webnovel

Kemanjaan Suami Yang Posesif

" Sayang!" panggil Brian pada Fatma yang sedang tertidur sejak setelah mereka melakukan shalat subuh dan mengaji tadi. Fatma merasa sangat lelah akibat aktivitasnya bersama sang suami semalaman, karena kondisinya yang sedang hamil saat ini. Brian mengusap lembut pipi istrinya itu lalu mengecupnya dengan lembut dan lama. Fatma mengerjap-kerjapkan matanya karena merasa ada benda kenyal menempel pada pipinya. Dia menguap lebar dan menutupnya dengan punggung tangan kanannya. Dibukanya kedua bola matanya, lukisan wajah seorang pria tampan terpampang di depan wajahnya.

" Kamu seperti suamiku, tapi kamu lebih tampan lagi!" ucap Fatma yang masih belum tersadar sepenuhnya. Brian yang mendengar ucapan istrinya mendadak wajahnya berubah cemberut. Fatma mengerjapkan matanya kembali, dia tersenyum melihat suaminya yang telah memakai kemeja kerja.

" Kenapa wajahmu cemberut pagi-pagi begini, Habib?" tanya Fatma sambil menangkup wajah cemberut suaminya.

" Tidak apa-apa!" jawab Brian masih cemberut. Brian bangkit dari ranjang dan berdiri di depan cermin sambil memasang dasinya. Fatma yang bingung karena sukap aneh suaminya segera bangun dan turun dari ranjang. Didekatinya suaminya dan berdiri dihadapannya, lalu meraih dasi sang suami dan mengambil alih dari tangan Brian.

" Senyum itu ibadah, habib! Terutama tersenyum pada istri atau suami sendiri akan memberikan banyak pahala! Memangnya ada meeting mendadak, ya, pagi begini sudah rapi?" tanya Fatma sambil memakaikan jas suaminya.

" Iya! Papa yang mengajak meeting, karena dia akan berangkat ke Perancis! Dan hari ini banyak sekali pekerjaan di kantor, mungkin aku akan lembur dan pulang larut malam!" jawab Brian datar, sepertinya Tuan Posesif masih ngambek! batin Fatma..

" Masih marah? Nggak mau dapat banyak pahala?" sindir Fatma.

" Mau! Tapi mengatakan orang lain lebih tampan dari suaminya adalah dosa!" jawab Brian kesal.

" Kapan aku pernah bilang orang lain lebih tampan dari suamiku yang sangat tampan ini?" tanya Fatma mengusap wajah tampan suaminya dengan bingung. Brian sebenarnya marah sama istrinya, tapi rasa cintanya mengalahkan semua itu apalagi usapan lembut istrinya di wajahnya membuat kemarahannya seketika mereda.

" Apa memang ada pria yang lebih tampan dariku, sayang?" tanya Brian merajuk memeluk erat pinggang Fatma.

" Tentu saja ada!" jawab Fatma.

" Siapa?" tanya Brian dingin dan dengan wajah menggelap.

" Nabi Besar Muhammad saw!" jawab Fatma dengan senyumnya yang membuat Brian langsung adem. Wajah gelap Brian seketika berubah mendengar jawaban istrinya itu.

" Ah, sayang! Jika itu aku tidak ada apa-apanya!" sahut Brian, lalu mengecup lembut kening istrinya lalu turun ke bibir ranum milik Fatma. Ciuman lembut itu menjadi sedikit lebih intim saat tanpa sengaja Fatma mendesah pelan.

" Beri aku sekali saja, sayang! Aku akan melakukannya dengan cepat!" bisik Brian disela ciuman mesra mereka. Fatma sudah bisa menebak akan begini kejadiannya, dia menyalahkan bibirnya yang tidak bisa menahan diri. Fatmapun menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kemudian mereka melakukan lagi kegiatan tersebut satu...eh...ternyata Brian meminta bonus lagi. Fatma merasakan tubuhnya lemas dan tak berdaya mendapat gempuran dari suaminya yang entah kenapa tak ada capeknya, seakan tenaganya selalu terisi full jika sedang bercumbu dengannya.

" Thank you, Qolbi! Maaf jika aku membuatmu kelelahan!" kata Brian lembut ditelinga Fatma yang tidak lama tertidur lagi. Brian bengkit dari tidurnya sejenak setelah memeluk istrinya tadi. Sementara Danis di ruang tamu sudah menunggu hingga beberapa jam.

" Kamu yakin mereka sudah bangun, Mir?" tanya Danis.

" Sudah, Pak Danis! Tadi Tuan Muda sempat meminta saya untuk membuatkan sarapan lebih awal!" jawab Mira.

" Huh! Apa dia ingin membuat istrinya tidak bisa berjalan? Kasihan sekali Nyona Bos dapat suami kayak kera! Tiap hari kerjaannya naikkkkk aja!" kata Danis ambigu sambil tertawa sendiri membayangkan Bosnya bertubuh kera.

" Apa ada yang lucu, Pak Danis?" tanya Mira heran, Danis kaget mendengar pertanyaan Mira, dia baru sadar jika disana masih ada Mira.

" Nggak, Mira! Kamu boleh pergi!" kata Danis.

" Permisi, Pak Danis!" kata Mira lalu pergi meninggalkan Danis yang masih senyum-senyum sendiri.

Brian benar-benar membuat Fatma tidak jadi pergi ke rumah orang tuanya, dia baru bangun jam 11 siang dan tubuhnya terasa sangat capek dan pegal-pegal.

" Astaghfirullah!" teriak Fatma terjatuh perlahan ke lantai saat dia bangun dari ranjangnya dengan susah payah untuk ke kamar mandi, kakinya terasa gemetar dan lunglai. Untung dia masih berpegangan pada sprei, jika tidak dia pasti terjatuh keras di lantai dan tidak tahu apa yang terjadi pada bayinya.

" Marsaaaa!" teriak Fatma meringis. Dengan cepat Marsa yang sedang berjaga di depan kamar Fatma bergegas masuk dan tidak melihat Nyonya Mudanya di ranjang. Marsa berlari ke dalam dan akan masuk ke dalam kamar mandi saat di dengarnya suara Nyonya Mudanya.

" Marsa!" panggil Fatma yang terduduk bersandar di samping ranjang.

" Nyonya Muda!" teriak Marsa. Dilihatnya Nyonya Mudanya terduduk lemas dengan wajah pucat. Marsa segera mengangkat tubuh majikannya tersebut.

" Bawa aku ke kamar mandi!" kata Fatma.

" Apa Nyonya Muda tidak makan dulu saja?" tanya Marsa.

" Tidak! Biarkan aku berendam di bath up dulu!" kata Fatma sambil meringis menahan perih dan sakitnya.

" Baik Nyonya Muda!" jawab Marsa lalu membawa Fatma ke dalam kamar mandi lalu mendudukkan majikannya itu di atas kursi dan dia menyalakan air bath up. Fatma bersandar di kursi dan memejamkan matanya, dia merasa sejak hamil tubuhnya terasa mudah lelah saat berhubungan dengan suaminya.

" Sudah Nyonya Muda!" panggil Marsa. Fatma membuka matanya lalu berdiri dengan bantuan dari Marsa.

" Trima kasih, Marsa!" kata Fatma saat dia sudah duduk dipinggir bath up.

" Apa perlu bantuan, Nyonya?" tanya Marsa.

" Tidak! Aku akan memanggilmu jika telah selesai.

" Baik, Nyonya Muda! Saya ada di luar!" kata Marsa kemudian keluar dari kamar mandi. Fatma tidak mengijinkan Marsa membantunya mandi, karena dia malu dengan tubuhnya yang pastinya banyak sekali kissmark yang dibuat Brian. Suaminya itu sangat suka menyesap kulitnya diseluruh bagian tubuhnya. Kadang Fatma marah pada Brian untuk tidak melakukan itu, karena jika Dr. Cecil memeriksanya, dia bisa malu. Tapi bukan Brian jika dia menuruti permintaan istrinya yang melarangnya melakukan hal yang sangat dia gemari. Fatma memejamkan matanya untuk merilekskan tubuhnya. Enak sekali rasanya! batin Fatma.

Fatma merasa dia mencium bau parfum suaminya saat ini. Fatma berpikir itu semua hanya pikirannya saja karena memikirkan tingkah suaminya di atas ranjang. Setelah beberapa lama, Fatma membuka matanya dan mendudukkan posisinya yang tadinya bersandar.

" Astaghfirullah! Habib! Bikin aku kaget saja!" teriak Fatma yang terkejut melihat suaminya yang sedang duduk di samping bath up dengan masih memakai kemeja kerjanya.

" Maaf, sayang!" jawab Brian tersenyum.

" Apa yang kamu lakukan disini? kamu bilang kamu sedang meeting dan hari ini banyak sekali pekerjaan hingga kamu akan lembur!" jelas Fatma.

" Marsa bilang kamu jatuh, sayang! Apa yang terjadi?" tanya Brian yang telah mendekat dan mengangkat tubuh istrinya.

" Ahhh! Apa yang kau lakukan?" tanya Fatma menutup dada dan mengempit bagian pahanya.

" Memandikanmu, sayang!" kata Brian tersenyum melihat sikap lucu istrinya.

" Tidak! Turunkan aku! Aku tidak mau kau mandikan!" kata Fatma cepat.