webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
105 Chs

The Emperor of The Death Arc: The Little Mermaid

Edward pun mulai menyelam lagi, dia berenang menuju ke dasar laut di sana untuk mencari tempat di mana apel emas itu berada.

Memang dari tadi Edward merasa ada keanehan di sana, dia sekarang sudah benar-benar ada di tempat yang Himmel maksud, tetapi dia sama sekali belum menemukan apapun, hanya karang-karang di dalam laut dan ikan-ikan yang berlalu lalang.

Edward melihat ke sekelilingnya untuk menemukan sesuatu yang aneh karena dia merasa kalau tidak mungkin perkiraan Himmel bisa meleset, dia mencoba mencari sesuatu yang janggal karena ini mungkin adalah ulah sihir yang menyembunyikan tempat itu dari orang luar.

Di samping fakta bahwa Lorelei berkata bahwa dia bisa melihat dengan jelas reruntuhan yang ada Apel emasnya itu, Edward berpikir kenapa Mermaid bisa melihatnya? Apakah mereka pengecualian untuk tempat itu? atau mereka itu memiliki kemampuan yang spesial sehingga bisa melihatnya?

Edward terus berenang dan berenang untuk mencari jawabannya karena jika itu adalah sihir, maka dia masih bisa mengakalinya.

Sementara itu orang yang tadi berbicara dengan Edward sekarang tengah duduk dan di tepat di belakangnya ada sosok pria dengan badan berotot yang besar dan tinggi, dia mempunyai kulit sawo matang dengan rambut keriting hitam dan juga iris berwarna coklat, dia adalah sang raja dari burung, Garuda.

"Apakah hanya ini yang kau inginkan?"

Garuda seperti biasanya dia berdiri dengan gagahnya dan tidak lupa ekspresi wajahnya yang terlihat sangat kaku dan serius.

"Kerja yang bagus, anak kecil."

"Jadi bisa aku bertanya apa tujuanmu yang sebenarnya menuntun Ketua ke sana?"

"Tujuan?"

Garuda pun berbalik menghadap pintu keluar, tetapi sebelum dia keluar dari sana dia menoleh ke arah Himmel dengan wajah yang serius.

"Tujuanku hanyalah satu, membebaskan teman lamaku, sang Cahaya."

Himmel sama sekali tidak paham apa kata-kata Garuda itu, dia juga tidak tahu kenapa Himmel menyebut Edward sebagai sang Cahaya.

"Aku tidak tahu kenapa kau terus menyebut ketua dengan nama itu tetapi-"

"Dari awal ini memang bukanlah sesuatu yang layak diketahui oleh orang-orang, tapi...ya benar ada satu hal yang ingin kukatakan padamu, saat ini dia tengah sengsara, dia tengah berada di ambang batasnya menantikan penggantinya untuk datang dan membuktikan dirinya."

"Hah? Apa sebenarnya yang kau ingin katakan?"

"Sampaikan pesanku kepada anak-anak nakal itu ketika waktunya sudah tiba."

"Anak-anak nakal?"

"Ketika sang Matahari kembali, dia akan membawa serta para pendampingnya

pada saat itu dunia akan bergemuruh takut akan kekuatannya.

Para Dewa akan bangkit dari tidurnya

memberikan cobaan kepada Cahaya kecil yang belum padam.

Itu adalah awal, tetapi itu juga adalah akhir dari era yang ada.

Ketika Cahaya baru mulai bangkit, dunia ini akan menghadapi sebuah era baru

Sebuah era di mana dunia baru yang lama akan terbuka."

Setelah mengatakan hal aneh itu, Garuda pun mengepakkan sayapnya dan pergi dari sana sebelum Himmel sempat mencegahnya.

Tetapi kata-kata dari Garuda itu membuat Himmel merasa penasaran tentang sebenarnya apa yang Garuda maksud dengan itu semua, dia pun menulis kata-kata itu di dalam buku agar tidak melupakannya.

"Tetapi Anak-anak nakal? Siapa mereka?"

Garuda yang sekarang tengah terbang dengan kecepatan yang luar biasa itu terus terbang tanpa mempedulikan apapun yang ada di sana, dia tidak peduli dengan banyaknya orang yang melihat dia terbang di bawah.

Dari mata kanan Garuda tiba-tiba menetes sebutir air mata.

"Teman lamaku...kali ini kau pasti akan terbebas."

Kembali ke Edward, dia sekarang merasakan seperti ada yang aneh di sini, entah kenapa dirinya sekarang bisa bernapas di dalam air.

[Eh? A-aku bisa bernapas?]

Edward sama sekali tidak tahu kenapa dia bisa bernapas di dalam air, apakah ini karena adanya sihir khusus di sini atau apa, dia sama sekali tidak mengetahuinya.

Dia pun akhirnya mencoba untuk berbicara di dalam air dan betapa kagetnya dia ternyata sekarang dia juga bisa berbicara di dalam air seperti para Mermaid.

"Eh? Sebenarnya ada apa ini? kenapa aku tiba-tiba memiliki kemampuan seperti Mermaid? Apa ini kutukan?"

"LiX...kesini...kemarilah..."

Edward pun terkejut mendengar suara wanita misterius yang tiba-tiba terdengar, dia mencoba mendengarkan dari mana arah suara itu muncul.

"Suara ini? kalau tidak salah ini suara-"

"Ke arah sini...kesinilah...LiX..."

Edward menemukan dari mana suara itu berasal, dia pun mengikuti suara itu tanpa rasa ragu sedikitpun.

Di dalam hati Edward sama sekali tidak ada keraguan tentang suara itu, dia sangat mengenali suara itu, itu tidak salah lagi adalah suara wanita yang mempunyai rupa mirip dengan Lily yang pernah dia lihat di dalam mimpinya.

"Lucia...di mana kamu?"

Faktanya Edward sendiri sama sekali tidak tahu siapa wanita itu tetapi entah kenapa dia merasa mempunyai ikatan yang sangat dekat sekali dengannya.

Pada saat di dalam mimpi itu hanya dengan melihatnya saja entah kenapa membuat jantungnya berdegup kencang, itu adalah sesuatu yang berbeda dari sekedar tertarik dengan sesuatu, tetapi itu adalah sesuatu yang tidak pernah ia rasakan selama ini.

"Aku ada di sini...cepat kemarilah...LiX..."

"Luci..."

Tiba-tiba tepat di depan Edward terdapat sebuah reruntuhan yang tadi sama sekali tidak terlihat di matanya, itu adalah sebuah reruntuhan seperti sebuah kerajaan kuno yang telah hancur dan tenggelam di dasar laut.

"A.....Apa ini?!"

Itu merupakan sebuah reruntuhan yang sangat besar, bahkan besarnya berkali-kali lipat melebihi reruntuhan di tempat tinggal Lorelei.

Edward merasa sangat takjub dengan pemandangan itu, ini adalah pertama kalinya di dalam hidupnya dia menemukan sebuah reruntuhan yang semegah ini, sebuah reruntuhan yang sama sekali tidak tertulis di dalam sejarah.

"Apa ini reruntuhan?"

Tanpa rasa ragu, dia terus maju untuk berusaha menemukan apel emas itu, tetapi entah kenapa dia sama sekali tidak merasa asing dengan tempat ini.

Mungkin ini hanyalah perasaannya saja tetapi dia bukan hanya merasa tidak asing, melainkan dia sudah pernah melihat dan sangat mengenali dengan reruntuhan itu.

"Hmmm...sebuah reruntuhan kuno yang sepertinya aku kenali...apakah ini semua ada kaitannya dengan kehidupan masa laluku sebagai sang Cahaya seperti yang dikatakan yang lain?"

Tentu ini semua sangat sulit untuk Edward percayai bahwa dia adalah sang Cahaya, suatu sosok hebat yang tidak pernah tertulis di dalam sejarah mana pun dan juga pencipta dari Chamuel dan yang lainnya.

Pertanyaan ini selalu ada di benak Edward yaitu tentang kenapa dia di kehidupan masa lalu menciptakan Chamuel dan yang lainnya sebagai entitas yang mempunyai kekuatan di luar akal sehat, tentu jika itu memang dirinya dia tidak akan melakukan ini tanpa alasan yang tepat.

"Kenapa aku di masa lalu menciptakan mereka? Kenapa aku di masa lalu tiba-tiba menghilang? Dan yang lebih penting lagi kenapa mereka semua selalu ingin menjadi pendampingku? Apakah aku yang memprogram mereka seperti itu?"

Jeda beberapa detik.

"Yah dipikirkan terus juga tetap tidak mengerti, lebih baik aku mencari apel emas saja lah..."

"Hoi Kamu!"

Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita di sana, itu adalah Lorelei yang sekarang ada di belakang Edward dengan ekspresi yang kesal.

"Lorelei? Kenapa kau ada di sini? Dan juga kenapa kamu seperti marah? Apa ada sesuatu?"

"Semua ini gara-gara kamu kan?"

Benar, Lorelei merasa sangat kesal karena kebanggaannya yang selama ini dia pegang sebagai wanita tercantik yang bisa menggairahkan laki-laki mana pun telah ternodai oleh Edward.

"Padahal aku sudah pura-pura pingsan pada saat itu?"

Lorelei masih mengingat dengan jelas itu, itu adalah pada saat dia baru sampai di tempat dia tinggal yaitu tepat di kamarnya, pada saat itu tiba-tiba Edward mengeluarkan teknik anehnya yang bisa membuat orang pingsan dengan seketika.

Pada saat itu Lorelei mengira kalau Edward memang selama ini berpura-pura kuat di depannya dan sudah tidak bisa menahan nafsunya lagi sehingga dia sengaja berpura-pura pingsan.

Pada saat itu harapannya kalau Edward sudah kehilangan kontrol dirinya benar-benar tinggi terutama ketika Edward menidurkannya di tempat tidurnya yang merupakan sebuah kerang raksasa, tetapi...

"Kenapa kamu malah sama sekali tidak melakukan apapun?"

Setelah membaringkan Lorelei, Edward malah sama sekali tidak memandang kecantikannya yang luar biasa, dia malah berkata "Maaf ya, aku tidak mempunyai waktu untuk bermain-main dengan wanita" dan langsung pergi meninggalkan Lorelei yang syok mendengar itu.

"Gugugugugug...sebenarnya apa yang salah dengan dirimu? Bahkan seorang gay pun akan tertarik dengan kecantikanku!"

"Sebaliknya kenapa aku harus melakukan semua itu, merepotkan saja."

"Me-merepotkan katamu?"

"Dengar, saat ini akan diadakannya perang atau tidak itu ada di tanganku, kalau aku sampai terlambat maka akan ada banyak nyawa yang melayang sia-sia hanya demi semua kebodohan yang orang-orang itu buat, mana mungkin aku bisa memikirkan hal lain selain masalah ini?"

Apa yang dikatakan Edward itu adalah sebuah kebenaran, saat ini situasi antar dua kekaisaran ini semakin memburuk, bahkan perang pun bisa dimulai kapan saja.

Beruntungnya Edward memiliki Julius yang saat ini mencoba meredam itu untuk mencegar pertumpahan darah dan semakin dalamnya kebencian antar ras, tetapi walau seperti itu Julius pun tidak bisa menahan mereka selamanya sehingga membuat Edward harus juga cepat bertindak.

"Lagian kenapa kau itu terobsesi kepadaku? Sudah aku bilang kan kau bebas memilih jodohmu sendiri sesuai dengan mimpimu, bahkan aku sendiri sudah menjamin kalau akan menjadikan Mermaid sebagai bagian dari kekaisaran dan akan melindungi kalian, kurang apa lagi coba?"

Lorelei terdiam berpikir sejenak.

[Iya juga ya? Kenapa aku sangat terobsesi dengannya? Apa karena dia calon kaisar?]

"Sebelumnya akan kukatakan, kalau kau mengharapkan hal itu dariku, itu hanya akan menjadi penantian yang sia-sia."

"Kenapa? Apa karena kamu sudah memiliki mereka jadi kamu menolakku?"

"Bukan, karena aku akan menjadi Artorias terakhir di dunia ini."

Lorelei terkejut dengan pernyataan Edward yang menyatakan dirinya sebagai Artorias terakhir.

"Apa? Tunggu dulu? Apa maksudmu dengan itu?"

"Itu bukan sesuatu yang harus kau pikirkan, ini hanyalah masalahku dengan diriku sendiri, jadi kenapa kau ada di sini?"

"Tentu saja untuk mengikutimu, apa kamu mau mengatakan kalau kamu bisa kabur begitu saja setelah menodai kebanggaanku seperti itu?"

Edward mulai lelah dengan ini, dia berencana ingin mengambil cuti dari para gadis keras kepala yang selalu ada di dekatnya dengan menjelajahi reruntuhan ini sendirian tetapi memang itu sangat sulit.

"(sigh) Kenapa kalian semua sangat keras kepala?"

Sebenarnya Edward juga sama sekali tidak menginginkan hidupnya akan dipenuhi gadis yang memasanya untuk menjadikan mereka haremnya, itu semua terasa sangat menyebalkan ketika mereka semua sampai berusaha untuk melakukan hal bodoh setiap harinya.

"Lagian apa enaknya sih menjadi bagian dari Harem?"

"Entahlah mana aku tahu?"

"Hoi kau kan mau masuk di dalamnya, makanya aku bertanya kepadamu."

"Meskipun kamu bertanya seperti itu...aku yakin kalau aku menjadi bagian dari Harem pasti kamu setiap hari akan datang kepadaku dan sama sekali tidak menoleh kepada wanitamu yang lain...dengan begitu!"

Lorelei pun mulai membayangkan tentang wanita lain milik Edward yang cemburu, saking cemburunya mereka menghunuskan pisau mereka dan menikam Lorelei dengan ekspresi wajah yang bahagia.

"Ah...entah kenapa aku menjadi bersemangat!"

"Hoi apa yang barusan kau bayangkan?"

"Tidak apa-apa, hanya selera pribadi saja."

Edward merasa memang ada yang tidak beres dari otak Lorelei tetapi dia sendiri tidak tahu itu apa, tetapi lebih dari itu dia merasakan ada sesuatu yang besar di balik semua itu seperti pada saat dia melihat dirinya sendiri.

Memang semua makhluk memiliki masalah mereka masing-masing, mereka juga memiliki sesuatu yang tidak mau mereka ungkapkan kepada orang lain dan Edward juga tidak berniat menggali itu jika Lorelei sendiri tidak menginginkannya sehingga membuat Edward terus diam.

"Ah begitu? Baiklah aku akan melanjutkan pencarianku."

"Tunggu dulu aku ikut!"

Happy End? pfffft...apa itu? btw satu up-an lagi akan jadi up terakhir w di tahun ini

OlphisLunaliacreators' thoughts