webnovel

016: The World, I never know!

"Hahhhhh, benar-benar menyebalkan. Kalian berdua menyebalkan." ucapku yang duduk disamping Kucing Biru dengan mata bersinar emas menatap Bishamon yang memiliki bentuk Kelinci putih dengan tanda bulan sabit di jidatnya.

Bishamon terlihat gagu saat berhadapan dengan Deus, matanya melihat ke kiri dan ke kanan dan menghindari tatapan tajam Deus.

"Bisa tidak matamu itu berhenti!" teriakku dan dia sekarang memelototi diriku.

"Hentikan Bishamon, begini-begini, dia adalah orang yang aku kontrak, jika kau tak ingin menyatakan perang denganku, jangan ganggu bocah ini!" tegas Deus dan membuat Bishamon menciut.

Tempat yang menjadi tempat latihanku ini adalah tempat dimana kucing nakal ini bersenang-senang rupanya, tempat dengan laut yang bersinar terang dengan pelayan yang dia bawa langsung melayani dirinya.

"So, jadi ucapkan alasanmu. Kenapa kau melakukan hal tersebut!"

"Melakukan yang mana ya, Tuan muda?"

Bishamon bersiul menghindari tatapan dan aura gelap yang terpancar dalam diri Deus, sepertinya keberadaan entitas Deus itu lebih kuat dibanding dirinya.

"Cepat katakan!" teriak Deus membuat Bishamon keringat dingin sangat banyak dan dia berlutut dihadapan Deus.

"Maaf tuan muda, kau tau kan ucapan dari Tuan Tiamat, dia bilang Nutrisi gadis muda di bumi adalah kenikmatan yang tidak ada duanya!" ucap Bishamon dengan pipi memerah dan rasa senang yang memuncak.

"Menjijikan!" ucap Deus menendang Bishamon yang memunculkan sikap aslinya.

"Hahhhh, kenapa dia mendengarkan ucapan kakakku itu sih!" lanjut Deus yang membayangkan sosok Buaya berjas yang merupakan kakak keduanya dari keluarga inti tersebut.

"Tuan, kalau boleh tau. Kenapa tuan disebut tuan muda oleh Bishamonten?" ucapku bertanya kepada Deus dan dia melayang di udara dihadapanku dengan berpose layaknya bos.

"Aku adalah Tuan Muda Deus yang dibutuhkan!" ucap Dirinya yang membuat aku makin bingung, apalagi posenya bergaya layaknya penyanyi rock n roll yang sedang menjadi superstar.

"Ancient Family, itu adalah 1 dari 5 keluarga paling berpengaruh di dunia ini!" jelas Bishamon yang menunjuk Deus disana.

"Ancient? Bukankah itu artinya kuno, ya?"

"BUKAN BEGITU SIALAN!" teriak Deus yang menyentil dahiku dan membuatku terpental begitu jauh seperti saat dia melatihku.

Ketahanan terhadap kekuatan Deus milikku sudah cukup kuat dibanding dulu, namun tetap saja terkena barrier pembatas masih tetap sakit, aku berdiri di batas Unique World miliknya.

"Bishamon, jemput anak bocah itu!" perintah Deus kepada Kelinci itu dan dia berlari secepat kilat menjemput diriku.

Bishamon benar-benar melayani tuan Deus si kucing nakal ini layaknya tuannya, apakah ini pengaruh dari kualitas kekuatan yang dia miliki lebih kecil dibanding Deus.

Akhirnya kami bertiga duduk serius kembali di meja yang disediakan tiga buah air kelapa muda.

"Bagaimana kabar kakakku?" ucap Deus memulai pembicaraan sebenarnya.

"Maaf Tuan Muda, aku telah di usir oleh Kakakmu."

"Wait, kau di usir?"

"Bagaimana bisa?"

"Kalau cerita mungkin akan panjang tuan, jadi aku persingkat saja ya."

"Tuan Archimedes sudah memilih 5 Ksatria baru yang menjadi pondasi, karena itu juga aku dan Vledmer sekarang terombang-ambing tanpa arah tujuan."

Tuan Deus memunculkan aura marah begitu dashyat setelah mendengar ucapan dari Bishamonten, aku yang tak tahu arah pembicaraan ini hanya bisa menyedot air kelapa segara yang sudah disediakan.

"Kak Archie memang berbeda dari kakakku lainnya, dia benar-benar ingin merofarmasi tahta yang sudah berlangsung sejak lama ini."

"Tapi maaf Bishamonten, kau sendiri tau kan, aku tidak bisa mengambil dirimu karena [perjanjian itu]." lanjut Deus dan Bishamonten hanya mengangguk.

"Sejak diasingkan di dunia ini, aku tidak bisa menjadi salah satu pewaris Ancient Family." ucap Deus selanjutnya dan membuat aku mengerti.

Sepertinya, dunia para penyedia kontrak juga memiliki hierarki dan Ancient Family adalah keluarga top yang ada disana.

"Tentu saja tuan Deus, aku tak berharap kau menjadikanku anak buah, aku terlalu lancang meminta dirimu untuk menentang hierarki Kakak pertamamu, Panglima Terhormat, Tuan Galaxy." ujar Bishamonten kepada Deus.

"Wajar saja, Kak Galaxy selalu menganggap aku lebih bahaya dibanding Kak Tiamat yang sangat suka foya-foya maupun Arcimedes yang sangat senang mendirikan koloni kecil dan bertarung dengan orang kuat lainnya."

Deus berjalan ke bahuku dan duduk santai disana, tempat kesukaannya saat hatinya tak tenang.

"Benar juga Tuan Muda, aku merasakan ada Gatotkaca di sekolahan itu." ujar Bishamonten yang membuat Deus membuka telinganya lebar-lebar.

"Ahhhhh, benar juga. Aku lupa. Aku sudah menemukannya tuan!" ucapku dengan santainya dan dia lompat dan menekuk badannya dan melakukan pukulan perut yang membuat aku terpental sangat jauh.

"Bodoh! Kenapa kau baru bilang sialan!" teriak Deus yang mengejar diriku dan mengentikan aku dengan menendag tubuhku agar mengerem begitu cepat.

"GATOTKACA ITU ADALAH ORANG YANG HARUS AKU TEMUI SEKARANG, DIA ADALAH BAWAHANKU PALING SETIA TAU!" teriak Deus berteriak di depan wajahku.

"Mohon jangan terlalu keras padanya tuan, lagipula dia kan cuman manusia, manusia itu makhluk yang pelupa sekali, kau harus ingat hal itu." tenang Bishamonten dan dia melepaskan aku, walaupun begitu tatapan tajamnya masih memelototi diriku.

"Hah, aku masih lebih senang Gees yang menjadi kontraktorku dibanding dirimu nak, kau itu terlalu santai bagiku." keluh Deus kepadaku.

"Santai??? Kau yakin aku sesantai itu? Are u serius?"

Deus dan Bishamonten melompat menjauhi diriku, entah sejak kapan aku mempunyai aura yang sangat jahat dan gelap seperti ini.

(Akhirnya kau ingat Yudhistira!)

Sosok gelap yang selama ini menghilang datang kembali, sosok yang ambisius memburu para pahlawan.

[The Hunter Hero, Yudhistira]

"Hahhhh, sudah lama aku mengincar saat-saat ini, aku pikir aku tak akan bisa mengambil alih Kepribadian bocah ini lagi." ujar diriku yang lain yang membuat aku terkejut juga.

"Tuan Deus, apa ini sebenernya?" ucapku yang merinding setelah aku mengucapkan kata-kata itu.

Aku dan bayangan hitam yang tubuhnya sepertiku berdiri sejajar dihadapan mereka, saat aku menoleh dirinya, dia juga menoleh kepadaku dan tersenyum.

"Jadi begitu ya, pantas saja saat itu aku bingung bagaimana merespon dirimu, nak Yudhistira." ucap Deus yang terbang didepan kami berdua.

"Snow white curse sudah menjadikan sifat kalian terpisah!" lanjutnya dan bayangan hitam itu menyeringai kecil seraya masuk kedalam tubuhku.

"Sudah waktunya dirimu bangun dari mimpi indah ini, Yudhistira. Aku adalah kau dan kita adalah Hero Hunter yang membasmi ketidakadilan di dunia ini!" ucap bayangan itu dan perlahan ingatan yang hilang sebelum Snow white Curse terjadi.

(Ehhh, ini kan???) ucap diriku yang melihat sosok yang tak sadarkan diri bertarung abis-abisan dengan Don Alatas satu tahun yang lalu.

(Aku tau aku adalah Hero Hunter, tapi aku tidak ingat bahwa akulah yang membuat orang itu tumbang!) ujar diriku detik-detik aku dengan mata merah bercampur hitam terang memakan harta Bloody Shadow Spectre dengan tameng yang mengeluarkan aura kepala singa saat memakannya.

"Kak Erisa? Dia terluka parah? Kenapa?" ucapku yang mengamati siaran ulang dari ingatan yang dikunci oleh seseorang kepadaku.

"Alatas sudah menjalankan misinya, dan Hero Hunter itu sangat menganggu, berikan dia kutukan bunga itu," ucap seorang Pahlawan yang meminta beberapa temannya menembak diriku dengan duri dari batang mawar kegelapan yang merupakan inti dari racun Snow White Curse.

"Ayo kita pergi, pasti gadis itu akan membawa anak kecil itu selamat." ucap mereka bertiga dan salah satunya memakai busur diantara mereka.

"Sadarlah bodoh!" teriak Deus menarik diriku dari ingatan itu dan kembali ke Pantai tempat perwujudan Unique World milik Deus .

"Deus, ada penonton yang sedang memperhatikan diriku!" ucap diriku berkata kepada Deus dengan tatapan yang mengeluarkan aura yang sangat pekat disana.

"Mereka yang menciptakan sosok gila itu, kekuatan yang dapat memakan harta orang lain!" lanjutku kepada mereka berdua dan Deus hanya memeluk diriku.

"Tenanglah anak muda, aku sudah bersamamu sekarang!" ucap Deus menguatkan aku dan menenangkan diriku.

"Sepertinya kontraktormu harus mempelajari resonansi keempatmu, Deus." ucap Bishamonten dan membuat Deus terdiam.

"Tidak, sebelum dia mengetahui bentuk apa yang dia inginkan, aku tak akan mengijinkan resonansi keempat milikku terbuka begitu saja." tegas Deus kepada Bishamonten sembari terus menepuk-nepuk kepalaku dengan tangan kecilnya.

"Kekuatan asliku belum sesuai dengan dirinya, karena itu percuma jika lanjut ke resonansi selanjutnya." tambahnya dan akhirnya diriku tak sadarkan diri setelah Deus menotok diriku.

***

"Mayday mayday, tolong buka jalan kalian!"

"Bagi yang mengalami luka ringan tolong ke posko ini ya!"

"Tolong bantu disini, ada 1 murid yang tulangnya patah."

Evakuasi besar terjadi di Akademi Hero dan Kesatria, akhirnya seluruh murid di pulangkan dan mendapatkan pengobatan jika terluka.

Korban karena serangan dadakan Bishamonten adalah: 6 guru tewas, 1 Pahlawan luka fatal, 3 Murid luka fatal, 2 murid luka berat, 5 murid luka sedang, dan 32 Murid luka ringan.

Karena kejadian itu juga, Akademi Hero kelas 1 masuk kelas malam karena ruangan yang dihancurkan Bishamonten begitu banyak termasuk Aula utama yang mengalami kerusakan parah.

[7 hari setelah serangan]

Aku tersadar di kamar berbagi di rumah sakit yang berafiliasi langsung dengan Akademi dan Nurman menatapku yang baru saja bangun dan tangan wanita yang menganggam tanganku.

"Akhirnya kau bangun juga, Yudhistira." seru gadis manis dengan mata emas yang sangat aku kenal.

"Lama banget sih lu tidurnya." seru pria cerewet yang tubuhnya masih dipenuhi perban.

"Selamat datang, Yudhistira, kawanku!" ucap semangat Bima yang juga dipenuhi perban diseluruh tubuhnya menyambut diriku.

"Aku kembali, teman-temanku!" ucapku kecil dengan tangisan air mata dimana diriku disambut oleh orang-orang yang dulu tak aku miliki!

Larasat memeluk tubuhku dan menangis sekencangnya setelah dia melihat aku menangis, dia berterima kasih karena melindungiku dari emosi bejat yang ingin dilampiaskan oleh Bishamonten pada dirinya!

Sejak hari itu, pertemanan antara Yudhistira, Sadewa, Bima, Nurman, Bella dan Larasati dimulai.

****

"Persiapan UTS akan segera dimulai, sepertinya kali ini kita akan melihat siapa orang-orang hebat yang ada di kalangan anak kelas 1." seru kepala penanggung jawab akademik kepada kepala akademi yang menatap murid yang baru pulang.

"Apakah kali ini temanya itu lagi?" tanya Kepala Akademi dan oran itu mengangguk.

"Bagus, tingkatkan levelnya, level kita harus naik untuk menjaga kestabilan kekuatan di masa depan." ucap kepala akademi dan dia menyeringai di akhir sembari membuka catatan siswa dengan level kemampuan tinggi di semester ini.

Badai besar untuk para siswa sekali lagi akan dikulau untuk meningkatkan kesiapan dalam menangani masalah yang lebih krusial kedepannya.