webnovel

Lima Gadis

Redakteur: Wave Literature

Kursi kayu terletak tepat di tengah koridor. Jadi, jika Chen Ge ingin memasuki lantai dua, ia harus berjalan melewatinya. Ingatan tentang kejadian di asrama siswi masih segar di benaknya. Kursi-kursi ini sepertinya memiliki kecenderungan untuk mendekati manusia.

Saat bersembunyi di tangga, Chen Ge mulai sedikit ragu.

Kursi ini memiliki sandaran punggung dan terlihat berbeda dengan kursi lainnya. Tampaknya, kursi ini dipindahkan dari tempat lain, tetapi kenapa seseorang melakukannya?

Setelah melihat lebih dekat, kursi tersebut mirip dengan kursi yang dilihatnya di dalam asrama siswi; bisa jadi kursi itu adalah salah satu kursi khusus kamar asrama.

Chen Ge menggunakan fitur zoom pada kamera di ponselnya untuk melihat lebih jelas tanda di salah satu pintu; pada tanda tersebut tertulis sesuatu yang berkaitan dengan pelatihan vokal. Studio dansa sepertinya tidak terdapat di lantai dua. Haruskah aku langsung menuju ke lantai tiga? Tetapi bagaimana jika ada kursi kayu lain di koridor lantai tiga? Bagaimana jika kursi mulai bergerak mengejarku, bukankah aku akan terjebak dari kedua sisi?

Ketika gambaran menyeramkan melintas di benaknya, Chen Ge memutuskan untuk memasuki koridor lantai dua. Koridor begitu gelap sehingga ia tidak bisa melihat ujung koridor. Pintu-pintu di kedua sisi tertutup, dan jendela-jendelanya dilapisi dengan debu tebal.

Chen Ge melangkah dengan tenang dan penuh waspada. Dia tidak berniat untuk bergegas hanya karena kemungkinan adanya ancaman dari kursi kayu. Bahkan, baginya, ruang kelas yang menghimpitnya di kedua sisi tampak lebih menakutkan daripada kursi kayu.

Aku penasaran kapan terakhir kali manusia hidup melangkah kemari. Debu di lantai sangat tebal, dan aku tidak tahu bagaimana cara menghilangkan jejak kakiku. Jika orang yang mengikutiku ikut memasuki gedung ini, dia pasti akan segera mengetahui keberadaanku setelah melihat jejakku.

Bahkan dalam situasi ini, Chen Ge tidak melupakan ancaman tersembunyi dari pihak ketiga. Aku harus menyelesaikan misi secepat mungkin!

Cahaya di ponsel bergoncang saat tangannya bergerak. Ia mendekati kursi kayu.

Sebenarnya, tidak ada yang menakutkan dari kursi ini, kan? Apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh kursi kayu?

Chen Ge berjalan mengitari kursi. Kursi tersebut benar-benar terlihat seperti kursi kayu biasa, tidak lebih.

Mungkin aku harus melihatnya lebih dekat ...

Saat pikiran itu muncul di benaknya, ia sudah bergerak mendekat. Ia menidurkan kursi ke samping, dan saat itulah ia menyadari ada sebuah tulisan tangan di bawah kursi.

Qian Yujiao? Nama itu terdengar seperti nama seorang gadis.

Bagaimanapun juga, kemunculan nama tersebut mengkonfirmasi kecurigaannya. Kursi itu bukan berasal dari gedung ini. Ketika sekolah menyelenggarakan acara besar, pihak sekolah akan meminta para murid membawa kursi masing-masing. Untuk mencegah agar kursi tidak tertukar, nama tiap murid akan ditempelkan di bawah kursi mereka.

Apakah ini berarti ada nama di bawah kursi di asrama siswi?

Chen Ge menghafal nama tersebut. Setelah ragu-ragu sejenak, ia memutuskan untuk tidak menghancurkan kursi, tetapi meletakkannya di dalam salah satu ruang kelas yang kosong. Semakin lama aku berada di sini, aku semakin merasa tidak nyaman. Sebaiknya aku segera menuju ke lantai tiga.

Ia kembali berjalan menuju tangga lantai tiga. Koridor terlihat kosong kali ini. Chen Ge membuka pintu beberapa ruang kelas. Semua meja dan kursi ditempatkan di belakang ruang kelas, dan beberapa bagian dinding telah dicat ulang. Cheng Ge dapat mengetahuinya karena dinding itu memiliki dua warna berbeda.

Sekolah sudah ditutup, jadi mengapa mereka membuang-buang uang untuk mengecat tembok? Untuk apa melakukannya?

Pengalaman Chen Ge di Apartemen Ping An membuatnya menduga bahwa cat digunakan untuk menyembunyikan sesuatu.

Ia menggunakan palu untuk mengupas cat baru, tetapi anehnya, tidak ada apapun yang terlihat pada dinding di belakang cat baru; tidak ada noda darah atau tanda aneh.

Tidak, pasti ada sesuatu.

Chen Ge melanjutkan tur ke ruang kelas. Dia menyadari bahwa tidak semua ruang kelas dilapisi dengan cat baru. Ada beberapa titik yang telah dicat ulang, dan beberapa di antaranya anehnya dekat dengan pipa dalam ruangan itu.

Sistem drainase air gedung ini mungkin diperbarui sebelum ditutup. Chen Ge menatap pipa dan menyimpulkan; ruang kelas di lantai pertama dan kedua menunjukkan tanda-tanda bahwa tempat itu digunakan, tetapi ruang kelas di lantai tiga tampaknya telah ditinggalkan bahkan sebelum penutupan sekolah.

Meja dan kursi menumpuk di belakang kelas, dan tidak ada sepotong kapur pun tersisa di depan kelas. Beberapa ruang kelas bahkan terkunci.

Berhantu? Pembunuhan? Tidak aman?

Mungkin ada banyak alasan berbeda untuk menyegel tempat itu, dan Chen Ge tidak bisa menentukan apa alasannya. Dia keluar dari ruang kelas dan menuju lantai empat.

Ketika mengambil langkah pertama, pria itu berbalik untuk melihat apakah ada kursi kayu yang mengikutinya atau tidak.

Tidak ada.

Ketika ia sampai di batas antara lantai tiga dan empat, ada tali yang diikat di kedua pegangan tangga yang menghalangi jalannya. Ada papan kayu yang tergantung di sana dengan tulisan 'DILARANG MASUK'.

Tentu saja, Chen Ge tidak dapat dihadang oleh tanda kayu. Ia mengambil papan kayu dan meletakkannya di samping sebelum membungkuk untuk berjalan dari bawah tali.

Saat mencapai lantai empat, Chen Ge menyadari dengan pandangan sekilas terdapat sebuah papan usang yang tergantung di depan pintu ruangan tepat di hadapannya.

Studio Tari!

Setelah lama mencari, ia akhirnya menemukan tempat di mana ia mungkin dapat menemukan sepatu dansa merah. Tata letak lantai empat berbeda dari lantai lain, artinya, alih-alih ruang kelas, dinding telah dihancurkan untuk membentuk sebuah studio besar.

Setelah menghancurkan segel dan membuka kunci, Chen Ge membuka pintu studio tari yang telah ditinggalkan selama bertahun-tahun. Tempat itu tampaknya telah dilupakan oleh waktu; semuanya tampak apa adanya, seperti beberapa tahun yang lalu.

Lantai yang licin dipenuhi lapisan debu tipis, dan bau aneh tercium dari dalam ruangan. Penjelasan Ge Ge untuk bau aneh itu adalah; bau deodoran yang tercium setelah terperangkap di ruangan tertutup selama bertahun-tahun.

Chen Ge berjalan ke dalam studio dengan menyusuri dinding. Studio itu adalah studio tari profesional; lantai kayu dilapisi dengan lilin untuk mengakomodasi latihan menari, dan dindingnya dilengkapi dengan papan akustik dan panel untuk mencegah kebisingan mengganggu ruang kelas lainnya.

Ini pertama kalinya aku melihat studio tari yang besar.

Ia menggunakan kamera untuk memperbesar beberapa sudut ruangan. Dindingnya dipasang dengan tiang pegangan seperti pada kelas balet. Ketinggian tiang itu dapat disesuaikan, dan di bawahnya terdapat deretan kursi pendek yang dapat digunakan siswa untuk beristirahat.

Di ujung lain ruangan, ada enam cermin panjang yang disatukan dengan sempurna. Setiap cermin memiliki lebar sekitar satu meter dan tinggi dua meter.

Aku hampir lupa bahwa cermin adalah perlengkapan penting di dalam studio dansa.

Setelah melihat deretan cermin, Chen Ge menarik napas dalam-dalam. Ia kemudian menyadari, tepat di tengah cermin, terletak tiga kursi kayu.

Tiga sekaligus?

Chen Ge menggigit bibirnya sebelum berjalan ke arah kursi, setiap gerakannya terpantul dalam cermin.

Melihat bayangannya sendiri pada cermin studio tari kosong di tengah malam membuatya merasa semakin gelisah.

Ia tetap menolak keinginan untuk memecahkan cermin. Lalu, ia menjatuhkan tiga kursi ke samping, dan seperti kursi yang ditemukannya sebelumnya, semua kursi itu memiliki nama seorang gadis yang tertulis di bawahnya.

Termasuk kursi di asrama gadis itu, aku sudah menemukan lima kursi. Jika setiap orang dari mereka mewakili seorang gadis, maka ini artinya aku berurusan dengan arwah lima orang gadis. Jadi, pertanyaannya adalah, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?