webnovel

The Great Queen

Seorang cewek tomboy yang bertemu dengan smurid baru yang misterius yang tiba-tiba saja mengklaim dirinya menjadi kekasihnya. Takdir yang menjadikannya seorang ratu. Namun tak semudah itu untuk mendapatkan posisi menjadi seorang Luna queen. Terdapat takdir rumit yang membelenggunya. Akankah dia dapat menjadi ratu yang sesungguhnya ata malah sebaliknya.

rgchyn · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
5 Chs

2. Mendekat

Sebelum pergi ke sekolah yang sama dengan Caithlin, Marcell enggan untuk pergi bersekolah, toh umurnya sudah 30 tahun dan menjadi seorang alpha king saja sudah membuat dirinya kaya raya.

Namun atas suruhan Bundanya dia terpaksa untuk pergi ke sekolah. Katanya ada sesuatu yang menantimu disana'. Mendengar perkataan Bundanya Marcell mengalah dan menuruti perintah sang Bunda.

Dan benar kata Bundanya bahwa sesuatu yang telah dia cari selama ini ada didepan matanya. Sejak saat itu Marcell tidak pernah melepaskan tatapan matanya dari Caithlin.

Ini adalah hari kedua Marcell bersekolah disini. Banyak tatapan memuja yang ditunjukkan kepadanya, namun tak dihiraukannya. Tujuannya hanya Caithlin bukan yang lain.

Tanpa sengaja netranya melihat pemandangan yang membuatnya cemburu untuk yang kesekian kalinya. Caithlin turun dari sepeda motor Juna, yang artinya mereka berangkat bersama.

Marcell sudah tidak bisa menahan emosinya dia langsung menyeret Caithlin. Sedangkan Caithlin yang diseret tidak mengerti apa maksud dari cowok ini.

"Maksud Lo apa narik-narik tangan gue?" ucap Caithlin dengan emosi.

"Ikut gue" kata Marcell dengan datar.

"Lo jadi orang gak jelas banget sih tiba-tiba narik gak ada alasannya lagi" kata Caithlin mendumel.

Marcell memberhentikan langkahnya saat mereka telah sampai di taman yang sepi.

"Gue gini juga ada alasannya, Lo ngapain berangkat bareng dia?" tanya Marcell.

"Apa hak Lo tanya gitu ke gue?" tanya Caithlin.

"Karena Lo punya gue, bukan punya dia atau siapapun" ucap Marcell dengan lantang.

"Gila ya Lo" ucap Caithlin.

"Ya gue gila karena Lo" kata Marcell.

"Lo gak punya otak ya?" tanya Caithlin

"Kalau gue gak punya gue gak bisa mikirin Lo" ucap Marcell sambil menampilkan smirknya.

"Bodo amat" kata Caithlin yang hampir melangkah pergi dari taman. Namun, Marcell menggenggam lengannya dan menariknya lebih dekat kepadanya hingga badan Caithlin bersentuhan dengan badan Marcell.

"Bb-bisa agak jauhan gak sih? Nanti kalau ada yang lihat gimana?" kata Caithlin dengan gugup.

"Gampang aja, gue tinggal bilang Lo hamil dan gue nikahin Lo Lo, selesai kan?" ucap Marcell dengan gampangnya.

"Heh mulut Lo gak pernah disekolahkan ya? Gue ciuman aja gak pernah gimana bisa hamil" kata Caithlin dengan kesal.

"Mau Lo gue buat hamil sekarang?" tanya marcell.

"Gue masih muda ya, gue gak masa depan gue suram kayak muka Lo" kata Caithlin sambil mendorong dada Marcell agar menjauh dari tubuhnya.

"Ganteng gini dikatain suram, mulut Lo ya minta dicium" kata Marcell dengan terkekeh.

"Lo dari tadi kok mesum sih, dasar cowok aneh" kata Caithlin yang langsung pergi.

Di kelas Evelyn yang sedang menunggu Caithlin masuk kelas. Biasanya Caithlin selalu berangkat pagi sebelum Evelyn datang. Tapi pagi ini Evelyn yang lebih dulu memasuki kelas.

"Lo mimpi apa tadi malam kok jam segini baru masuk kelas?" tanya Evelyn.

"Diseret gorila" ucap Caithlin dengan malas.

"Mana ada gorila di sekolah, Lo jangan ngadi-ngadi ya" ucap Evelyn sambil tertawa.

"Ngada-ngada bukan ngadi-ngadi" kata Caithlin sambil memutar bola matanya malas.

"Eh lihat deh Marcell ganteng banget ya" kata Evelyn dengan mengarahkan dagunya ke arah Marcell.

"Ganteng sih ganteng tapi kok suka seret-seret cewek tanpa alasan yang jelas" sindir Caithlin.

"Hah? Lo ngomong apaan sih Cath?" tanya Evelyn bingung.

"Apa Lo lihat-lihat? males banget gue lihat muka Lo" ucap Caithlin yang ditujukan untuk Marcell.

Marcell berjalan mendekati Caithlin hingga saat sampai di meja Caithlin dia merunduk dan menyamakan wajahnya dengan wajah Caithlin yang sedang duduk.

"Pulang sekolah bareng gue, gak ada penolakan atau tawaran gue yang tadi berlaku" ucap Marcell dengan terkekeh lalu pergi meninggalkan Caithlin yang masih terdiam bingung.

Bel sekolah pun berbunyi yang menandakan bahwa para murid waktunya untuk pulang.

"Ayo pulang" kata Marcell.

"Kan gue gak bilang iya" ucap Caithlin.

"Kan gue udah bilang, gue gak nerima penolakan"

"Kalau gue gak mau gimana?"

Tanpa menjawab perkataan Caithlin Marcell langsung menarik lengan Caithlin untuk menuju ke parkiran.