webnovel

8. Madu Perjaka

''Bagaimana, Juno? Kau mau dengan tawaranku?'' kata Pak Nugraha sambil membelai leherku.

Aku masih diam seribu bahasa. Mataku menatap tajam pada sosok laki-laki tua ganjen yang satu ini. Melihat perangainya saja aku sudah muak, apalagi harus menidurinya. Ini benar-benar seperti mimpi terburuk sepanjang hidupku. Namun aku tidak tahu harus bagaimana!

''Apa kau bisa aku percaya?'' ucapku.

''Tenang saja, Manis ...'' Pak Nugraha mengelus-elus pipiku, ''aku sudah mempersiapkan surat pelunasan hutang-piutangnya, tapi aku belum menanda tanganinya ... aku akan memberikan surat itu dan menanda tanganinya setelah kamu tidur semalaman denganku ...'' lanjutnya menjelaskan.

''Mana surat itu? Tunjukan padaku!'' kataku tegas.

''Oke ... tunggu sebentar!'' Pak Nugraha berjingkat menuju ke sebuah lemari besi, kemudian dia mengambil berkas yang tersimpan rapi pada map berwarna merah muda. Selanjutnya dia kembali mendekati aku.

''Ini berkas surat perjanjian itu ... kau baca baik-baik!'' Pak Nugraha menyerahkan surat perjanjian itu ke tanganku.

Aku melirik tajam ke arah Pak Nugraha, sebelum menerima surat perjanjian tersebut. Lantas dengan sigap, aku membuka lembar per lembar berkas itu dan membacanya perlahan-lahan.

''Bagaimana, Ganteng? Kamu setuju dengan perjanjian ini?'' ujar Pak Nugraha dengan suara yang genit-genit manja.

Aku terdiam beberapa saat sebelum menjawab tawarannya. Aku masih memikirkan baik dan buruknya, bila aku menerima penawaran ini. Karena apa pun keputusanku ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupanku ke depannya. Dan setelah sekian lama aku terdiam, akhirnya ...

''Baiklah aku terima tawaran ini ...'' kataku dengan suara yang gemetar.

''Hua ha ha ha ....'' Pak Nugraha ngakak mendengar keputusanku. Dengan mimik wajah yang girang dia bersorak sambil bertepuk tangan. Dia mengekspresikan diri seperti orang yang sedang meraih kemenangan.

''Kamu sudah baca baik-baik perjanjian ini, Sayang?'' bisik Pak Nugraha di telingaku.

''Iya!'' jawabku singkat.

''Apa ada yang ingin kau pertanyakan kepadaku?'' bisik Pak Nugraha lagi.

''Tidak!''

''Hahaha ... berarti aku anggap kau sudah paham dengan rule ini!'' Pak Nugraha tertawa ngakak lagi.

Aku hanya terdiam. Badanku gemetar, namun aku mencoba berdiri tegar. Aku tidak tahu, banci tua itu akan melakukan apa terhadapku. Aku hanya membayangkan akan berhadapan dengan Setan Kober yang berwujud manusia.

''Sebagai pemuda kampung bagiku kau terlalu tampan, Juno ...'' Pak Nugraha memandangiku dengan lekat-lekat. Tangannya mulai liar bergerilya menjamah leher dan dadaku.

Aku diam saja.

''Aku menyukaimu, Juno ...'' Pak Nugraha memutariku, lalu dia memelukku dari belakang. Telapak tangannya meraba-raba dadaku dan berusaha mengusap-usap putingku. Kepala laki-laki tua itu bersandar di punggungku dengan dekapan yang hangat seperti seorang istri yang bermanja-manja dengan suaminya.

Aku tetap terdiam.

''Dadamu bidang, Juno!'' ujar Pak Nugraha sembari mengusap-usap lembut pentilku, hingga aku merasakan ada serangan impuls yang aneh. Geli, tapi enak. Rangsangannya benar-benar membuat sekujur tubuhku menjadi bergidik.

Aku masih diam.

''Punggungmu lebar, Juno ... membuatku nyaman bersandar di sini.'' Pak Nugraha mengendus-enduskan kepalanya di punggungku seperti seekor anak kucing yang mengendus induknya. Sumpah ... sebenarnya aku jijik dengan semua ini, namun aku tidak bisa berkata untuk menolak.

Aku akan diam saja terhadap apa pun perlakuan Pak Nugraha kepadaku. Aku melakukan ini karena semua demi Ibuku.

''Juno ... aku sayang sama kau!'' kata Pak Nugraha sembari meniupkan udara hangat ke tengkuk dan tepian kupingku. Dia melakukan itu beberapa kali, hingga tubuhku merinding, karena ada sensasi geli tapi asik.

Ough ... diam-diam aku mendesah, ketika jari jemari Pak Nugraha mulai melintir-lintir ujung pentilku serta meremas-remas daging dadaku. Sentuhan lembut dan penuh birama yang syahdu membuatku terbuai dan lupa kalau orang yang melakukan ini adalah laki-laki homo yang sudah tua bangka.

Aackhh .... rasanya ingin mengumpat brengsek! Ketika tangan-tangan jahil itu menari-nari manja di permukaan kulit perutku. Gerakannya yang meliuk-liuk seperti alat vibrator membuat tubuhku menggelinjang tak karuan.

Shiiitttt ... Banci tua ini telah berhasil membuatku terangsang juga! Belaian dan usapan manjanya di sekujur tubuhku membuat burung pelatukku mendadak berontak tak terkendali.

''Kenapa, Sayang?'' bisik Pak Nugraha gemulai. Lalu dia berputar dan berdiri tepat di depanku. Matanya yang sayu dan bibirnya yang menjap-menjep kemayu memperlihatkan pesona kebanciannya. Hal tak terduga terjadi! Dengan sigap laki-laki tua ini mengecup pipi dan leherku. Lalu dia mencium bibirku dengan penuh nafsu. Dia melumat daging bibirku, hingga aku terhenyak dan menahan nafas.

Kemudian bagai seekor ular betina, laki-laki parobaya ini meliuk-liuk menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Dia melepaskan satu per satu kancing kemejaku dan menyibakan kaos singlet-ku.

''Wow ... roti sobek!'' Mata Pak Nugraha yang genit itu berbinar-binar menyaksikan pahatan tubuh kekarku. "Amazing darling! Tubuhmu seperti pahatan batu pualam ... dada bidang ... perut kotak-kotak dan aromamu ... mmmm ... jantan sekali!'' Pak Nugraha mengendus dada dan perutku.

''Iiiih ... gemasssss!'' Pak Nugraha mendekatkan kepalanya ke dadaku. Kemudian tanpa ragu pria yang seperti wanita ini menjulurkan lidahnya yang basah penuh dengan air liurnya. Dan sejurus berikutnya, dia menjila-jilat putingku seperti bayi yang mengenyot puting ibunya.

Acckhhh .... sial! Dia membuatku merem melek dengan kedahsyatan jilatan lidah beceknya. Setiap kali dia mencecep puting susuku, sekujur tubuh ini seolah tersetrum oleh aliran listrik yang mencabik-cabik.

Oughhh ... aku melengkuh menahan nikmat yang tiada tara, ketika lidah itu meliuk-liuk mesra di lingkaran area putingku. Aaacckhhh .... lidah itu terus bergerak ke area perut dan pusarku. Kemudian turun ke pubisku dan berhenti tepat di wilayah selangkanganku. Pak Nugraha jongkok dan membiarkan kepalanya berada sejajar dengan alat vitalku yang masih tertutup rapat celana jeans dan sempakku.

Aku memejamkan mataku, tatkala tangan Pak Nugraha dengan kasar meremas-remas tonjolan celanaku. Dia meringis, ketika merasakan ada yang berdenyut-denyut di balik celana ketatku.

''Aku buka celanamu ya, Sayang ...'' kata pak Nugraha manja sembari melepaskan pengait di celanaku, kemudian dengan cepat dia melorotkan celana jeans dan juga celana dalamku. Sehingga mencuatlah basoka tempurku yang sudah ngaceng, sengaceng-ngacengnya. Burung pelatuk ini seolah gembira karena telah terbebas dari himpitan celana. Kepalanya manggut-manggut naik turun.

''Auuuuwww ... Sedaaappp!'' Pak Nugraha terpana menatap ukuran dan bentuk my angry bird yang sudah berdiri tegak seperti tugu monas.

Aku hanya diam. Aku pasrah dengan semua yang akan terjadi.

''Kontolmu gede sekali, Sayang ... aku suka!'' Pak Nugraha mengelus-elus senjata pribadiku itu, lalu menciuminya dengan penuh nafsu.

Ough ... aku mengerang keenakan, ketika ujung lidah Pak Nugraha menjilat-jilat kepala penisku. Sungguh, aku tidak bisa menggambarkan sensasi kenikmatannya. Aku merasa sepanjang batang organ vitalku ini hangat yang bercampur dengan lembab.

Aackh ... tubuhku bergidik lagi, ketika mulut Pak Nugraha mulai menyeruput dan menyedot-nyedot penisku dengan sangat buas. Seperti macan yang mengeksekusi binatang incarannya.

Ough ... tanpa sadar aku terbawa arus permainan mulut pak Nugraha yang binal, liar dan nakal. Dan di luar kendaliku diam-diam aku menjambak rambut Pak Nugraha dan menarik kepalanya, lalu dengan sedikit kasar aku menggoyang pantatku maju mundur dan menghujamkan dalam-dalam alat persenggamanku di rongga mulut Pak Nugraha, hingga mentok di kerongkongannya. Ah ... ah ... ah. .. aku terus menggenjot mulut becek Pak Nugraha dengan gaya entotan yang masih kaku, karena ini adalah pengalaman pertamaku berhubungan intim dengan seseorang.

Ough ah ... ah ... ah ... lagi dan lagi ... aku mengobrak abrik mulut Pak Nugraha dengan alat vitalku yang keras dan ganas. Aku menggempur lubang oral Pak Nugraha dengan sekuat tenagaku, hingga aku merasakan ada sesuatu yang akan meledak dari lubang penisku. Badanku tiba-tiba mengejan, cengkraman tanganku di kepala Pak Nugraha juga bertambah kuat, sekujur tubuhku berkeringat dan sejurus kemudian, Crooot ... crooot ... crooot .... cairan kenikmatan berhamburan dari lubang penisku, hingga membanjiri mulut Pak Nugraha. Sebagian cairan itu ditelan oleh Pak Nugraha dan sebagian lagi tumpah membleber di pinggiran mulut Pak Nugraha. Aaackhhh ... aku merasa lega dan juga lemas. Setan kober berwujud manusia ini telah menguras habis tenagaku. __Huh!