webnovel

Tak Selalu Indah

Saat kebahagiaan orang tua menjadi hal yang mutlak. Sebagai seorang anak, Ameera sangat ingin membahagiakan kedua orangtuanya dengan menerima perjodohan ini. Adrian Dzaky Pratama, pria tampan dan mapan yang akan di jodohkan dengan Ameera. Akankah perjodohan ini membawa dua insan menuju jalan bahagia? atau justru membuat mereka menderita?

Lily_Sandika · Urban
Zu wenig Bewertungen
87 Chs

Dua puluh lima

Sejak mama menginap, aku lebih sering menemani mama di rumah, entah itu menonton tv atau kadang membuat kue. Meski bosan sering melanda, setidaknya aku bisa menghindari Raja untuk beberapa minggu ini. Seperti sekarang, kami sedang mengobrol saja sambil menikmati kue buatan ku, rasanya lumayan juga. Mama mengajari ku banyak hal, tidak hanya membuat kue, tapi ber-make up juga. Mama Mila, mantan makeup artist. Rencananya hari ini aku akan mengajak Mama Mila ke cafe, lalu belanja kebutuhan dapur dan lainnya.

Beruntunglah aku memiliki Mama mertua yang tidak heboh. Tidak butuh waktu lama menunggu Mama ganti pakaian. Mama sudah siap, kami akan ke cafe dulu sebelum ke supermarket. Ku lajukan mobil ku dengan kecepatan sedang.

"Sayang, biasanya kalau mau ke cafe sama siapa?"

"Sendiri Ma. Kadang mas Adrian juga suka nganter ko, kalau Meera tidak bawa mobil," shit, Raja ada di cafe. Langsung ku putar arah meninggalkan cafe. Semoga Raja tidak melihat mobil ku.

"Oh ya Mah, kita belanja saja dulu ya, pulangnya baru mampir ke cafe gimana?"

"Mama terserah kau saja sayang."

Aku benar-benar kehilangan fokus ku, kalau Mama Mila tak menegurku, aku mungkin tak sadar kalau ini sudah di parkiran supermarket. Kami langsung mengambil apa-apa saja yang kami butuhkan untuk seminggu ke depan. Sayuran, daging, seafood, buah, dan lainnya sudah masuk keranjang belanjaan, tinggal bayar. Aku mengantri di kasir, sedang Mama masih memilih-milih makanan ringan. Selesai membayar, tiba-tiba seseorang mengambil alih kantong belanjaan ku.

"Saya bantu bu Meera," itu Raja, ya Tuhan, sejak kapan manusia ini ada di sini.

"Tidak usah pak Raja, terima kasih." Aku berusaha menolak, tapi Mama memintaku untuk menerima bantuan Raja.

"Sini, mobil ibu parkir sebelah mana?" Aku menunjuk mobil berwarna putih, Raja mengangguk dan berjalan terlebih dahulu.

"Terimakasih pak Raja, maaf merepotkan."

"Tidak apa bu Meera, mari." aku dan Mama tersenyum. Tidak di pungkiri aku sangat merindukannya, bagaimana tidak, hampir dua minggu aku tidak bertemu dengannya, aku juga selalu mengabaikan telpon darinya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, tidak akan berhubungan lagi denganmu Raja. Mah, aku juga berjanji padamu, aku akan setia pada mas Adrian, putramu.

Dari supermarket kami mampir ke cafe sebentar, lalu pulang. Pikiranku kacau, aku takut semakin tak fokus kalau tidak cepat pulang.

Hari sudah malam, Mama mungkin sudah tidur. Aku sedang membereskan pakaian, dan mas Adrian membantuku membereskan tempat tidur.

"Aku sudah selesai, oh iya, Mama bilang tadi siang kalian bertemu pak Raja di supermarket, dia juga membawakan belanjaanmu?" saat pulang dari supermarket tadi, Mama bertanya soal Raja. Karena Mama bertanya, aku sedikit bercerita tentang Raja, aku tidak mau Mama curiga.

"Iya mas." jawabku singkat, aku tidak mau membahas tentang Raja.

"Meera kemari," dia menepuk tepi kasur, aku menghentikan kegiatan ku membereskan pakaian, dan duduk di sampingnya.

Dia membelai rambutku, turun ke pipi, dan berakhir di pundak, lalu mencium bibir ku. Aku tau maksudnya, dia sedang meminta apa yang menjadi haknya. Aku membalas ciumannya, terasa sangat lembut. Dia melepaskan ciumannya.

"Apa boleh?"

"Aku istrimu mas, sudah menjadi kewajiban ku melayani mu, ambilah apa yang menjadi hak mu." dia tersenyum, matanya memancarkan kebahagiaan. Semoga secepatnya aku bisa mencintaimu, sebagaimana kau mencintaiku mas.

"Ambil wudhu, kita sholat dulu" aku mengangguk.

Selesai sholat mas Adrian membantuku melepas mukenah, lalu menggendong dan merebahkan ku di atas kasur. Dia mulai menciumi ku dari kening, mata, hidung, pipi, hingga bibir. Semua ia lakukan dengan sangat lembut.