaja... eng?"

Siapa ya namanya? Sarah nggak hafal nama temen-temen Faza.

"Fazaaa!! Di kelas sebelah ada yang berantem!" Seseorang teriak dengan heboh. Sarah ingat, kata Faza kalau ada yang minta bantuan, ia harus menolak dengan alasan nggak enak badan.

"Aku mau ke toilet dulu. Bye...."

Dan semua syok. Sejak kapan Faza sopan gitu? Pake bahasa aku-kamu segala! Biasanya juga tuh cowok sikapnya berangasan. Demen pake lo-gue sambil nampol bahu orang.

Sarah melipir cepat-cepat ... ke toilet cewek dengan ngos-ngos'an.

Oh sial, pengen pipis disaat begini.

Di kampus, Faza malah misuh-misuh karena nggak lihat Farel. "Tuh cowok kemana coba?!" geramnya kesal, menonjok tembok yang ia senderi sampai bikin cowok-cowok mingkem dan melipir takut. Sarah nyeremin kalau badmood, bathin mereka kompak.

Sarah di sekolah adiknya, bingung karena belum siap pipis sendiri, sedangkan Faza kesal disebabkan Farel yang ngilang entah kemana.

Farel lagi di jalan menuju kampus. Dia udah liat sendiri kalo Sarah baik-baik aja di sekolahnya Faza. Ia lega. Walo besok dia masih berencana untuk dateng lagi.

Gimana pun dia ngerasa punya kewajiban ngejagain Sarah dan bodi Faza, kan?

Nyampe kampus, dia nyariin Faza. Tentunya nanya ke temen gak mungkin bilang, "Liat Faza, gak?" karena bakal pada bingung.

"Oi, liat Sarah?" tanya Farel pada segerombolan cewek yang lagi duduk bergosip di salah satu Taman fakultas.

"Ohh... kayaknya dia nungguin elo tuh tadi. Mukanya jutek banget!" jawab salah satu yang dikuncir dua. Aelah, udah setua itu masih sok imut kuncir dua! Ckckck.

"Ohh oke, kira-kira sekarang dia di mana, yak?" Farel garuk tengkuk.

"Terakhir ngeliat sih di kantin fakultas elo, Rel," timpal yang rambutnya dicat blonde. Aelah... kulit sawo kepanggang aja rambutnya blonde! Ckckck.

"Oke, gue cari ke sana, deh. Thanks, yak!" Farel ngelambai ke cewek-cewek tadi.

Gerombolan itu langsung aja ngegosip soal Farel ama Sarah yang lagi jadi trending topic beberapa minggu ini di kampus mereka.

"Cih! Lo liat gak, yang cewek dah macem Hulk aje saban kagak nemu cowoknya. En yang cowok dah macem suami takut bini. Jijay banget liatnya."

"Mereka jadian baru-baru aja, kan?"

"Iya. Tapi tingkah si cewek dah kayak yang punya Farel aja. Cewek alay."

"Maklum, tu cewek kan perawan lawas. Jadi lagi masa-masa norak gitu begitu dapat cowok macem Farel."

"Haahh... gue kangen dipeluk Farel..."

"Kampret banget yah tu cewek bisa bikin Farel kayak gitu. Padahal gue udah bolak-balik kencan ama Farel, tapi kagak juga dijadiin pacar! Bangke!"

"Gyahahah! Curcol niyee..."

"Brengsek lu! Lu juga keki kan cuma jadi cem-ceman Farel tanpa dikasi status?"

Di tempat lain, Farel lari-lari ke kantin fakultasnya. Semoga aja Sarah masih di sana.