webnovel

Kontrak Pacar

Andrean menatap serius ke arah Naya, ia masih menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut karyawannya itu, meskipun sebenarnya ia sudah tau jawabannya.

"Sekali lagi saya bertanya, apa kamu masih ingin bekerja di perusahaan ini?"

Naya masih terdiam, ini bukan kali pertamanya ia mendengar pertanyaan seperti itu, mungkin ini yang ke lima kalinya Andrean pernah bertanya.

"Tentu saja saya masih mau bekerja di sini pak, suatu kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menjadi salah satu karyawan di perusahaan bapak,"

Ucap Naya dengan memuji, tak lupa ia mengulas senyum di wajahnya, dengan harapan Andrean tidak akan berkata yang tidak-tidak, misalnya saja kinerja kamu kurang bagus, atau kamu tidak di butuhkan lagi sebagai asisten, lebih kasarnya akan di pecat, memikirkannya saja sudah membuat Naya takut, apa lagi kalau itu benar-benar terjadi.

"Kalau begitu kamu tanda tangani surat perjanjian ini," ucap Andrean lagi sambil menyodorkan selembar kertas kepada Naya.

"Su-surat perjanjian," Naya sedikit terbata, ia tampak ragu-ragu mengambil kertas itu.

"Tidak usah takut, ini bukan surat pemecatan atau apa," balas Andrean ketus, sepertinya ia tau apa yang ada di pikiran Naya. Dengan cepat Naya mengambil dan membacanya, seketika matanya terbelalak saat melihat tulisan besar yang tertera di ujung atas kertas.

'what, gue gak salah baca kan,' batinnya.

"Silahkan kamu baca baik-baik, jangan ada yang terlewat, biar kamu tidak salah paham," kembali Andrean mengingatkan. Naya mengangguk, dan ia kembali fokus dengan kertas yang ada di tangannya, ia pun mulai membaca.

SURAT PERJANJIAN MENJADI PACAR KONTRAK

Pihak Pertama : Andrean Varro Martadinata

Pihak Kedua : Kanaya Angelica

Hartawan

Surat Perjanjian ini menyatakan beberapa hal untuk menjadi pacar kontrak yang akan berjalan selama 6 bulan ke depan, di antaranya :

1. Pihak pertama bertanggung jawab

penuh terhadap surat perjanjian ini.

2. Setiap permintaan pihak pertama harus di penuhi oleh pihak kedua.

3. Kedua belah pihak tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing.

4. Tidak boleh menggunakan perasaan dalam hal ini.

5. Pihak kedua tidak boleh mengatakan putus sebelum pihak pertama yang memutuskan.

Semua persyaratan di atas harus di patuhi oleh pihak kedua, jika pihak kedua masih ingin bekerja di perusahaan milik pihak pertama. Surat perjanjian ini di buat tanpa adanya paksaan kepada pihak kedua.

Tertanda

Andrean

Terlihat Naya mengerjapkan matanya berkali-kali, ia masih tak percaya dengan apa yang sudah ia baca barusan, Andrean ingin menjadikannya pacar, maksudnya pacar kontrak. 'Oh my god,' teriak Naya dalam hati. Jangankan menjadi pacar kontrak, pacar beneran juga Naya pasti mau. Wajah Naya seketika merona, saat membayangkan hal itu, bagaimana bisa seorang karyawan biasa sepertinya akan menjadi pacar seorang direktur, lebih tepatnya menjadi pacar boongan.

Ia sudah tak sabar ingin menceritakan hal ini pada Milea.

"Sepertinya kamu tidak keberatan dengan perjanjian ini,' terka Andrean saat melihat wajah Naya yang sumringah.

"E-eh, maksud bapak apa?"

"Itu muka kamu terlihat senang dengan perjanjian ini," ucap Andrean lagi, membuat Naya tersipu malu.

"Jangan banyak berhayal, jika setuju cepat tanda tangan, jika tidak maka kontrak ini akan hangus, dan saya akan mencari yang lain," ucap Andrean lagi mengingatkan.

Entah mengapa saat Naya mendengar Andrean akan mencari yang lain, hatinya sedikit bergetar, apa benar ia sudah jatuh cinta dengan Andrean, bos yang sering ia sebut menyebalkan itu, atau ini hanya sebuah perasaan biasa karena takut akan di pecat jika tidak menurut.

Dengan segera Naya membubuhkan tanda tangannya di atas kertas, tangannya terlihat gugup, hal itu di perhatikan oleh Andrean.

"Ini cuma tanda tangan kontrak, bukannya tanda tangan untuk buku nikah," ucap Andrean dengan ketus, membuat Naya segera menggerakkan penanya.

Deal, mulai detik ini mereka telah sah menjadi pasangan kontrak.

Lagi-lagi Naya terlihat salah tingkah saat Andrean memperhatikannya.

"Ingat, jangan pakai perasaan, nanti kamu akan kecewa!" ucapnya bernada sombong, membuat Naya mengerutkan sedikit keningnya.

"Tapi pak, apa saya boleh menanyakan sesuatu,?

"Apa?" Jawab Andrean cepat.

"Kenapa bapak meminta saya untuk menjadi pacar bohongannya bapak,?" Naya bertanya sambil tersipu, seakan Andrean baru saja menembaknya.

"Pertanyaan bagus, kamu masih ingat Sarah ?"

"Ya," jawab Naya mengangguk, mana mungkin secepat itu ia melupakan Sarah, baru juga beberapa hari kemarin mereka bertemu.

"Sarah itu wanita yang ambisius, dia tidak akan menyerah mengejar saya, sebelum ia tau kalau saya sudah punya pacar, jadi saya harap kamu bisa berakting senatural mungkin, terutama kalau sedang ada Sarah, kamu paham?" Ucap Andrean menjelaskan.

Lagi-lagi Naya mengangguk, walaupun sebenarnya hanya sebatas pacar kontrak, tapi paling tidak dalam hidupnya Naya sudah mempunyai pacar, meskipun cuma pacar bo'ongan, andai saja ini benar-benar terjadi, ia pasti akan berteriak kegirangan sambil guling-guling di lantai saking senangnya, 'stop Naya berhenti berhayal,' lirihnya dalam hati.

"Apa masih ada yang ingin kamu tanyakan," ujar Andrean lagi.

"Tidak pak," balas Naya singkat.

"Baik lah, satu hal lagi yang lupa saya catat di surat perjanjian," Andrean terhenti sejenak.

"Panggil saya Rean, ketika sedang menjadi pacar saya, terutama di depan Sarah," ucapnya datar.

"Baik pak," jawab Naya di sertai anggukkan.

Tak berapa lama terdengar suara pintu di ketuk, sudah di pastikan kalau itu adalah Riko.

Ceklek !

Pintu terbuka, Andrean dan Naya menoleh ke arah yang sama.

"Meeting sebentar lagi akan di mulai bos!" Ucap Riko ketika sudah masuk.

"Ok Rik, saya akan segera ke sana!"

Balas Andrean seraya mengambil kertas surat perjanjian tadi yang masih berada di atas meja, ia pun langsung merapikan diri bersiap untuk segera meeting, Naya diam-diam memperhatikan Andrean, 'begitu sempurnanya mahkluk ini di ciptakan,' batinnya.

"Hei, apa kau akan terus menatap ku, kembali ke tempat, nanti selesai meeting kita akan makan siang bersama," ucapan Andrean agaknya membuat Naya terkejut, apa dia tak salah dengar, seorang direktur perusahaan akan mengajaknya makan siang bareng, kalau saja bisa Naya ingin sekali melompat dari tempat duduknya, terus joget-joget saking senangnya.

Riko yang mendengar hal itu pun di buat tak percaya akan tawaran Andrean tadi, biasanya ia yang manawarkan Naya untuk makan siang bareng, Riko merasakan ada hawa yang tidak beres dengan bosnya itu, dia menaikkan sebelah alisnya, 'sepertinya ada udang di balik bakwan, eh salah maksudnya udang di balik batu,' batinnya penuh selidik.

"Ayo Rik!" Andrean segera beranjak dari tempat duduknya, di ikuti dengan Riko yang mengekor dari belakang, sebelum pergi Riko melirik ke arah Naya sambil memberi kode, seolah ingin menanyakan sesuatu, namun yang ada malah Naya tersipu malu sambil melemparkan senyum ke arah Riko, membuat Riko kembali mencium aroma yang tidak beres di antara keduanya.