webnovel

prolog

Ada sebuah nasehat yang mengatakan bahwa usia dua puluhan adalah sebuah pohon yang memiliki banyak ranting. Jika fikiran adalah pohon maka, akan sangat banyak ranting. Ada kesedihan, keputusasaan, kehancuran, kebahagiaan, harapan dan semuanya. Tapi, seiring berjalannya waktu dan saat menua, semuanya terpotong. Usia dua puluhan adalah usia yang bisa dibilang remaja, bisa pula dikatakan dewasa. Penentuan sikap dan karakter. Sebuah pertumbuhan dengan cara yang mungkin amat menyakitkan atau melelahkan. Kita harus merasakan sakit dan harus mengalami banyak hal. Maka, sedikit demi sedikit akan terpotong ranting ranting pohon dan menjadi sebuah pohon yang sangat indah.

Beberapa bintang yang saling membentuk membuat rasi. Saling menguatkan. Sebuah rasi yang menambah keindahan malam. Sebuah rasi yang memiliki makna disetiap garisnya. Ada beberapa kalimat yang mengatakan, sahabat sejati adalah seseorang yang mengerti disetiap kondisimu. Seseorang yang siap di garda paling depan jika seseorang menyakitimu. Seseorang yang memiliki jalan yang sama denganmu. Dan sepertinya mereka sudah mendapatkan itu.

Malam ini malam yang dipenuhi dengan gurauan, tawa lepas yang mengisi sunyinya malam. Sebuah lelucon atau ucapan yang tak masuk akal membuat mereka tertawa, lily melihat beberapa kue berwarna warni yang berada didepannya, seketika fikirannya melayang mengingat sebuah kue asal Perancis yang bernama macaroon. Kue macaroon berwarna warni yang sangat jarang ditemukan itu menjadi topik hangat dalam perbincangan mereka malam ini.

"Eh, kalian tau kue yang warna warni itu kan, macaroon. Rasanya kaya apa sih?" Tanya liliy mengakhiri topik perbincangan mereka tentang perlawanan Hulk dan nyai Roro kidul.

"Wangi nya enak tau, Tante gue waktu itu bawain oleh oleh. Katanya si oleh oleh dari subang." Jawab Hera sambil mengambil beberapa kacang telur. Mendengar kata Subang alin tertawa. "Hahaha, Subang? Subang mah, terkenal tahunya itu kan?" Sahut alin.

"Yee, itu mah tahu sumedang." Jawab Lily. "Oh, sudah ganti ya? Sejak kapan ganti nama?" Ujar alin. "Iyaaa, Sakarapmu, lin." Sahut antha "hahaha" tawa alin.

"Eh, ada tau tante gue jualan macaroon disana, harganya gopean." Jelas Hera.

Okay, bisa tolong jelaskan adakah harga kue macaroon yang berasal dari negeri yang dijuluki The Hexagon itu seharga lima ratus rupiah?

Mereka tertawa.

"Kue pancong kali, lima ratusan." Jawab antha.

"Eh iya bukan, sih? Rasanya kaya kue pukis, gitu." Tambah Lily.

"Bukan beda, macaroon tuh kaya rada alot gitu, kalau pukis kaya roti. macaroon tuh yang bentuknya kaya burger mini gitu, kan?" Ucap Carinee "kaya biskuit." Tambah Aqilla.

"Iya bener, gue pernah liat di google kue macaroon. Mirip kaya biskuit."sahut antha.

"Tuh tinggal cari di Mbah Google aja lu, pake nanya." Ujar Aqilla.

"Ya kan gue maunya nanya, serah gue dong."jawab lily. "Bodo amat,ly." Sahut Aqilla.

Jangan salah, memang seperti inilah mereka. Berbicara dengan kasar namun tak ada rasa benci atau tak suka diantara mereka.

"Jadi Pengen beli gue, mahal gak, sih?" Tanya lily lagi.

"Kan, tadi gue udah bilang ly, harganya lima ratusan." Jelas Hera. "Serah lu, ra." "Hahaha." Hera. tertawa.

Jarum jam terus berjalan dan akhirnya berhenti di angka sembilan malam. Menandakan hari sudah hampir tengah malam, terlalu lama mereka berbincang-bincang. Perbincangan yang tak ada habisnya dengan bumbu tawa. Ya, seperti itulah mereka. Antha memerhatikan setiap raut wajah mereka. Antha bisa tahu bahwa dibalik setiap gelak tawa tersimpan ribuan kata, tentang mereka juga dirinya.

"Are you guys, okay?" Antha membuka suara kali ini.

"Okay." jawab Aqilla

"Gwaenchanha. Why?" Jawab Carinee, Lily dan alin. "Nothing, gue cuma mastiin aja kalau kalian semua baik baik aja."

Hanya hera yang masih terdiam. "Ra, lu okay, kan?" Tanya Aqilla.

"I don't know, gue cuma ngerasa i'm so tired." Ucap hera dengan pandangan menatap taburan bintang diatas sana. Tatapan nya seolah memberikan banyak arti yang keluar dalam isi kepalanya. Bintang bintang yang bersinar menerangi gelapnya malam mereka. Perasaan yang dibagikan hera membuat mereka hanyut dalam suasana. Ribuan kata dan harapan terlontar malam ini. Membuat mereka pada akhirnya membuka topeng gembira dan berbagi kisah. Bintang bintang diatas sana adalah impian mereka.

"I hope we can be like a star, who can shine brightly." Ujar antha.

                             *******