webnovel

Begin

Lima tahun yang lalu.....

Pagi yang cerah dengan lapangan sekolah yang berisi ratusan siswa siswi tahun ajaran baru. Suasana yang bising dengan suara teriakan atau obrolan dari setiap siswa. Masing masing siswa membawa aksesoris yang diperintahkan oleh para siswa senior. Menggunakan tas plastik, memakai kunciran pita, membawa makanan dengan sebuah clue yang aneh seperti sayur sampah, segitiga isi daging, nasi jelek dan macam macam lainnya. Perpeloncoan yang dilakukan oleh para senior sudah menjadi adat istiadat yang akan dilakukan oleh setiap sekolah untuk menyambut para siswa tahun ajaran baru. Acara pagi ini adalah perkenalan, para senior akan memperkenalkan diri mereka. Perkenalan dimulai dengan ketua OSIS, memperkenalkan dirinya dan memberikan sedikit sepatah dua patah kata. Kemudian, dilanjutkan dengan para anggota OSIS lainnya. Acara terus berjalan sampai dipertengahan acara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

"Yang dipanggil namanya pisahkan diri kalian dan membuat kelompok." Ujar salah satu senior mengumumkan perintah yang harus dilakukan."Kelompok satu, antha deandra, michele saputra, linda viska, kayla putri, sri lestari dan wahyu prasetyo. kelompok dua, adrienne berdine hera, natasya agustine, fajrian, melinda dee, dan eddie hamid. Kelompok tiga, illiana aqilla, alinda putri, daniel mananta, firdan, arman maulana, agatha. Kelompok empat, evanthe lily, anastasia, karin amelia, maya, agustian, wisnu pratama. Kelompok lima, adecia, carinee althea, chintya ulan, tubagus jevi, muhammad andrian, Harap pisahkan diri kalian." Ucap senior tersebut mengakhiri pengumuman. Nama nama yang dipanggil pun memisahkan diri mereka, para senior memerintahkan mereka untuk berkenalan satu sama lain dan berdiskusi untuk menampilkan beberapa mini pentas seni.

Jarum jam terus berjalan, semua acara telah dilalui. Terlihat dari raut wajah para siswa yang sudah lelah mengikuti rangkaian acara, bagaimana tidak? Mereka diperintahkan untuk berjalan jongkok ketika ingin mengambil makanan. Berguling, lari keliling lapangan, bernyanyi, atau berjoget di lapangan atas perintah panitia OSIS atau bahkan push up jika mereka melakukan kesalahan, ya seharusnya aktivitas seperti ini sangat tidak dianjurkan, namun bagaimana lagi. sudah menjadi adat istiadat, bukan?

Acara masa orientasi siswa ini pun berakhir, para siswa dikumpulkan kembali ke lapangan. Tak lama seorang guru datang "hai semuanya, pekerkenalkan nama bapak, ariel."

"Kembarannya ariel Noah ya, Pak?" Teriak hera.

"HAHAHA." beberapa siswa pun tertawa mendengar pertanyaan lucu seperti itu.

"Bapak mermaid ya pak? Mermaid Ariel." Ucap antha menambahkan lelucon yang sebelumnya dilemparkan oleh hera. Semua murid pun tertawa. Sebenarnya sebelum kedatangan pak guru, karena acara sudah selesai suasana pun kembali normal tak lupa para senior yang meminta maaf atas jika ada ketidaknyamanan dari acara tersebut. Pak ariel pun memberi sebuah isyarat dengan mengangkat tangan lalu merepalkan tangannya, isyarat untuk tetap tenang. "tahu saja kamu, Hera. Bapak mengaku sebenarnya bapak itu memang kembaran-" "kembaran parto, hahahaha." Sahut para senior yang akhirnya ikut meneruskan lelucon. Para siswa pun kembali tertawa. "Masih gantengan bapak dong dibandingkan parto, ya kan?" Balas pak Ariel. Pak ariel adalah guru olahraga yang menyenangkan, jadi tak heran jika pak Ariel menanggapi lelucon anak muridnya. Mendengar jawaban percaya diri dari gurunya tersebut siswa siswi SMA Dharmawangsa pun hanya memasang wajah tawa yang tertahan.

"yasudah, sudah bercandanya nanti lagi, jadi bapak disini akan membagikan surat yang berisi pembagian kelas dan pemberitahuan untuk orang tua kalian. Jangan sampai hilang ya."lanjut pak ariel sambil membagikan surat tersebut ke para junior.

******

Tetesan embun yang membasahi setiap kelopak daun, kicauan burung gereja yang bertengger di beberapa ranting pohon menyambut pagi yang indah. Awal dari kehidupan remaja bagi antha, aqilla, hera,carinee,lily dan alin. Memakai seragam putih abu abu tak lupa dasi serta almamater berlambang nama sekolah, SMA Dharmawangsa. Mereka pergi menggunakan angkutan umum atau sepeda motor.

Suasana sekolah pun sudah ramai dengan siswa, sepertinya mereka akan melaksanakan upacara bendera. Terlihat para siswa yang sudah berbaris rapih serta para guru dan petugas upacara sudah berada di masing masing posisi. Upacara pun berlangsung dengan khidmat.

Hera & antha POV

"Ra, lu ambil kelas apa?" bisik antha ketika upcara berlangsung. " IPA satu, lu?" hera bertanya kembali. "gue dua." "yahh, gak bareng, dong." Jawab hera, "sssttt jangan ngobrol." sahut seseorang siswi lain sambil menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya mengisyaratkan untuk diam kepada antha dan hera akhirnya keduanya pun terdiam.

Hera dan antha sudah berteman baik sejak kecil, kedua orang tuanya bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Orang tua hera maupun antha sudah biasa membuat keduanya terlihat seperti anak kembar. Dimulai saat antha dan hera duduk di bangku taman kanak kanak mereka memang selalu bersama. Hingga saat ini, sudah duduk di bangku sekolah mengengah atas pun mereka tetap bersekolah di tempat yang sama. Tak jarang antha menginap di rumah hera begitu pun sebaliknya.

Upacara berakhir, mereka duduk berdua dibawah pohon dekat lapangan sekolah sambil menunggu kepala sekolah yang sepertinya akan memberikan kiat kiat untuk para siswa siswi baru.

Beberapa siswi menghampiri mereka berdua lalu duduk sejajar dengan mereka, "hai, nama kalian siapa?" Tanya salah satu dari mereka. "hera, Adrienne berdine hera." Jawab hera

"Antha deandra, panggil aja antha."

"Hmm, kalau begitu nama gue Annastasia." sahut siswi yang bernama annastasia itu.

"Gue karin amelia, panggil aja karin." ujarnya sambil menjulurkan tangan kepada hera dan antha.

"Gue melinda." "gue linda." kata meli dan linda yang keduanya pun ikut menjabat tangan tanda perkenalan mereka dengan antha dan hera.

"Kalian ambil kelas apa?" tanya antha.

"Gue IPA satu." jawab annastasia.

"Gue sama linda IPA dua." jawab meli

"Gue beda sendiri, gue ambil kelas IPS, IPS satu." ujar karin. "oh, lu sama linda satu kelas sama antha, lu annastasia sekelas sama gue."sahut hera.

"By the way, kelas IPS satu bukannya kebanyakan muridnya laki laki, ya?" tanya antha.

"Iyah, memang. Gue suka sejarah so, ya gue ambil sesuai apa yang gue suka kan, soal banyak murid laki laki sih, I don't care." jawab karin.

"Chek chek, testing voice testing voice, one two three.untuk semuanya bisa hadap ke depan?" ujar ketua osis. Pak kepala sekolah maju ke depan dan memberikan penyambutan, perkenalan singat tentang moto, visi dan misi sekolah serta memberikan beberapa nasihat juga semangat kepada anak didik baru.

"Baik, sekian dari bapak semoga semuanya tetap semangat dan terus berjuang raih impian kalian. Remember, the stars know when and where they will shine." kata pak kepala sekolah mengakhiri kalimatnya.

Semua murid pun memberi tepuk tangan untuk menghormati ucapan dari pak kepala sekolah. Tak lama bell berbunyi, mengisyaratkan jam pelajaran akan dimulai. Semua murid dan guru pun meninggalkan lapangan memasuki kelas untuk memulai mata pelajaran.

Carinee POV

Tahun ajaran pertama pun dimulai bagi seluruh anak-anak diluar sana, melanjutkan tingkat sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti Siswa siswi menengah pertama yang kini sudah menginjak tahun mereka memasuki pengenalan masa depan, sekolah menengah atas. Sama halnya dengan carinee althea pun memulai tahun awalnya menjadi anak SMA. Apakah teman temannya akan menyukainya? Sulitkah materi-materi yang akan ia pelajari nanti? Apakah ia bisa mempunyai teman yang bisa memahaminya? Terlalu banyak tanda tanya dalam benaknya. Waktu akan terus berjalan sesulit apapun itu semua akan ia lalui bukan? Hatinya menjawab semua pertanyaannya sendiri.

Carinee memasuki ruang kelas IPA satu yang sudah diberitahukan dalam surat saat masa orientasi siswa, sedikit asing. Ya, mungkin karena ini hari pertamanya, ada rasa kaget dan takut di beberapa moment tertentu. Seperti kaget saat melihat situasi pergaulannya yang sedikit berbeda dengan teman-temannya disekolah menengah dulu. Mungkin ini hanya perasaannya saja karena ia belum mengenal sepenuhnya, atau perasaan tegang saat ia disuruh maju kedepan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan guru. Sebenarnya dia sudah mencoba berkenalan dengan teman sebangkunya, adecia. Ia juga tak menyangka bahwa adecia, teman sekolahnya saat berada di bangku menengah pertama akan bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Kehadiran teman sekolahnya dulu membuat kegelisahan carinee sedikit mereda, ya setidaknya dia tidak benar benar merasa sendiri.

Lily POV

"Halo, selamat pagi anak-anak." Sapa seorang guru yang memasuki kelas IPS dengan membawa beberapa buku serta absensi. "Pagi Bu." Jawab semua siswa kelas IPS. Siswa tahun ini, di sekolah dharmawangsa memang angkatan terbanyak dari angkatan-angkatan terdahulu. Maka dari itu kelas dibagi menjadi empat kelas untuk siswa-siswi kelas sepuluh. IPA satu dan dua, IPS satu dan dua. Lily mendapatkan kelasnya di kelas IPS satu sesuai pembagian yang diberikan dalam surat. IPS satu kelas yang ia dapatkan memang lebih banyak siswa laki-laki dibanding perempuan. Hanya sepuluh orang siswi dari dua puluh lima siswa yang berada dalam kelas IPS satu. Sulit rasanya untuk dapat berteman dengan teman kelasnya, awal perkenalan saja ia sudah bisa melihat bahwa ia tidak menemukan teman yang sepemikiran dengannya bahkan teman-teman perempuan.

"Materi awal pembelajaran kita yaitu mengenal nilai dan norma sosial. Ada yang tau apa itu nilai sosial dan norma sosial?" Tanya Bu guru memulai mata pelajarannya. Jevi mengangkat tangannya, "secara garis besar, nilai sosial adalah nilai yang berlaku di masyarakat mengenai baik buruknya sesuatu. Bisa juga dikatakan sebagai standar budaya yang menunjukkan kebaikan dan diinginkan oleh masyarakat untuk kehidupan sosial yang terstruktur." Jawab jevi menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru. "yang mudahnya seperti yang muda menghormati yang tua. Contohnya saat disebuah tempat terdapat orang-orang yang lebih tua sedang duduk beristirahat atau bebicara di pinggir jalan, dan kita harus sedikit membungkuk dan menunduk dengan ucapan seperti 'permisi pak, Bu.' Saat melewatinya." Ucap Karin melanjutkan. "Excellent!" Jawab Bu guru saat mendengar penjelasan jevi dan Karin. Pelajaran pun terus berjalan dengan beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Bu guru, Lily hanya menyimak setiap jawaban teman-temannya maupun penjelasan detail dari guru sosiologinya itu. Putaran jam terus berjalan, pergantian pelajaran pun sudah dilalui hingga bell istirahat berbunyi. Beberapa teman-temanya sudah berlari menuju kantin. Lily masih berdiam di tempat duduknya, rasanya malas sekali untuk pergi ke kantin hanya untuk berdesak-desakan untung saja ia membawa bekal makan siang yang sudah ia siapkan pagi tadi. Akhirnya ia keluar kelas mencari tempat teduh yang tepat untuk memakan bekal makan siangnya sekaligus mengistirahatkan pikirannnya.

Lily duduk dibawa pohon dekat dengan lapangan basket, membuka dan segera menyantap bekal makan siangnya itu. Satu dua suap nasi sudah masuk ke dalam perutnya, tiba-tiba seseorang menyapa dan duduk disebelahnya. "Hai..?" Sapanya. Lily pun mengangkat kepalanya melihat siapa yang menyapanya. Seorang siswi yang dengan senyum lebar, berkacamata serta perawakan tubuh yang tinggi yang juga sepertinya membawa bekal makan siang sepertinya. "Oh, hai." Jawab Lily. "Gue kayla, boleh ikut duduk disini?" Tanya kayla mengulurkan tangannya memberikan tanda perkenalan. "Gue lily, iyah silahkan. Tempat ini bukan milik gue kok, milik sekolah." Jawab Lily dengan sedikit candaan sambil membalas uluran tangan Kayla. "Ohh hehe okay. By the way, lu kelas berapa?" Tanya kayla sambil membuka kotak makan siangnya. "Kelas IPS satu." Jawab Lily sebelum akhirnya ia menambahkan suapannya.

Aqilla & alin POV

Suasana kantin sangat ramai, terdapat dua lokasi kantin di sekolah Dharmawangsa. Yang pertama berada dekat dengan musholla dan yang kedua berada dekat lapangan sekolah. Siswa SMA Dharmawangsa biasa menyebut kedua kantin itu dengan sebutan mang Tarno dan pakcin. Jika ditanya mengapa pakcin menamai warungnya dengan sebutan 'pakcin' maka pakcin akan menjawab "karena pakcin itu kependekan dari pak cinta. Nama saya tresno, dan ingin nuduhake katresnan bagi setiap siswa siswi disini." Dengan nada bicara yang khas jawa dan senyuman cerianya. Masing masing kantin memiliki ciri khas dan cita rasa tersendiri, biasanya siswa SMA Dharmawangsa jika merasa lapar mereka akan pergi ke pak Tarno karena pak tarno menyediakan banyak makanan berat, seperti nasi goreng, mie ayam, kwetiau sampai Indomie yang bisa mereka masak sendiri sesuai selera masing masing sedangkan pakcin menyediakan makanan ringan seperti ciki, gorengan, buras, dan lain lainnya.

Aqilla melangkah keluar kelas, ia melihat kantin pakcin yang jaraknya lumayan dekat dengan dirinya tapi jika satu sisi membandingkan, ia melihat kantin pak tarno terlalu ramai dengan siswa lain hingga berdesakkan. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengisi perutnya dengan makanan ringan. Aqilla memesan bakso ikan dengan campuran tahu kulit tak lupa sambal yang membuat selera makannya meningkat. Suasana kantin pakcin memang tidak terlalu ramai namun, banyak sekali kaka senior yang berada disana. Aqilla duduk dan memakan bakso ikan dengan mata yang tak berhenti mengeliiingi sekitar hingga terhenti pada senior perempuan, kak Anna. Seingatnya kak anna juga, adalah salah satu anggota OSIS yang melakukan aktivitas penyambutan untuk siswa junior kemarin. Parasnya cantik bak pemain film, itu mengingatkan pada aktris favoritnya yaitu, dakota fanning yang bermain film sebagai jane di the twilight saga:new moon dan the twilight saga eclipse. Kak Anna duduk sendiri terpisah dari teman temannya, pandangan yang ia rasa banyak berkelana. Aqilla terus memperhatikan, mengapa kak Anna tidak bersama dengan teman temannya? Dirundungkah? Jika ia kasian banget ka Anna, fikiran Aqilla terus bertanya-tanya.

*******

Waktu telah mamakan hari, sudah hari ke tiga puluh alin bersekolah ia sudah tau semua teman sekelasnya namun rasanya susah sekali untuk benar-benar mendapatkan teman yang sefrekuensi.

"Lin, temenin gue kek pakcin yuk." Ajak seseorang sambil menepuk pundaknya.

"Eh, qilla? Yok gue jga mau ke kantin." Jawab alin sambil menutup dan membereskan buku bukunya. Ia pergi keluar menuju kantin, alin memperhatikan. Alin rasa, Aqilla adalah seorang teman yang sefrekuensi dengannya. Mungkin ia bisa bersahabat baik dengan qilla karena ada beberapa hal yang alin rasa sama dengan aqilla dan dirinya.

"Lin, lu tau gak kaka kelas yang itu?." Tanya qilla sambil menunjuk dengan wajahnya ke arah kak Anna yang berada di lapangan.

"Kak Anna?" Jawab alin. "Tau, gue cukup deket sama kak erin, lu mau tau gak, kalo sebenernya kak Anna tuh macem dirundung gitu sama temen sekelasnya." Timpal alin.

"Lu tau dari mana?"

"Taulah, kak erin cerita ke gue. Ya walaupun beda kelas tapi kan masih temen angkatan." "Ya ampun kasian banget.. gue sebenernya kagum sama dia, mukanya mirip Dakota fanning haha" jelas qilla.

"Siapa itu? Artis?"

"Iyah, salah satu pemain film the twilight. Gue kasian plus kagum sih jadinya."

"Hmm, gak tau gue belum Pernah nonton filmnya."

Selesai mereka mengisi perut, bell masuk kelas untuk kembali melanjutkan pelajaran pun berbunyi. Mereka beranjak dari kantin dan segera pergi menuju kelas, tak sengaja mereka berpapasan dengan kak Anna. "Kak Annaaa...." Sapa alin dan qilla. Merasa disapa dengan adik kelas ka anna dengan ramah menjawab kembali sapaan mereka.

Hari berganti hari akhirnya aqilla pun bisa berteman baik dengan kak anna dan alin. Alin dan qilla menganggap kak anna seperti kaka mereka sendiri, tak jarang mereka berdua yang sering datang bermain ke rumah ka anna untuk belajar bersama.

Seperti hari ini alin dan qilla akan belajar bersama di rumah kak anna. Alin yang memiliki kendaraan sepeda roda dua itu pergi menjemput aqilla, setelah menjemput aqilla mereka pergi dengan aqilla yg mengendarai. Perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke rumah kak anna yang terletak di daerah perkampungan. Jalanan yg cukup kecil yang hanya muat satu sepeda motor, aqilla melihat sebuah gang yang sepertimya bisa untuk memotong jalan mereka agar segera sampai karena cuaca yang terasa makin panas. Aqilla dengan kepercayaan dirinya mengarahkan stang sepeda motor ke sebuah gang melalu jalan tersebut, "la memang lu tau jalan ini?" Alin memperingatkan agaknya khawatir takut mereka pada akhirnya tersasar.

"Tenang aja tau kok, feeling gue kuat." Ujar Aqilla santai sambil terus berjalan masuk mengikuti jalan gang yang membelokkan arah ke kanan tak lama kemudian ke kiri. Semakin masuk gang alin memperhatikan sekeling tempat yang mereka lalui, rasanya asing. Alin pun menepuk pundak aqilla untuk segera berhenti, "la, berhenti, berhenti."

"Kenapa sih, Lin?"

"lu mau kemana la ini daerah nya udah beda." Jelas alin dengan wajah bingung campur tawa. Seketika Aqilla melihat sekitar "eh Iya ya ini dimana woy, Lin?" Ujar Aqilla "mana gue tau dodol." "Hahahaha" tawa qilla.

"Yaudah gue telpon kak Anna dlu." Kata qilla mengeluarkan handphone dari saku celananya, setelah beberapa saat Aqilla menelpon

Sisa pulsa tidak cukup melakukan panggilan ini, silahkan kembali setelah mengisi pulsa anda.

"Yahhh, nggak bisa balik hayoloh la, hahahaha." "Gue gabisa balik lu juga gabisa balik bodoh." Jawab qillaa. Mereka tertawa. Sebenarnya di situasi seperti ini adalah waktu yang tepat untuk panik, karena hari mulai sore dan mereka berdua tidak tau berada dimana. Alat komunikasi yang berada dalam saku mereka saja seperti tak berguna. Tapi, situasi seperti itu tak bisa memadamkan keceriaan mereka jika sudah bersama tak ada rasa cemas ataupun takut, yang ada hanya tawa walau kepala sudah bingung harus bagaimana. Mereka pun beristirahat sejenak sambil berfikir yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk jalan kembali dengan mengikuti arah yang mereka lewati sambil melihat orang sekitar yang berada di luar rumah atau orang lewat yang bisa ditanyakan. Setelah mereka berjalan melewati beberapa gang yang sudah mereka lalui dan perdebatan rute yang mereka ingat akhirnya, mereka mengenali arah awal mereka masuk dalam gang. "Akhirnya ketemu juga!" Ucap Aqilla.

Jarum jam berhenti pada pukul tiga sore, matahari sudah menyorot membuat bayang-bayang berada dibelakang setiap makhluk. Meneruskan rute awal mereka tidak berapa lama mereka akhirnya sampai tepat depan rumah kak Anna dengan kak anna yang sudah berdiri memegang smartphone. "Kalian kemana aja?? Baru sampai begini?" Tanya kak Anna cemas sambil memasukkan smartphonenya kedalam saku celana. "Hehe, kita kesasar kak." Jawab Aqilla dengan cengiran. "Kaka telpon kalian nggak aktif terus, Kaka kira kalian kenapa-kenapa dijalan." Ucap kak Anna dengan nada bicara yang terlihat khawatir. "Nggak kak, kita nggak kenapa-kenapa kok. Ini si Aqilla dia sok-sokan pakai rute jalan yang beda, padahal nggak tau jalan. Jadi kesasar deh." Jelas alin dengan tawa sambil melirik Aqilla. "Handphone alin juga gada pulsa dan sinyalnya jelek banget, sedangkan handphone Aqilla baterainya habis. Maka dari itu kita nggak bisa dihubungi." Sambung Aqilla menjelaskan apa yang terjadi. "Yasudah, ayok masuk!" Pungkas kak Anna. Mereka pun memulai belajar bersama hingga suasana senja menyuruhnya kembali kerumah masing-masing.

*******