webnovel

TERBIASA

Dua pemuda dewasa akhirnya saling jatuh cinta, karna selalu bersama dalam ikatan pekerjaan. Namun, salah satu dari mereka sudah bertunangan. Bisakah mereka berasama?

Altwp · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
38 Chs

Satu

Karya pertama, up ulang.

===

Gemuruh suara tepuk tangan meramaikan gedung disuatu perusahaan. Tepuk tangan yang ditujukan kepada Eza, atas pengangkatanya menjadi seorang manajer di bagian pemasaran.

Eza memang karyawan berbakat, ia mempunyai banyak prestasi dibidang marketing. Semua orang di dalam gedung, memberikan ucapan selamat kepada Eza, senyum bahagia pun selalu terpancar pada bibir Eza.

"Selamat Eza," ucap Direktur utama di perusahaan itu seraya menjabat tangan Eza.

"Terimakasih Pak," jawab Eza. Bibirnya tidak berhenti menerbitkan senyum.

"Kamu berhak mendapatkanya, jaga baik-baik keprcayaan perusahaan yang sudah diberikan sama kamu, tetep lakukan yang terbaik. Ohiya, jangan sombong harus tetap rendah hati," pesan direktur.

"Baik pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik buat perusahaan," jawab Eza.

Salah satu teman akrab Eza bernama Tias, menghampiri dengan gayanya yang lincah dan energik.

"Selamat ya su."

'Su' adalah panggilan akrab Tias kepada Eza, meski panggilan itu aneh, tapi Eza tidak pernah marah. Eza juga kadang memanggil Tias dengan sebutan Su.

"Ngomong-ngomong bakal ada perayaan pesta gak ni? tuh temen-temen tadi pada nanyak, masak iya ngak ada pesta atau minimal teraktir kek," ucap Tias penuh harap.

Pak direktur hanya tersenyum, melihat tingkah anak buahnya. Ia memang sudah paham dengan sikap Tias.

"Yaudah, nanti makan siang di rumah makan favorit kita yaa, kasih tau yang lain," ucap Eza mengabulkan permintaan sahabat terbaiknya.

"Yes!" Girang Tias, "gitu dong dari tadi, yaudah aku sampein sama temen-temen dulu," Tias berlalu dari hadapan Eza dan direktur utama, yang sedang tersenyum nyengir sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka.

Setelah Tias sudah menjauh dari pandangan, terlihat pak direktur menoleh ke arah Eza. "Za, sekali lagi selamat, mohon maaf bapak nggak bisa temani kamu sampai acara selesai. Bapak masih ada meeting sama beberapa investor."

"Tidak apa-apa pak, sekali lagi terima kasih," jawab Eza sambil meraih telapak tangan pak direktur, untuk berjabatan.

Selepas kepergian pak direktur, Eza kembali berbaur bersama teman-temannya. Ucapan selamat masih terus berdatangan menghampiri Eza.

Meski sudah terlihat lelah, namun rasa bahagia menghilangkan semua itu. Senyum ramah masih terpancar dari bibirnya merahnya.

Sementara itu di pinggir terotoar jalan kota, udara terasa sangat panas dan bising karna suara kendaraan. Terlihat Arga sedang berjalan sambil membawa map yang berisi surat lamaran pekerjaan. Udarah panas membuat keringat menetes di pelipisnya. Sesekali Arga mengusap keringatnya menggunakan punggung tangan.

Arga nampak terlihat sangat lelah, sudah banyak perusahaan ia datangi, namun belum juga ia dapatkan lowongan pekerjaan.

Rasa lelah membuat perutnya menjadi terasa lapar, terdengar suara cacing berteriak di dalam perutnya yang rata sedang demon meminta jatah makan.

Langkahnya lambat karna lantaran ia sudah hampir kehabisan tenaganya.

Arga takut membelajakan uang sakunya untuk membeli makan, karena bekal yang Arga bawa tidak lebih dari cukup.

Sementara itu, Eza sedang berjalan sambil merundukan kepala, lantaran Ia terlalu sibuk membaca dan membalas pesan yang masuk ke HP-nya. Begitu banyak ucapan selamat atas promosinya. Ucapan selamat dari tunanganya juga membuat jalannya menjadi tidak fokus.

Brug!

Tanpa sengaja, lengan Eza menyenggol lengan sorang pria yang sedang membawa map di tangannya.

Senggolan yang kuat membuat map yang berisi berkas-berkas, jatu berserakan ke jalanan.

"Ups, sorry...!" Ucap Eza.

Lantaran merasa bersalah, Eza berjongkok membantu memungut berkas-berkas milik pria yang ia tabrak barusan.

"Nggak papa," jawab pria itu sambil merapihkan kembali berkas-berkas yang berserakan.

Dari berkas yang berserakan itu, Eza melihat selembar kertas yang ditulis menggunakan tulisan tangan. Dari tulisan itu Eza merasa yakin jika kertas itu berisi tentang lamaran pekerjaan.

"Lagi nyari kerja mas?" Tanya Eza sambil memberikan berkas yang sudah ia susun rapih.

Pria itu tersenyum simpul seraya menerima berkas-berkas miliknya. "Iya ni," jawab pria itu. Punggung tangannya mengusap peluh di bagian pelipisnya, mulut meringis lantaran ia merasa kelelahan. "Susah nyari kerja di kota, apa lagi nggak ada pengalaman, terus cuma lulusan SMA," keluh pria itu.

Eza tertegun, ia menatap intens wajah pria yang terlihat sangat lelah itu. Rasa iba tiba-tiba muncul di hatinya. Suara cacing yang terdengar dari perut pria itu juga membuat ia mengerutkan kening, menatap kasihan pada pria yang belum ia ketahui namanya itu.

Eza dan pria itu kembali berdiri, setelah semua urusan berkas yang berserakan sudah selesai dikumpulkan.

"Kalo gitu saya permisi mas, trima kasih sudah dibantu beresin." Pria itu berlalu meninggalkan Eza yang sedang melamun. Entah apa yang ia pikirkan.

"Eh... mas, tunggu!" Panggil Eza setelah ia menyadari jika pria yang ia tabrak barusan sudah berjalan beberapa langkah dari hadapannya.

Eza berjalan cepat mendekati pria yang sudah berhenti, lantaran dipanggil olehnya.

"Ada apa mas?" Tanya pria itu.

"Gini, Kebetulaan saya lagi ditunggu sama temen-temen di restoran, gimana kalo mas ikut saya. Masnya kan lagi nyari kerja, siapa tau nanti saya bisa bantu, kita ngobrol aja sekalian mas ikut kita makan siang. Gimana?" Ujar Eza setelah ia sudah berhadapan dengan pria itu.

Pria itu tidak menjawab, ia terdiam sambil berpikir tentang tawaran yang di berikan kepada Eza barusan.

Karena tidak sabar menunggu pria itu berpikir, selain itu Eza juga sudah ditunggu sama Tias dan teman-temannya di restoran yang sudah dijanjikan. Tanpa pikir panjang Eza meraih tangan kekar milik pria itu, menyeretnya supaya ikut bersamanya. "Udah jangan kelamaan mikir, keburu gosong." ucap Eza setengah memaksa. "Siapa tau nanti kita jodoh."

"Jodoh?" Kata jodoh membuat pria itu mengerutkan keningnya.

"Eh maksud saya, sapa tau nanti ada kerjaan yang berjodoh sama mas," ralat Eza.

"Owh..." ucap pria itu, kemudian ia tersenyum nyengir.

Lantaran merasa sangat lapar, pria itu hanya pasrah mengikuti tarikan tangan Eza. Ia hanya berharap bisa menemukan pekerjaan dari orang yang juga belum diketahui siapa namanya itu. Rejeki anak sholeh.

Semantara Eza sendiri terlalu percaya diri, ia sudah berani menggandeng tangan sementara ia sendiri belum sempat menanyakan siapa nama pria yang sedang ia gandeng itu.

====

Tbc