Malam setelah agenda survey di Bengkulu selesai, Bella kembali ke hotel. Kali ini Ia tidak beranjak dari kamarnya, masih takut pascainsiden kemarin. Tadi saja gadis itu enggan melewati lobby, memutar jauh-jauh lewat restoran yang agak jauh. Aneh, kemarin ketika ada Tristan rasanya Bella tidak setakut ini. Hmm, apa Bella mulai menyesal menolak ajakan menikah bulan depan dari Tristan? Entahlah, Bella masih banyak berpikir.
"Jadi bimbingan sama si Nafis Mbak?" tanya Sierra yang baru saja keluar dari kamar mandi. Asisten Bella itu memang lebih senang mandi malam-malam dibanding sore katanya.
Bella mengangguk, "Iya Sier, setengah jam lagi," jawabnya. Memang anak bimbing S1 yang paling rajin dan progresif penelitiannya itu meminta bimbingan, kebetulan Bella hanya bisa malam ini.
"Berapa persen penelitian dia? Ngebut banget loh dia padahal aktivis kampus," tanyanya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com