“Intan! Keluar lo pelakor!”
Uhuk!
Aku pun langsung tersedak minumanku sendiri. Saat mendengar teriakan lantang itu di halaman rumahku.
Apa lagi ya, Tuhan?
Baru saja memulai hari. Ada saja yang udah bikin mood ancur kayak gini. Nyebelin banget sumpah!
“Intan! Keluar lo, Perek! Beraninya lo nikung gue ya? Nggak laku lo sampai ngerebut inceran gue?!”
Allahhurobbi ....
Nggak bisa dibiarin kalau kaya gini!
“Tan!” Baru saja aku berdiri dari kursi makanku. Mama langsung memegang tanganku, agar aku mengurungkan niatku.
“Tapi, Ma. Dia udah kelewatan!” protesku tak terima.
Ya iyalah aku nggak terima. Siapa juga yang bisa terima dikatain pelakor terus, dan ... apa katanya tadi? Perek? Astaga! Emang aku apaan coba sampai dikatain seperti itu? Salahku apa?
“Biarin aja, Tan. Namanya juga orang nggak waras.” Bukan Mama yang menjawab, tapi papa yang anteng aja menyelesaikan sarapannya.
Kalau aku, sih. Udah ke mana tuh selera makan. Auto nggak nafsu makan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com