"Siapa yang kasih undangan itu?!" tanya Andi Nugraha gusar, sebelah tangannya memukul stir mobil beberapa kali. Membuat Wilma Herdian ketakutan.
"Kak Andi, turunin Wilma!" Wilma Herdian berteriak histeris, berusaha membuka pintu mobil yang terkunci otomatis.
Andi Nugraha menggeram, rahangnya terlihat mengeras, mengabaikan teriakan Wilma Herdian yang kemudian berubah menjadi tangisan. Andi Nugraha menambah kecepatan laju kendaraannya, tidak memberi kesempatan bagi Wilma Herdian untuk bisa keluar dari mobilnya.
Sebetulnya mudah bagi Wilma Herdian untuk membuka pintu yang terkunci otomatis, namun dengan kecepatan tinggi seperti itu, sama saja Wilma Herdian bunuh diri. Wilma Herdian tidak ingin mati konyol, keluarganya masih membutuhkannya. Ayahnya belum tentu diterima kerja di perusahaan yang baru berganti kepemilkan itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com