webnovel

2. Persiapan

Selly baru saja bangun tidur ketika terdengar suara ketukan pintu di kamar tempat dia kini berada.

Baru saja ia akan bangkit dari pembaringannya, suara langkah kaki terdengar melangkah masuk saat pintu sudah terbuka.

"Ayo bangun, kamu harus bersiap sekarang!" ucapnya.

Selly mengangguk dan turun dari ranjang. Garnis, seorang wanita yang mandiri dan juga tegas serta disiplin dalam segala hal.

Ia tak mau menyuruh para asisten rumah tangganya untuk membangunkan Selly.

Calon menantunya itu harus ia ajari untuk bisa cepat-cepat bangun lebih awa supaya bisa bertemu dengan putranya hari ini.

"Nyonya, Tuan Muda pergi," ucap seorang asisten pada Garnis.

Selly tidak tahu yang dimaksud Tuan Muda itu adalah calon suaminya.

Ia hanya diam saja saat mereka akhirnya pergi lagi dan hingga siang belum datang juga seseorang mengunjunginya lagi.

Ia hanya diantar makanan dan disuruh untuk berganti baju tanpa diperbolehkan keluar dari kamarnya.

Larangan itu membuatnya bingung karena tak mungkin ia akan pergi dari rumah ini mengingat semuanya dijaga dari arah depan,dalam rumah dan juga belakang rumah ini.

Ia seperti tinggal di penjara dan tidak menemukan kebebasannya.

Selly sedang duduk sambil membaca sebuah majalah mengenai pernikahan.

Sepertinya sengaja di berikan padanya agar dibaca dan dipelajarinya.

Selly tertegun saat ada seseorang yang mengumpat di luar kamarnya. Ia tampak ketakutan karena suara itu terus saja mengeluarkan kata-kata tidak enak.

Ia diam saja di dalam kamar sendirian dan tak ada yang menemani. Sebuah derap langkah terdengar datang dan berhenti tepat di depan pintu kamarnya.

Ceklek ...

"Sell, kamu dimana?"

Selly sedang duduk dekat dengan jendela dan ia tidak terlihat karena agak sembunyi letaknya.

"Ya, aku disini," jawabnya.

Wanita yang sedang berdiri di depan ranjangnya itu tersenyum lega setelah melihatnya berdiri dan menunjukkan wajahnya.

"Kita akan mengukur baju untuk kamu pakai saat menikah dan pastikan kamu sudah siap, ini pakai baju ini!"

Selly mendapat sebuah baju dengan warna warna pink salem, warna kesukaannya.

Garnis keluar dari kamar itu dan Selly mengganti baju dengan cepat.

Ia memakainya setelah melepas baju yang ia pakai tadi.

Mereka keluar dari rumah dan pergi dengan mobil mewah berwarna merah yang sangat nyaman dipakai.

Selly merasa sangat gugup pasalnya ia tak pernah naik mobil semewah ini. Paling bagus ia memakai mobil kijang Innova itupun karena ramai-ramai dengan rombongan dari RT untuk menjenguk tetangga mereka yang sakit di rumah sakit.

Garnis tersenyum padanya dan menanyakan tentang kesiapan dia besok untuk acara pernikahannya.

"A-aku siap, Nyonya," jawab nya dengan terbata.

"Sekolahmu sudah didaftarkan, dan kamu bisa masuk sekitar tiga hari setelah pernikahan, jadi usahakan jangan terlalu kelihatan nantinya jika kamu sudah menikah!"

"Ba-baik, Nyonya,"

"Yang penting jangan bilang pada guru atau teman mu jika kamu menantuku, pendidikan mu juga penting, kan, dia tahun lagi kamu akan lulus,"

Selly mengangguk dan ia merasa lega, karena ternyata calon Mamah mertuanya ini juga memperhatikan tentang pendidikan untuknya.

"Kita sudah sampai, ayo lekas turun, pemilik butik telah menunggu!"

Mereka turun dari mobil dan masuk ke butik. Di dalam butik itu banyak sekali pilihan gaun dan baju-baju indah lainnya yang tampak sangat bagus-bagus.

Meski terlihat bagus tapi harganya yang mahal belum tentu bisa ia beli satu potong pun.

Wanita yang mengajaknya pergi itu memilih beberapa gaun dan menempelkan pada tubuhnya.

Satu gaun yang dipilih ternyata tak cocok dengan warna kulit nya yang sedikit kecoklatan, sawo matang tepatnya.

Selly bukannya tak membersihkan tubuhnya dengan baik sehingga warna kulitnya lebih gelap. Tapi karena ia keturunan Ayahnya yang memang berkulit sedikit gelap.

Garnis memberikan satu gaun untuk dipakai Selly agar ia bisa tahu cocok atau tidak dengan gaun yang ia pilih tadi.

Selly masuk ke sebuah ruangan yang disebut dengan ruang ganti. Di sana, ia mengganti dan mencoba sebuah gaun yang dirasa akan cocok dengan warna kulit dan bentuk tubuhnya yang melekuk seperti gitar Spanyol.

Pinggang yang ramping dan perut yang kecil membuat Selly terlihat sangat sexy saat memakai gaun yang pas dengan tubuhnya.

Begitu ia keluar, Garnis merasa puas dan minta di modifikasi lagi gaun yang ia pilih tadi.

"Aku mau ini di perketat lagi agar dia terlihat bentuk tubuhnya. Jangan lupa beri hiasan sedikit di bagian dadanya agar terlihat menonjol," ucap Garnis pada pemilik butik dan beberapa pelayannya.

Mereka memberikan pelayanan yang terbaik karena Garnis adalah pelanggan tetap disana dan sering diminta menjahit gaun dalam jumlah yang tidak sedikit.

"Baiklah, Nyonya. Pesanan Anda akan kami kerjakan langsung dan akan selesai malam ini. Kami akan mengantarnya tepat setelah gaun ini selesai di buat,"

Garnis merasa puas, mereka pun pulang ke rumah.

"Selly, aku mau kamu melakukan perawatan tubuh, tunggu di kamar tapi makan dulu. Nanti ada beberapa orang yang akan memberikan perawatan tubuh,"

"Baik, Nyonya," ucap Selly.

"Mulai sekarang panggil aku Mamah. Kamu akan menjadi menantuku besok, jadi jangan panggil Nyonya di depan orang banyak!"

"Baik Nyonya, ehm. Maksud aku, Mamah,"

"Bagus, makanlah dulu! Mereka akan kesini mengantar makanan untukmu,"

"Ya, Mah,"

Garnis pergi keluar dan Selly duduk mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa.

Seorang asisten rumah tangga datang dan memberikan sebuah nampan lengkap dengan banyak makanan yang lezat dan bergizi yang harus ia makan setiap harinya.

"Nona muda, ada vitamin yang harus Anda minum. Silakan, saya letakkan di atas meja!"

"Baik, terima kasih,"

***

Selly terbangun dari tidur sorenya dan ia terkejut saat mendapati tubuhnya sedang di beri lulur oleh beberapa wanita yang tak ia kenali.

"Ehm, kalian kapan datang? Aku sedang tidur tadi," ucap Selly.

"Nona sedang pulas dan kami harus mengerjakan tugas kamu, jadi maafkan kami jika mengganggu tidurmu,"

Selly menguap, ia tak tahu jika kini semuanya benar-benar harus dikerjakan dengan cepat.

Semua persiapan sudah dilakukan, besok pagi ia benar-benar akan menikah. Tapi, pria yang akan menikahinya tak ia ketahui.

Wajahnya pun ia tak tahu apalagi sifatnya.

Selly benar-benar tak tahu dan ia hanya bisa menerima pria itu nantinya tanpa melawan dan menolak.

Seluruh tubuhnya di rawat dan di bersihkan dengan alat dan bahan-bahan yang terbaik.

Kata mereka, Selly sangat beruntung telah menjalani hidup seperti ini. Karena jarang sekali yang mendapat kesempatan menjadi menantu orang kaya dan serba dilayani dalam segala hal.

Selly tak mengindahkan ucapan mereka yang seolah memujinya. Karena Selly saja belum tahu pria mana yang akan menikahinya.

Mereka tertawa tapi Selly hanya diam saja, salah seorang wanita yang menyadari jika Selly sedang murung bertanya padanya.

"Sebentar lagi akan menikah, kenapa Nona bersedih dan tidak merasa senang?" tanyanya.

Selly menoleh pada wanita itu dan tersenyum.

"Baru kamu yang menyadari kalau aku tak merasa senang."

Wanita itu bertanya lagi, "Memangnya kenapa Nona tidak merasa senang, apa Nona dipaksa menikah?"

"Tidak,"

"Lalu?"

"Aku belum tahu siapa pria yang akan ku nikahi nantinya, itu saja yang aku rasakan saat ini. Kebingungan tepatnya,"

Tiba-tiba, Garnis datang dan pembicaraan pun berakhir.

Semua terdiam seolah tanpa ada obrolan sebelumnya.

"Katanya kamu tidur tadi, tapi aku paksakan untuk tetap menyentuhmu dan merawat semua bagian dari tubuhmu. Waktu kita tidak banyak," ucapnya sambil memperhatikan mereka mengurus tubuh calon menantunya saat ini.

"Tadi aku ketiduran, Mah. Cape sekali," ucap Selly.

"Lebih cape lagi setelah menikah, jadi sebaiknya kamu bersiap-siap dan aku akan lakukan yang terbaik demi kebahagiaan putraku,"

Selly hanya tersenyum, mereka telah pergi dan perawatan telah benar-benar selesai.

"Sekarang perawatan bagian dalam, kamu nanti jangan kaget atau merasa malu, mereka akan mengurus mu dengan baik," ucap Garnis pada Selly.