webnovel

Hari Yang Kacau

"Ehem... Tangannya masih gandengan saja bos?"

Ucapan Riko sontak menyadarkan Andrean.

Dengan cepat ia melepas tangan Naya yang masih ia genggam.

"Hei... Keenakan kamu ya megang-megang tangan saya!"

Andrean terlihat sewot, padahal ia sendiri yang sudah memegang tangan Naya. Belum sempat Naya membela diri, Andrean sudah terlebih dahulu pergi.

"Dasar laki-laki menyebalkan!" Naya mengumpat kesal, sedangkan Riko hanya tertawa melihat tingkah keduanya.

"Ciee marah ni ye." Riko meledek Naya yang masih terlihat kesal.

"Apaan sih Rik, gak lucu tau!" Naya terlihat malu-malu, mukanya seketika memerah, hal itu dimanfaatkan oleh Riko untuk menggoda rekan kerjanya itu lagi.

"Cieee mukanya merah, mirip kepiting rebus, haha."

Ledek Riko lagi sambil terus tertawa, namun berbeda dengan Naya yang memasang muka cemberut.

Ia pun segera pergi sebelum Riko meledeknya lagi.

Naya berdiri sesaat, ia terlihat bingung, akan menaiki anak tangga atau lift untuk sampai di ruangan Andrean, memang semenjak ia di pindahkan Naya lebih sering menggunakan lift atau tangga, ini di karenakan ruangan Andrean yang terletak di lantai atas.

Jika ia ingin mengulur waktu maka ia lebih memilih melewati anak tangga. Sama halnya seperti sekarang, ia tak ingin cepat sampai di ruangan Andrean, mengingat jantungnya yang masih berdebar hebat, di tambah lagi dengan Andrean yang sudah memegang tangannya tadi, membuat hatinya semakin berbunga.

Jika melalui anak tangga akan butuh waktu setengah jam baginya untuk bisa sampai di lantai 15, namun jika menggunakan lift secepat kilat ia akan sampai, sebenarnya ia lebih suka melalui tangga selain keluar keringat ia juga bisa berolahraga.

Tapi sekarang bukan waktu yang tepat baginya untuk olah raga, Andrean pasti meneriakinya jika ia terlambat.

Setelah berfikir sejenak, ia putuskan untuk melewati lift.

Terlihat Naya yang sudah menekan tombol lift tanda panah yang mengarah ke atas, seketika pintu lift itu pun terbuka.

Ting!

Naya bergegas masuk, setelah pintu lift tertutup, tak lupa ia menekan tombol angka 15 terlebih dahulu, sambil menunggu pintu lift terbuka, ia mengatur nafasnya lagi, entah mengapa perasaannya sedikit deg-degan setelah kejadian tadi, setelah menunggu waktu beberapa detik, pintu lift kembali terbuka.

Ting!

Naya segera keluar tepat di lantai 15, tempat di mana ruangan Andrean berada, terlihat Stefi yang sedang asik berdandan. 'wanita itu, bisanya cuma dandan, dasar cewek genit,' umpatnya dalam hati. Naya berjalan melewati Stefi, seolah tak melihat keberadaan wanita itu di sana, namun Stefi melihatnya dan langsung berteriak.

"Dasar wanita pesuruh!" Teriaknya sambil mengejek Naya, mendengar hal itu tentu saja membuat Naya geram, selama ini ia sudah cukup sabar menghadapi Stefi. Ia memutar badan segera mendekat ke arah Stefi, sepertinya kali ini Naya akan memberi pelajaran.

"Kau bilang apa barusan?" Naya kembali bertanya meksipun ia sudah mendengarnya.

"Wanita pesuruh!" dengan entengnya Stefi menjawab sambil berkacak pinggang, ia benar-benar ingin menantang Naya.

"Kenapa diam ? lo takut sama gue ? HAH! Stefi berteriak dengan menggertak Naya.

Tanpa berkata-kata lagi Naya langsung menjambak rambut Stefi, dan perkelahian pun tak terelakkan.

Keduanya berusaha untuk saling mencakar, perkelahian mereka tak ubahnya seperti anak ABG yang sedang berebut pacar, tak ada yang mengalah, terlihat Stefi yang kesulitan untuk menjambak rambut Naya, bahkan beberapa kali Stefi berupaya untuk memukul, semuanya berhasil di tepis oleh Naya, tak sia-sia ia mengikuti pencak silat waktu di bangku SMA dulu, ilmu bela dirinya masih bisa di pakai sampai sekarang.

Riko yang baru saja keluar dari lift, terlihat langsung menghampiri, dengan sigap ia melerai keduanya.

"Apa-apaan ini? Kalian tidak malu berkelahi di kantor!"

Teriakan Riko membuat keduanya mendengus kesal, andai saja Riko belum datang mungkin keduanya masih terus bergulat layaknya seperti sumo.

Stefi terlihat acak-acakan, rambutnya kusut, lipstik di bibirnya terlihat berantakan bahkan meleber sampai ke pipi akibat insiden tadi. Sedangkan Naya masih terlihat rapi, meskipun bajunya sedikit kusut akibat di tarik oleh Stefi.

"Dia yang mulai duluan!" Teriak Naya membela diri.

"Lo yang mulai duluan!" Stefi ikut berteriak tak mau kalah.

"Dasar cewek genit Lo!" balas Naya lagi.

"Lo yang genit!" Stefi makin nyolot.

"Nih cewek, sini lo gue bikin perkedel sekalian!"

"Hayooo, gue gak takut." Stefi berusaha ingin menonjok Naya, namun Riko berhasil melerainya.

"STOP!"

Teriakan Riko menghentikan aksi keduanya.

"Kalian benar-benar memalukan, tak ubahnya seperti anak SD!" kata Riko lagi.

"Kalau sampai pak Andrean tau hal ini, kalian bisa di pecat, apa kalian mau?" Kembali Riko berteriak dengan sedikit mengancam, membuat keduanya terdiam.

"Stef, lebih baik kamu kembali ke tempat, penampilanmu sangat berantakan," ucap Riko lagi saat melihat rambut Stefi yang acak-acakan, persis seperti orang yang baru kesetrum, dengan cemberut Stefi kembali ke tempatnya.

"Awas lo, urusan kita belum selesai!" Ancam Stefi lagi sambil melirik ke arah Naya. Sedangkan Naya terlihat menjulurkan lidahnya saat mendengar ucapan Stefi, kelakuannya tak ubah seperti anak kecil. Riko menggeleng melihat tingkah keduanya.

"Ayo Nay, penampilan kamu juga terlihat kacau," ucap Riko lagi saat melihat ke arah rekannya itu.

Sadar akan penampilannya yang sedikit berantakan, Naya pun bergegas masuk, untung Andrean belum tiba di ruangan, ia bisa bernafas lega. Dengan cepat Naya bercermin merapikan bajunya yang kusut.

"Ada masalah apa kamu sama Stefi?" Tanya Riko sesaat sudah di ruangan.

"Awalnya gak ada masalah, cuma itu dedemit yang terus-terusan cari masalah sama gue," jawab Naya kesal.

"Bukan karena cowok kan?" Riko asal menerka.

"Ya enggak lah, dasar dianya aja yang suka cari gara-gara, kalo lo gak cepat dateng gue pasti'in itu cewek bakal masuk rumah sakit," Naya masih terus mengomel, namun belum sempat Riko menanggapi, Andrean keburu datang.

"Eh, bos dari mana aja baru datang," ucap Riko cengengesan, sedangkan Naya berusaha mengatur nafasnya yang masih menggebu akibat pertempuran tadi, namun Andrean sedikit aneh saat melihat baju Naya yang tampak kusut.

Andrean memberi kode ke arah Riko, seolah ingin bertanya, Riko terlihat mengangkat bahunya, seolah tak tau apa-apa.

"Hei... Apa ada masalah?"

Tanya Andrean saat menoleh ke arah Naya, seketika Naya di buat salah tingkah, karena merasa di perhatikan oleh Andrean.

"Oh, ti-tidak kok pak, saya baik-baik saja," balas Naya sedikit gagap.

"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Andrean.

"Rik, tolong kamu siapkan meeting kita siang ini!"

"Siap bos, akan saya laksanakan!" balas Riko terlihat bersemangat, hingga membuat Andrean tersenyum aneh.

Riko pun bergegas menyiapkan segala hal untuk keperluan meeting nanti, sekarang hanya tinggal Andrean dan Naya di ruangan itu.

"Tolong ke sini sebentar, ada yang ingin saya bicarakan!" ucapan Andrean terdengar sangat serius, merasa dirinya di panggil Naya pun mendekat.

"Silahkan duduk!" Perintah Andrean lagi. Naya tampak gugup hal apa yang ingin di bicarakan oleh bosnya itu.

"Apa kamu masih betah bekerja di perusahaan ini?"

Deg...

Jantung Naya seketika berdetak saat mendengar pertanyaan Andrean, 'ya tuhan, apa kali ini gue akan di pecat,' batinnya lirih.